Jung - 8

3.3K 343 8
                                    

Jaehyun terbangun dari tidurnya karena ingin buang air kecil. Ia duduk dan menetralkan pandangannya, kemudian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi. Terlalu pagi untuk dirinya bangun.

Jaehyun turun dari ranjang, berjalan gontai menuju kamar mandi yang terletak di kamar tidurnya bersama Renjun. Tidak sadar jika ranjang saat ini kosong setelah ia turun.

.

.

.

Menutup pintu kamar mandi dengan perlahan. Panggilan kecil dari alam sudah ia tuntaskan. Jaehyun kembali membawa kakinya menuju ranjang dan ia masih belum sadar kalau si ranjang sekarang jomblo. Hanya ada bantal dan selimut yang menemaninya.

Jaehyun merebahkan dirinya, menghadap samping yang biasa kadang membuatnya berhadapan langsung dengan si manis sambil menutup mata. Namun tiba tiba matanya kembali terbuka kala tangannya meraba dan hanya terasa empuknya bantal guling.

Mata Jaehyun melebar karena baru menyadari si manis yang seharusnya tidur bersamanya tidak ada.

"Renjun?.."

Jaehyun mulai bangkit lagi, turun dari ranjang dan langsung berjalan ke luar kamar, bermaksud ingin mencari istrinya.

.

.

.

"Renjun.."

Renjun menoleh dan mendapati Jaehyun berjalan ke arahnya dengan wajah bantal dan rambut yang acak acakan. Jaehyun mengambil posisi duduk tepat di samping Renjun.

"Kenapa tidak tidur?"

"Aku sudah bangun"

Jaehyun menaikkan alis, di ingatannya, Renjun selalu tidur tepat waktu dan bangun mungkin sekitar jam lima pagi. Namun kini, jam tiga pagi Jaehyun sudah mendapati istrinya ini duduk di depan tv sambil mengunyah keripik kentang.

"Apa ini permintaan dari baby?"

Renjun mengangguk, dan matanya kini ia fokuskan pada layar tv yang menampilkan film horor. Sementara Jaehyun, ia mengangguk sambil sesekali menguap. Sepertinya, ia masih ngantuk.

"Kembalilah tidur, aku masih ingin menonton"

Bukannya melaksanakan apa yang di perintah, Jaehyun malah beralih merebahkan dirinya di sofa dengan paha Renjun yang menjadi bantal untuk kepalanya.

Renjun terkejut, fokusnya terganggu. Ia menyibak rambut Jaehyun dan menatap Jaehyun yang kini telah menutup matanya.

Yah... secepat itu pria ini tidur.

Renjun mengangkat bahu, lalu ia memfokuskan kembali matanya pada layar televisi yang kini menampilkan sang hantu yang membuat si pemeran utama takut, dan tak lupa, tangannya juga sambil mengelus kepala Jaehyun agar pria itu semakin nyaman.

.

.

.

"Memangnya berapa lama?"

Renjun bertanya pada Jaehyun yang sedang menulis sesuatu di buku tebal milik pria itu. Jaehyun mendongak, melihat wajah tidak suka Renjun yang amat sangat lucu.

Jaehyun tertawa, ia menutup bukunya dan memasang kembali tutup bolpen yang baru saja ia gunakan.

"Tidak lama, hanya tiga hari"

Renjun mengerucutkan bibirnya. Menaruh baju baju ke dalam lemari dengan asal. Entah kenapa ia di buat kesal.

"Tiga hari itu 72 jam, belum waktu kembalinya yang bertambah 12 jam. Bisa bisa empat hari baru kau kembali"

Jaehyun ingin terbahak, wajah Renjun sungguh membuatnya tak tahan.

"Kalau begitu, nanti aku usahakan pulang secepat mungkin"

Kini Jaehyun sudah bangkit dari duduknya, berjalan menuju Renjun yang tengah berdiri di depan lemari baju milik mereka, kemudian memeluk istrinya dari belakang.

"Aku janji"

Bisikan lembut Jaehyun membuat Renjun sedikit merinding dan juga geli. Telinganya sekarang menjadi objek gigitan dan jilatan.

Dan seketika Jaehyun merasa sesuatu menghantam perutnya, dan itu adalah siku Renjun.

Renjun berbalik, menatap Jaehyun dengan wajah cemberutnya.

"Tepat 72 jam bisa tidak?"

Jaehyun lagi lagi ingin terbahak, heol! Mana bisa seperti itu.

"Tidak bisa baby, kalau begitu aku harus menyewa helikopter sendiri untuk ku pulang tepat 72 jam"

Jaehyun kembali mendapat serangan di perutnya, namun kali ini Renjun mencubitnya. Membuatnya meringis dan tertawa di saat bersamaan.

"Akh..peruthhh...kuhhh"

"Tidak usah mendesah!"

.

.

.

Jaehyun sudah siap dengan pakaian kantornya, namun hari ini ia tidak ke kantor, melainkan ke bandara untuk segera terbang menuju Ilsan, tempat dimana projek barunya di bangun.

Ya, dua hari yang lalu Jaehyun dan Renjun baru saja membicarakan tentang keberangkatan ini yang membuat Renjun awalnya tidak setuju. Tapi, karena projek kali ini sangat penting untuk masa depan mereka nanti, jadilah Renjun mempersilakan Jaehyun pergi (terpaksa).

"Prince, appa pergi dulu ya"

Jeffrey memandang polos Jaehyun yang sedang berbicara padanya. Bocah itu tidak mengerti sekaligus risih karena orang dewasa ini terus memainkan pipi tembamnya.

"Ingat, jika sudah selesai, langsung kembali!"

Jaehyun tertawa, tangan kanannya terangkat untuk mengusak rambut Renjun.

"Iya nyonya.."

Renjun mengerucutkan bibirnya, ingin rasa menggeplak kepala Jaehyun, namun ia takut jika Jeffrey yang sedang berada di gendongannya terjatuh karena gerakan brutal ibunya.

Jaehyun melirik jam tangan miliknya, lalu kembali memandang Renjun.

"I'm going first yes, my love"

Sial, mau pergi masih sempat sempatnya menggombal. Pipi Renjun kan jadi merah.

Renjun memalingkan wajahnya. Jaehyun? Ah...baru kali ini ia merasa rugi untuk meninggalkan rumahnya walau hanya sebentar.

"Sudah pergi sana!"

Jaehyun tertawa lagi, dan...

Cup

"Pay pay..."

Jaehyun berjalan mundur menuju mobilnya sambil melambaikan tangannya. Jeffrey tertawa melihat ayahnya yang berjalan mundur seperti itu. Sementara Renjun, ia hanya tersenyum sambil sesekali membalas lambaian tangan Jaehyun.

Jaehyun mulai memasuki mobilnya, menghidupkan mesin mobilnya. Menurunkan kaca mobil, lalu memberi satu kedipan nakal kepada Renjun, yang mana membuat si cantik itu kembali merona.

Setelahnya, Jaehyun melajukan mobilnya. Meninggalkan area rumahnya.

Menyisakan Renjun yang merasa kesal karena Jaehyun harus pergi gara gara projek itu.

Pintu gerbang mulai di tutup oleh satpam, sementara Renjun masih betah memandangi gerbang itu dengan Jeffrey yang masih berada di gendongannya.

"Jeff, malam ini kau temani Eomma tidur ya?"










Tbc

Keep It On The Low - JaeRen [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang