20. ALLEA

21.6K 498 2
                                    

"Hai."

Gerakkan tangan Allea yang sedang mengusak rambut dengan handuk langsung terhenti, ia baru saja selesai mandi dan hendak mengambil minum, tapi ada yang memencet bel apartemennya.

Senyuman canggung langsung merekah di bibir Allea dengan terpaksa. "Hai, ada apa?"

"Baru selesai mandi, ya?" Cowok itu tertawa kecil. "Bukan apa-apa, gue cuma mau anterin ini, bubur kacang hijau. Tadi Mama gue dateng bawa bubur banyak banget, kayaknya gue nggak bakal habis deh."

Perhatian Allea tertuju pada rantang plastik di tangan Raffan, senyum sumringahnya mengembang. "Buat gue nih?"

Raffan mengangguk. "Lo baru pulang?"

Allea mengangguk, menerima rantang itu dari Raffan. Sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan bubur kacang hijau, tapi Allea suka sesuatu yang manis. Mumpung lagi kehabisan camilan manis juga, Allea beruntung punya tetangga sebaik Raffan.

"Bentar, Al."

Allea menahan napas saat Raffan mendekat, tangan cowok itu terulur ke arah wajah Allea membuat Allea reflek menutup mata. Jarak keduanya semakin menyempit bahkan Allea bisa merasakan hembusan napas hangat Raffan.

"Ada benang di rambut lo," ujar Raffan setelah mundur satu langkah.

Allea membuka matanya, lalu menghela napas. Ia tertawa garing, merutuki pikirannya yang sempat merambah ke mana-mana.

"Besok berangkat bareng gue lagi, ya?" tawar Raffan. "Ah, tiap hari aja deh. Kita kan sekelas, jadi jadwalnya banyak yang sama."

Allea akan langsung mengangguk mengiyakan jika ia tidak tahu diri, sayangnya Allea harus membatasi dirinya walau sudah mengenal Raffan. Bagaimana pun, Allea terikat dengan seseorang. Walau pun orang itu jarang bahkan hampir tidak pernah mau melihat keberadaannya, tapi Allea ingin menjaga kepercayaan orang itu.

Ya, Allea masih mengharapkan Leo bahkan setelah semua ini. Leo tetap menjadi tokoh utama dalam pikiran dan doa Allea.

"Gimana?"

"Eh, enggak usah deh. Besok gue bareng Katya aja, dia mau mampir ke apartemen gue juga katanya. Nggak enak juga tiap hari ngerepotin lo."

"Ngerepotin apa sih," Raffan terkekeh. "Lo inget yang pernah gue bilang waktu itu nggak?"

Pertanyaan mengada-ngada. Raffan dan Allea bertemu dua bulan lalu, jutaan kata yang pernah Allea dengar dari Raffan. Lalu mana yang Raffan maksud?

"Karena sekarang lo sama gue, jadi gue ngerasa punya tanggung jawab ngelindungin lo," ujar Raffan, membuat Allea teringat moment itu.

Saat Allea keluar malam-malam ke pasar untuk membeli sup iga dan bertemu dengan cowok ini.

"Entah takdir atau cuma kebetulan kita bisa tetanggaan begini. Dan sesuai yang pernah gue bilang dulu, karena sekarang lo ada di deket gue, gue jadi ngerasa punya tanggung jawab buat jagain lo."

Allea tertegun, kedua mata birunya menatap tepat di mata hitam Raffan. Kedua sudut bibir cowok itu tertarik membentuk seulas senyum menenangkan.

Allea suka sesuatu yang manis, dan senyuman tulus Raffan membuat cowok itu terlihat sangat manis. Jadi, boleh tidak Allea menyukai senyum itu?

.
.

"Maaf, Mas, permisi. Jangan berdiri di tengah jalan."

Alex bergeser dengan umpatan tertahan karena seorang pria tiba-tiba datang mengagetkannya. Ia menatap pria itu sampai masuk ke salah satu unit apartemen, lalu perhatiannya kembali tertuju pada dua anak muda yang tampak saling tersenyum malu itu.

ALLEA [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang