Part 5 - More Than What You See...

302 51 7
                                    

LULU LALA HOLA :D

Coba diramein dong vote dan comment di cerita ini dan cerita sebelah hahaha

Semoga kalian masih ada yang nungguin kelanjutannya ya :)

Lia

Rasanya aku ingin langsung membatalkan rencana menyusul Tante Nita, ketika tahu bahwa mereka saat ini sedang shopping bikini. Bagaimana mungkin aku ikut mencoba bikini ketika ada Tama juga di sana?

Aku sedang memutar otak mencari ide agar tidak jadi ke lokasi di mana Tante Nita sedang shopping. Namun aku buntu, minta pulang sendiri aku tidak tahu jalan dan tidak berani juga. Aku mencoba peruntungan dengan mengirimkan pesan pada Tante Nita.

From: Lia

Tan ... aku nggak mau coba bikininya ya kalau ada Bang Tama. Aku malu :(

From: Tante Nita

Tenang, 'kan coba bikininya di dalam ruang ganti dulu.

Dipakenya besok, karena Om Andrian mau ajak kita jalan-jalan ke Nusa Dua.

Kamu nggak mau salah kostum sendiri 'kan sayang?

Baiklah, daripada besok aku salah kostum sendiri dan makin jadi lelucon tidak apa ikut shopping bikini hari ini. Nanti aku akan sekaligus membeli outer agar besok bisa lebih tertutup, karena otaknya Tama ini benar-benar kotor. Aku takut!

Mungkin karena aku sejak tadi sibuk dengan telepon genggamku, akhirnya Tama menegurku.

"Main handphone mulu, nggak sopan padahal di sini ada Abang yang dari pagi nemenin kamu," ucap Bang Tama sedikit ketus.

Aneh, kenapa dia mendadak ketus sih? Padahal aku hanya sedang bertukar pesan dengan Tante Nita. Agar tidak membuat suasana makin menyebalkan, akhirnya aku menyimpan telepon genggamku ke dalam tas.

"Lagi chating-an sama siapa?" tanya Tama kemudian setelah aku menyimpan telepon genggamku.

Dasar kepo! Aku memilih tidak memberi tahu yang sebenarnya dan malah menjawab, "Rahasia."

"Masih sekolah jangan pacar-pacaran! Laki-laki seumur kamu tuh banyak yang cuma mau manfaatin perempuan doang," tiba-tiba suara Tama menjadi lebih rendah dari biasanya sambil menasehatiku.

Tapi kalau dipikir-pikir apa haknya menasehatiku jangan pacar-pacaran? Dia saja baru lulus SMA sudah main yang tidak-tidak sama perempuan.

"Abang nggak usah sok nasehatin, pikirin aja apa yang Abang lakuin 6 bulan lalu," jawabku ketus.

"Ya, 'kan Abang udah bilang yang dulu itu nggak lanjut apa-apa pas kamu dateng. Abang tuh keterusan dan sejak kamu diemin Abang, mana berani Abang ulangin lagi," Tama kembali mencoba membela dirinya terkait kejadian 6 bulan yang lalu.

Aku hanya mendengus bosan mendengar pembelaannya yang selalu sama. Selalu saja bilang tidak diteruskan setelah ketahuan olehku. Tidak pernah diulangi lagi. Bagaimana bisa aku percaya? Lagi apa juga hakku melarangnya?

"Jangan diem aja Ya! Gini deh emang kamu waktu itu lihat dari mana sampe mana sih? Kok kayaknya seingetku aku belum ngapa-ngapain deh sama cewek itu, tapi kok kamu marahnya serius banget?" Tama malah melanjutkan pembahasan dan bertanya seakan ingin aku mengingat kembali apa yang kulihat malam itu.

"Aku nggak mau ingetnya. Jijik!" aku menjawab semakin ketus.

"Jijik kenapa? Emang kamu lihat aku lagi ngapain? Jujur deh aku nggak inget ngapa-ngapain," selalu saja Tama mengeluarkan alasan andalannya tidak ingat.

Magnolia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang