5. Cafe Langganan

1K 83 6
                                    

Chimon terbangun karena tidurnya terusik. Sinar matahari yang hangat, memasuki kamar mewah itu lewat celah ventilasi dan jendela yang sudah terbuka lebar.

Perlahan ia membuka matanya karena merasakan tubuhnya tak bisa bergerak leluasa. Ternyata Tay lah penyebabnya. Ia menciumi seluruh tubuh Chimon, terutama pipinya. Dilihatnya Tay yang sudah memakai pakaian rapi berupa kemeja berwarna putih dan belum mengenakan dasi serta jas nya.

"Mmm,, kakak ngapain?" Chimon mendudukkan diri, bersandar di kepala ranjang.

Tay menghentikan aktivitasnya, menatap kedua mata kekasihnya itu yang saat ini sedang menguap. Wajahnya payu khas orang bangun tidur. Sangat lucu.

"Oh, sudah bangun ya?" Ujar Tay melanjutkan aktivitas menciumi tubuh mungil kekasihnya lagi, hingga menyingkap piyama yang dikenakannya sampai ke atas dada.

"Ih kak! Geli tau. Liat deh udah jam berapa?" Chimon berdengus kesal, lalu mengambil ponsel miliknya dan menunjukkan bahwa jam sudah menunjukkan pukul tujuh.

Tay melirik tak peduli dan melanjutkan menggoda pasangannya lagi. "Masih ada setengah jam lagi kok."

Sekarang ia mulai naik ke atas dan mengendus lehernya.

"Kak!" Chimon berjengit sebal. Tapi ia sama sekali tak menyeramkan walau saat marah seperti ini. Malah Tay menjadi sangat gemas melihatnya.

"Ah, oke-oke.. galak banget." Tay berdiri sambil membenarkan lagi piyama yang tadi ia singkap ke atas.

Sesaat setelahnya, ia mengambil dasi miliknya yang berada tak jauh dari ranjang. Menyerahkan dasi itu pada kekasihnya, tanda ingin dipasangkan.

Chimon yang mengerti hal itu pun langsung memasangkan dasi milik Tay.

"Udah nih, pergi sana cari uang yang banyak."

"Jutek banget sih sama pacar sendiri. Eh,, Chi hari ini ga ada kelas?" Tay teringat bahwa kekasihnya ini masih mahasiswa. Terkadang Tay merutuki dirinya ini bodoh karena lupa bahwa ia tengah memacari seorang bocah yang bahkan umurnya selisih 9 tahun.

"Ada sih, tapi sore. Kakak ga usah nganter, biar aku bareng temen aja."

"Siapa? Nanon?"

"Ya kalo dia mau sih sebenernya."

Tay sebenarnya sedikit kesal dengan kedekatan mereka. Tapi ia mencoba untuk memahami situasi. Lagian, Chimon juga tidak pernah mengekang Tay mau berteman dengan siapa saja. Bahkan orang-orang di kantor yang mencoba mendekati Tay saja Chimon tidak pernah marah.

Itu karena Chimon memegang prinsip bahwa ia harus percaya pada pasangannya. Memang sudah kewajiban bukan? Bahwa di setiap hubungan, keduanya harus saling percaya satu sama lain.

Namun terkadang percaya di antara hubungan yang mengikat tiga orang sekaligus itu susah. Bukan orang ketiga. Melainkan orang yang sudah sangat dekat dengan pasangannya, seperti halnya Nanon dan Chimon.

"Yaudah, kakak mau berangkat dulu ya takut telat." Tay mencium kening Chimon. Kemudian ia mengambil jas nya dan berjalan keluar.

Melihat Tay berjalan sedikit jauh dari Chimon, ia sedikit berteriak, "Kakak belum sarapan kan??"

Tay menoleh, "Nanti aja di kantor."

• • •

Gun melajukan mobilnya ke arah cafe langganan nya, membeli minuman favoritnya. Pemilik cafe itu sendiri adalah Singto Prachaya, yang mana dia adalah pacar Krist. Cuaca hari ini panas sekali. Padahal tadi malam saja hujan. Bangkok akhir-akhir ini memang sedang tidak menentu. Kalau kalian ingin tahu, Gun itu bekerja sebagai model majalah bersama Krist, dan hari ini ia sedang libur.

Both CurrentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang