Part 8 - She is mine...

303 38 4
                                    

Peringatan cerita ini bakal banyak bagian yang tersembunyi.

Sengaja supaya kalian balik penasaran sama cerita yang udah ditinggal hampir 3 bulan ini :D

Ayo cepet vote dan comment yang banyak ya :D

Tama

Benar-benar aku sudah gila beberapa saat yang lalu. Bahkan teriakan Lia yang memintaku berhenti melakukan tindakan-tindakan dewasa pada tubuhnya sempat tidak kuhiraukan. Tubuh seksinya, teriakan minta tolongnya, malah menjadi penyemangat untukku yang sudah terlarut dalam gairah yang seharusnya tidak kutujukan pada gadis kecil ini.

"Abang stop ... Lia mohon stop ...." lirih kalimat yang Lia ucapkan kali ini ketika aku benar-benar udah memosisikan bagian bawah tubuhku di bagian bawah tubuhnya yang harusnya terlarang kusentuh.

Mata Lia menatap mataku langsung sambil mengatakan kalimat sebelumnya. Saat itulah aku tersadar, bahwa aku telah memaksanya dan menyakitinya. Cepat, aku mengangkat tubuhku dari atas tubuhnya.

Aku duduk di pinggir ranjang kamar hotel ini. Kedua tanganku langsung merenggut rambutku dikedua sisinya dan dengan geram aku berteriak pada diriku sendiri.

"Arghhhh ...." terus aku menggeram sendiri sambil sesekali memukuli kepalaku, menyesali perbuatan yang sudah kulakukan.

Bisa-bisanya aku tidak bisa mengendalikan diriku dan hampir melakukan hal yang selama ini sudah susah payah aku cegah lakukan.

Lia, gadis kecil yang kulindungi walau ada banyak hasrat tak kumengerti yang muncul dalam diriku. Lia adalah wanita yang begitu berarti yang tidak akan pernah kunodai, itulah mengapa aku seringkali mencari pelampiasan hasrat mudaku pada wanita lain.

Tadi saat Lia tertidur begitu saja di sisiku aku sudah terpancing, namun kembali bisa menguasai diri. Aku sungguh berusaha memejamkan mata agar tertidur. Namun ketika dia kembali terbangun dan memukuliku dan membuat mataku terbuka kembali, hasrat itu kembali tidak dapat kukendalikan.

"Aku bajingan ... arghhh ...." teriakku lagi kini dan terus memukuli kepalaku.

Sampai akhirnya tangan halus dan lembut itu menghentikan upaya tanganku untuk kembali memukul.

"Jangan pukul lagi ...." suara seraknya terdengar.

Aku mengangkat wajahku yang sejak tadi menunduk saat mendengar suaranya. Bertemu tatap dengan Lia yang kini wajahnya bersimbah air mata, akibat perbuatanku sebelumnya padanya.

Tidak tahan melihat wajahnya yang begitu sedih, aku pun akhirnya ikut meneteskan air mata.

"Yaaa ... maafin abang ...." ucapku sambil menangisi kebodohan karena dikuasai hasrat.

"Abang jangan pukul kepala lagi. Sakit 'kan? Jangan lagi ...." Lia berucap kembali dan tangannya kini sudah membelai bagian kepalaku yang sejak tadi kupukuli.

"Abang berengsek Yaaa. Abang nyakitin kamu," ucapku mengakui kesalahanku padanya.

"Iyaa ... tapi Lia nggak mau abang sakit juga," ucapan gadis kecil yang polos ini mengejutkanku.

Walau aku sudah begitu melukainya dengan memaksanya, dia malah tidak ingin aku sakit? Lia dan kehangatannya yang tidak pernah terlihat dari luar, tetapi memang begitu sangat memedulikan orang disekitarnya.

Aku menegakkan duduk kali ini, menghapus air mataku yang turun penuh penyesalan. Sesaat aku berdiri, melangkah menuju lemari tempat pakaianku kusimpan. Aku mengambilkan sebuah kaosku dan mengenakannya pada Lia.

Hal itu yang harus kulakukan pertama kali, sebelum aku benar-benar bisa memulai pembicaraanku lagi dengannya. Lia pun dengan menurut mengikuti tuntunanku memakaikan kaos. Setelah Lia sudah mengenakan kaosku untuk menutupi tubuhnya yang sejak tadi hanya terbalut bikin, akupun membawanya duduk di sofa depan ranjang ini.

Magnolia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang