Sebelum lanjut baca nonton trailernya dulu yuk!
***Cowok yang pernah menjabat sebagai ketua OSIS tersebut berjalan dengan tenang ke arah taman belakang. Kedua telinganya terpenuhi oleh earphone keluaran terbaru menemani dia mendengarkan lagu-lagu kesukaannya.
Hari ini, dia tidak berniat untuk mengikuti teman-temannya ke tempat mereka bisa menongkrong setelah pulang sekolah.
Jeno mendudukan dirinya di kursi yang emang disediakan untuk murid-murid bersantai ria. Tapi, ketika jam pulang sekolah seperti ini sekolah termasuk taman belakang ini menjadi sepi.
Satu kata buat suasana saat ini,
damai.
Hari ini dia sudah cukup capai. Semenjak dirinya dan Siyeon putus. Perempuan itu sering mengancam Jeno jika dirinya tetap kekeuh untuk putus.
Dia akan melakukan selfharm.
Jeno sudah tidak peduli lagi dengan Siyeon. Hubungan mereka sudah dari lama--sekitar kelas sebelas semester dua-- berubah menjadi toxic.
Bukan hanya karena alasan sang cewek kedapatan jalan dengan cowok lain apalagi cowok itu adalah Hwall, musuh abadinya.
Dirinya sudah dari lama ingin putus, tapi setiap Jeno membahas itu Siyeon berkata akan melakukan selfharm.
Orang tua gadis itu mendengar hal yang dikatakan Siyeon terus memaksa Jeno untuk bertahan buat anak mereka. Jeno yang tidak enak karena orang tua Siyeon sangat baik kepadanya, akhirnya meng'iya'kan hal tersebut.
Jeno menghela nafas panjang, lalu mulai merebahkan tubuhnya di kursi putih yang sangat tidak nyaman ini. Mengingat hal itu membuat dia sekarang merasa lebih bebas dan menjadi dirinya.
Tangan kanannya diletakan di atas kepalanya berguna untuk menghalangi sinar matahari sore yang menusuk padangannya.
Jeno tidak peduli kalo pak Mamat, Satpam sekolah mereka yang berkumis sangat tebal itu menguncinya dari dalam. Toh, dia akan dengan gampang melompat lewat pagar belakang.
Dia juga sudah menyuruh Haechan, tetangga sekaligus sahabatnya untuk membawa motor kesayangaannya itu pulang duluan.
Cukup lama dirinya seperti ini, menikmati panas dan angin sore secara bersamaan di bawah pohon besar sekolah mereka, sambil mendengarkan lagu-lagu dari playlist kesukaanya.
Tak lama terdapat suara yang mengalahkan suara dari earphone nya,
Gedebuk.
Suara itu muncul diiringi suara teriakan yang sangat kencang,
"AAAAAAAA," Jeno langsung tersentak terbangun mendapati seorang cewek dengan rambut blonde halusnya memakai seragam yang sama dengan Jeno tapi dengan pangkat yang berbeda, adik kelasnya.
Gadis itu baru terjatuh dari pohon dengan tinggi 315cm
"BUNDA PANTAT WINTER SAKIT"
Masih dengan posisi duduk yang tragis, gadis itu mulai meluruskan kedua kakinya sambil menangis, hidungnya memerah terus-terusan menahan ingus yang keluar akibat dari tangisannya.
Sepertinya gadis itu belum menyadari keberadaan dirinya, Jeno melirik kedua kakinya dibagian lutut terdapat luka lalu mulai mengalirkan darah segar dari sana.
"Huhu lukaaaa"
Gadis yang rambutnya dikepang dua itu kembali menangis dengan tersedu-sedu. Jeno menghela nafas berat lalu beranjak berdiri menghampiri adik kelasnya itu,
"Bunda Winter gak bisa jalan huaaaaa"
"Kaya gimana--"
Tangisan gadis bernama Winter itu terhenti, terlihat sangat kaget ketika Jeno berjongkok dihadapanya lalu mengeluarkan sapu tangan dari kantong celananya.
Cowok itu mulai menekan kedua luka yang terdapat di lutut Winter mencegah keluarnya lebih banyak darah.
"Aduh!"
Jeno berhenti menekan, lalu menatap Winter dengan kedua alis terangkat bertanya ...
"Sakit?"
"Iya, eh---
engga kok kak"
"Bilang aja kalo sakit"
***
Chapter kali ini salah satu chapter kesukaan aku, lucu aja kwkw. Jangan lupa vote nyaa ya! Bakalan semakin cepet juga update nya.
Semoga suka juga sama trailer nya.
-El
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect
Fanfiction[Cerita ini dalam masa hiatus] Winter tidak pernah merasakan hal semacam ini sebelumnya, hanya karena melihat kakak kelas nya yang tampan itu jantung nya berdetak dengan sangat kencang! Bahkan Winter rasa dia seperti memelihara Kupu-Kupu di dalam pe...