Setelah menghabiskan waktu di Kosambi sambil makan Sorabi, kini Kainan dan Jani sedang berteduh didepan salah satu Cafe yang sudah tutup di Jalan Merdeka, karena kebetulan hujan baru saja turun.
Sejak siang tadi memang keduanya menghabiskan waktu bersama-sama dengan cara mengelilingi kota Bandung
"Habis ini mau kemana lagi?"Jani yang sejak tadi memperhatikan rintik hujan yang turun menoleh kearah Kainan yang sedang melihat foto-foto hasil tadi di kameranya "Gak cape emang?"
Kainan menoleh lalu tersenyum lebar membuat Jani merasa gemas seketika "selama sama lo ya gak bakal cape sih kayaknya"
Seketika Jani langsung melengos mendengarnya "Gombal mulu heraaaaaan!!"
"Haha gemes banget sih Jan!!" Pekik Kainan pelan sambil menarik sebelah pipi bulat Jani
Jani yang dibuat kaget dengan pergerakan Kainan hanya bisa senyum tertahan dengan pipinya yang terasa panas.
"Ih es krim..." Seru Jani mengalihkan perhatian Kainan yang menatapnya gemas
Kainan menoleh kearah yang ditunjuk Jani "ya emang tukang es krim, Jan"
Jani menoleh kearah Kainan sambil memperlihatkan gummy smile nya "mau hehe..."
Tahu gak sih Kainan gimana? Tremor tuh jantungnya haha "Hujan-hujan begini?" Jani mengangguk polos "Anjani, lagi hujan lho ini masa maka es"
"Tapi mau es krim.." rengek Jani pelan
Melihat raut wajah Jani yang benar-benar menggemaskan membuat Kainan tidak tahan hanya bisa menurut pasrah, dan mau tak mau laki-laki itu beranjak menghampiri tukang es krim itu.
"Lemah dah udah lemah ini mah!!"
Di tempatnya, Jani malah tersenyum geli melihat Kainan yang menurut begitu saja "gemes banget!!" Gumamnya pelan
Tak lama Kainan kembali dengan 1 es krim ditangannya dan langsung memberikannya pada Jani "Nih!!!"
"Kok cuma satu, lo gak beli?" Tanya Jani sambil menerima es krim dari Kainan yang kini sudah kembali duduk disampingnya.
Kainan tersenyum kecil lalu menggeleng "enggak ah, ngilu hujan begini makan es" Jani hanya terkikik begitu saja.
"Jan!!"
"Kenapa?"
"Rencana lo nanti kalo abis lulus apa?"
Jani terdiam sejenak "Yang pasti sih kerja, raih semua mimpi yang belom gue raih kemarin. Setelah itu mungkin nikah dan ya.. happy until old"
"Bukannya lo sekarang juga udah kerja? Model itu?"
Jani tertawa pelan "itu kan cuma sampingan. Mimpi gue tuh punya butik atau brand sendiri gitu yang dikenal luas sama satu negara bahkan dunia. Lagian kalo model ya itu emang hobby gue disitu"
"Emang ya kalo kerja sama hal yang kita sukain itu jadinya malah bukan kerja"
"Tuh lo paham haha"
"Ya paham, karena kita seprofesi"
Iya, jadi Jani juga baru tahu saat beberapa bulan ke belakang kalau Kainan itu juga seorang model, karena tak sengaja melihat majalah yang menampilkan wajah laki-laki berkulit tan itu.
"Kerjaan lo gimana sekarang?" Tanya Jani
"Makin seru sih haha"
Kainan memang bekerja disalah satu stasiun televisi ternama Indonesia.
Mendadak keduanya hening, mereka hanya saling melihat kearah depan memperhatikan rintik hujan yang perlahan mulai hilang dan menyisakan kepulan asap yang menusuk kulit.
"Jan!"
"Hmm"
"Kalau gue jadi pasangan yang temenin lo di rencana masa depan terakhir lo itu, gimana?"
Jani menoleh kearah Kainan, menatap manik lelaki yang kini menatapnya tak kalah dalam.
"Setelah hampir setengah tahun ini gue bener-bener dibuat jatuh sejatuh-jatuhnya sama lo. Lo yang sering temenin gue kesana-sini, atau lo yang kadang minta tolong buat jemput itu buat gue makin yakin kalau gue emang mau sama lo"
Kainan meraih tangan Jani yang tidak menggenggam eskrim untuk ia letakkan tepat di dadanya "Iramanya gak berubah sejak kenal lo. Gue emang sempet mikir, perasaan gue ini emang beneran sayang atau cuma sekedar rasa suka biasa. Tapi nyatanya gue emang sayang sama lo" Kainan kini menggenggam tangan Jani lembut "Gue bahkan marah saat tahu lo pemotretan sama cowok lain, tapi gue bisa apa? Gue gak berhak marah sampai harus membatasi kerjaan lo"
"Gue mohon lo jangan ngejauh setelah apa yang barusan gue bilang" Jani tetap diam menatap lekat lelaki dihadapannya ini "Gue bener-bener gak bisa tahan sama semua perasaan gue buat lo, Jan. Plis jangan ngejauhin gue setelah ini" mohon Kainan pelan sambil menggenggam kedua tangan Jani yang menempel dikeningnya.
"Siapa yang mau ngejauh?" Tanya Jani pelan
Jujur saja dia juga bingung harus berkata apa, bahkan ia tak pernah menduga bahwa Kainan akan berkata seperti ini. Jani memang menyukai Kainan, terlebih segala bentuk perhatian laki-laki itu yang mampu membuat Jani luluh.
Perlahan Kainan mendongak "Lo gak bakal jauhin gue kan?" Tanyanya pelan
Jani menggeleng pelan sambil tersenyum tipis, menutup segala kegugupan yang tiba-tiba melanda.
"Lo gak keberatan sama pernyataan gue tadi?"
Lagi-lagi Jani menggeleng "Gue malah seneng dengernya" cicitnya pelan
Kainan spontan menegakan tubuhnya, memegang bahu Jani agar menghadap kearah Kainan sepenuhnya "Lo seneng?" Jani mengangguk "Lo beneran seneng? Jadi lo.. lo.. juga.."
Dengan gemasnya Jani malah terkekeh geli melihat Kainan yang mendadak gagap seperti itu "Iya"
Dengan gerak cepat, Kainan menarik tubuh kecil Jani kepelukannya. Jani tersenyum senang dipelukan Kainan, menyamankan kepalanya yang bersandar di dada bidang laki-laki berkulit tan itu.
Kainan melonggarkan pelukannya tanpa melepaskan sambil menunduk melihat Jani yang tengah tersenyum manis "Jadi, lo mau kan sama gue? Gue emang gak seganteng cowok-cowok yang sering DM lo di instagram sih"
Jani terkekeh mendengarnya, beberapa kali memang Kainan iseng meminjam ponsel gadis itu dan melihat DM instagram yang rata-rata dari cowok-cowok ganteng bahkan ada juga dari kalangan selebriti.
"Tapi, gue cuma seorang Kainan. Kainan yang tulus cinta dan sayang sama seorang Anjani. Gue gak lihat lo sebagai Jani yang famous atau selebgram ternama, gue cuma tahunya Anjani, cewek yang gue temuin di tukang mie ayam tahun lalu, cewek yang ngejeledak dijembatan gara-gara dikejar monyet"
Jani benar-benar tak bisa menahan tawanya mendengar penuturan laki-laki yang belum melepaskan pelukannya itu "Ya gak usah diinget juga yang dikejar-kejar monyet mah"
"Karena itu yang salah satu moment yang gak bakal gue lupain haha" Jani hanya menggeleng sambil terkekeh geli "Jadi, lo mau kan sama gue?"
Dengan cepat dan tampak malu-malu Jani mengangguk lucu, semakin membuat binar dimata Kainan terlihat menggemaskan.
Kainan mengecup kedua pipi bulat Jani bergantian sebelum akhirnya memeluk kembali gadis itu dengan erat.
"I love you"
"I love you too"
Hujan yang perlahan mulai menghilang dan menyisakan aroma petrichor itu semakin menambah kesan hangat pelukan keduanya.
Sepertinya Kainan akan ingat suasana selepas hujan di Jalan Merdeka malam hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
D E S T I N Y
ComédieKebetulan sekali mungkin oke masih wajar, tapi kalo kebetulannya terus berulang? mungkin wajib dipertanyakan. Dan juga ada yang pernah mengatakan kalau kebetulan itu adalah sebuah takdir yang menyamar. Dan cerita ini hanya menceritakan tentang 4 ah...