Kalau ditanya, ingin memilih mengurus seorang bocah atau tidur sendirian di rumah yang besarnya tak bisa ditakar, Chimon pasti akan memilih mengurus seorang bocah. Ia tak suka sendirian. Itu adalah salah satu alasan mengapa Chimon tidak pernah sendiri. Namun bukan berarti ia selalu berganti-ganti pacar setiap tahunnya. Ia juga seorang pemilih. Pemilih dalam artian orang yang bisa menerima dirinya apa adanya, tak menuntut terlalu banyak, dan setia.
Chimon memiliki sifat yang manja. Tapi hatinya sangat lembut dan tulus. Ia tak suka orang lain memarahinya. Egois memang. Tapi itulah sifat Chimon. Dan ia menyadari akan hal itu.
Mengapa ia memilih Tay sebagai pasangannya? Cukup simpel memang. Tay adalah seorang pekerja keras. Dalam pandangan Chimon, ia tak pernah kasar sama sekali. Ia selalu mengingatkan Chimon dengan cara yang halus. Bahkan ketika Tay sedang sibuk pun, sosok itu selalu bertanya keadaan Chimon. Sekedar menyuruhnya agar tak lupa makan, atau bertanya apakah harinya baik-baik saja. Ada yang menyakitinya kah, ada yang mengganggunya, atau hal-hal kecil lainnya.
Tay juga tidak pernah mengekang Chimon terlalu jauh. Ia membebaskan dirinya untuk berdekatan dengan siapa saja. Begitupun sebaliknya. Chimon juga tidak pernah mengekang Tay. Itu adalah prinsip keduanya. Saling percaya satu sama lain.
Sebuah dengkuran halus terdengar dari sisi kiri kasurnya. Matanya perlahan terbuka, melihat keadaan disampingnya. Itu Frank. Anak itu masih tertidur. Sangat manis. Chimon sangat menyukai anak itu.
Perlahan ia mendekatkan diri ke arah anak itu, mengusap pipi halus itu pelan, kemudian mencium pucuk rambut Frank. Rambutnya sangat wangi. Khas seorang bayi. Bibirnya mungil berwarna merah muda, hidungnya mancung, dan matanya sedikit sipit. Sungguh proporsi yang sempurna. Ia berharap bisa memiliki anak semanis Frank kelak.
Pagi yang indah. Sinar matahari perlahan masuk ketika Chimon mulai membuka tirai jendela kamarnya. Angin menghempas begitu merdu. Seperti memberi sebuah lantunan ketenangan.
Menghirup udara segar adalah hal yang selalu pertama kali Chimon lakukan ketika bangun tidur. Ia merasa seperti diberi sambutan hangat oleh dunia.
Langkahnya beranjak pelan untuk memasuki sebuah ruangan yang sedikit lebih sempit dari kamar tidurnya. Kamar mandi tentu saja. Berniat untuk membasuh diri, ia mengambil handuk yang menggantung rapi pada jemuran kecil di sudut kamar.
Selang beberapa menit, Chimon selesai. Ia keluar dengan mengenakan kaos berwarna putih serta celana panjang berbahan kain warna hitam.
"Frank?" Panggilnya.
Terlihat Frank yang sedang menggaruk kedua matanya pelan dengan tangan dan sesekali menguap. Sepertinya anak itu sedang mengumpulkan nyawa.
"K-kak Mon?!" Frank terkejut. Bagaimana bisa ia berada di sini? Tempat ini sangat asing.
Chimon tersenyum kemudian berjalan mendekat ke arah Frank. "Tadi malem kamu tidur di sini."
Frank sedikit mengerjap ketika Chimon menyentuh rambut tipis miliknya, berusaha merapikannya. "Bunda mana?"
"Eh? Em, bunda kamu lagi kerja. Mending sekarang kita sarapan. Frank laper kan?"
Frank sedikit mengangguk bingung, lalu mengikuti Chimon untuk membasuh muka serta gosok gigi. Chimon tak mengajaknya mandi. Ini masih terlalu pagi dan ia takut Frank malah akan kedinginan.
• • •
Berkutat dengan berbagai pekerjaan berat di kantor, Tay merasa sedikit jenuh. Hari ini ia harus menyelesaikan beberapa laporan lagi secara awal. Itu karena, ia sudah berjanji akan pulang lebih cepat pada pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Both Currents
Random⚠️ bxb content - boyslove ⚠️ Menggugurkan kandungan bukanlah hal yang membantu dan mempertahankan kandungan juga memiliki banyak persiapan mental dan finansial. Lantas bagaimana jika seorang pria malang itu memilih untuk mempertahankan anak dari has...