"Seneng banget gue seminggu ini banyak jam kosong," ujar Allea sambil menutup mata, mendongak menatap hamparan langit dari roof top sekolah.
"Al, turun yuk, panas nih." Katya mengibas-kibaskan tangannya ke leher, mengurangi rasa gerah karena mereka berada di atap siang-siang seperti ini.
Matahari memang tidak terlalu terik seperti biasa, dan mereka juga tidak benar-benar berada di tengah Rooftop. Allea bersandar di tembok ruang kecil di sana, sementara Katya duduk berjongkok di sebelah Allea. Masih ada tempah teduh yang menghalau panas matahari langsung menyentuh keduanya.
"Lo kalau mau turun duluan aja, gue masih mau di sini. Lagian juga sampai istirahat selanjutnya masih jam kosong, bosen di kelas."
"Ya tapi nggak di atap juga, Al!" sahut Katya kesal. "Andai pertandingan itu di sekolah ini ya, pasti seminggu full bener-bener jam kosong kita. Sayang banget SMA Maret jauh, nggak bisa nonton."
Allea menoleh menatap Katya karena perkataan cewek itu, ia tahu tentang pertandingan olahraga itu, tapi tidak tahu kapan dan di mana tempatnya.
"Emang kapan sih itu? Ada waktu buat nonton nggak?"
"Nggak ada lah! Pertandingannya udah sejak senin kemarin, tapi baru basket sama CC nya, kalau yang voli sama futsal mulai hari ini," kata Katya. "Finalnya sabtu, paling bisa nonton final doang."
Allea ingin pergi menonton acara itu, tapi bahkan ia tidak tahu di mana letak SMA Maret. Kalau pakai maps, bisa dipastikan 90% ia akan nyasar. Walau cewek jago untuk stalking, tapi percayalah sebagian cewek bisa mendadak kehilangan skil melacak kalau sudah berhadapan dengan maps.
"Tapi sabtu kan gue harus nganterin Mama ke bandara huaaaa, nggak bisa nonton gueee!"
"Gue juga pengen nonton," ujar Allea. "Tapi nebeng siapaaaaa...."
Katya menghela napas. "Jomlo gini banget ya, Al, lo mah mending masih suka ditebengin sama Kak Leo, kadang Kak Alex, akhir-akhir ini bareng Raffan pula. Lah gue? Bilang mau baremg cowok aja Mama udah keluar tuh tanduknya. Gimana gue mau pacaran coba!" keluh Katya membeberkan unek-uneknya karena pergaulan cewek itu sangat dibatasi.
Walau Katya terlihat bar-bar, bahkan suka hilang urat malunya kalau sudah menyangkut Alvin, tapi cewek itu tergolong salah satu sadgirl jalur tidak mendapat izin orang tua.
Allea menatap prihatin teman sebangkunya itu, tapi mendengar penuturan Katya membuat Allea mendapat sebuah ide. Allea menarik kedua ujung bibirnya, lalu memeluk Katya.
"Eh, ada apa nih main peluk-peluk?" tanya Katya, kaget.
"Makasihhh Katya, lo selalu bisa diandelin kalau gue lagi bingung begini! Temen terbaik apalah-apalah tiada banyaknya lo emang!" ujar Allea mengeratkan pelukannya.
"U-udah, Al! Mati gue entar lo cekik begini!"
Allea langsung melepaskan pelukannya, lalu nyengir. Ia terlalu bersemangat sampai memeluk Katya terlalu kuat.
Katya merapikan seragamnya yang berantakkan. "Ide apaan emang? Mau nebeng siapa ke sana? Jangan bilang Kak Leo? No! Big no! Gue denger curhatan lo masalah bekal kemarin aja masih geregetan sama Kak Leo. Kalau besok lo minta nebeng dia, bisa-bisa nasib lo sama kayak itu bekal. Wush! Dihempas, dibuang ke kali!"
Allea mendelik. "Doa lo pedes banget, sampe perih mata gue," ujarnya, lalu terkekeh. "Bukan Kak Leo lah, orang lain dong." Allea memainkan alisnya, membuat Katya bergidik.
"Terus siapa? Kak Alex? Raffan?"
"Opsi kedua," sahut Allea. "Raffan Bramasta."
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA [SELESAI]✔
Ficção AdolescenteAllea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk Leonando. Waktu dan jarak telah mengubah sifat Leonando sampai Allea tidak bisa mengenalinya. Satu f...