Part 2 : Rezeki yang Terbuang
.
..
.
.Ramai! Satu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi kantin saat ini. Mau lewat saja harus berdesak-desakan tak karuan.
"Mumpung gue lagi baik, gue yang pesan. Lo berdua mau pesan apa?" Tanya Kevin kepada Eza dan Rama yang sudah duduk nyaman di tempatnya.
"Gue nasi goreng juga deh," jawab Rama setelah terdiam sejenak.
"Lo, Za?"
"Eza ini saja," sela seorang siswi yang memakai seragam ketat menaruh semangkuk bakso di hadapan Eza.
Bukan hal baru bagi SMA Pusaka melihat pemandangan seperti ini. Siswi tersebut bername tag Aurellia Pasha--ketua cheers yang digadang-gadang sebagai siswi tercantik di SMA Pusaka karena wajah cantiknya yang mirip bule-bule. Dia memang memiliki garis keturunan Turki, ibunya asli orang Turki sementara ayahnya warga Indonesia yang mengambil study di negara dua benua itu.
"Samakan saja Vin!" Balas Eza kepada Kevin tanpa menghiraukan Aurel yang semakin bertingkah di hadapannya.
"Aaa ...." Aurel menyodorkan sepotong bakso kecil dengan garpunya ke arah mulut Eza yang terkatup rapat.
"Orel, Eja itu nggak mau makan bakso. Lebih baik lo balik deh, sana," usir Rama mengibas-ngibaskan kedua tangannya sebagai isyarat agar Aurell segera menyingkir dari tempatnya.
"Eh Rama jadul! Nama gue bagus ya, Aurellia Pasha dan lo seenaknya manggil gue Orel?!" Sembur Aurell blak-blakan sebelum ia pergi meninggalkan sahabat tiga serangkai itu dengan perasaan dongkol.
Eza mengikuti Aurell dengan arah pandangnya setelah memastikan Aurell benar-benar tak terlihat sejauh mata memandang. Setelahnya, ia beralih menatap Rama. "Makasih," ujar Eza tulus.
"Buat?" Tanya Rama tak mengerti.
"Ngusir hama," balas Eza cuek.
Rama tergelak mendengar penuturan Eza, tapi di satu sisi dia juga penasaran dengan Eza yang selalu anti dengan perempuan.
"Si Orel tuh cantik loh, Ja. Kurang apa lagi coba? Caktik? Iya! Kaya? Jagan ditanya lagi, bokapnya jadi donatur terbesar di sekolah ini. Belum lagi di beberapa sekolah di luar kota.
"Ini namanya rezeki yang terbuang, Za!" Kevin pun ikut menimpali ucapan Rama. Keduanya makan sambil membicarakan Aurel.
"Hooh. Gue tuh pernah dengar, pamali tahu nolak rejeki," ujar Rama berkata bijak. Setidaknya masih ada secuil sisi baiknya yang terpendam di balik sisi gesreknya itu.
"Kalian ngomongin rezeki, tahu nggak definisi rezeki itu apa?" Tanya Eza diakhiri senyuman tipisnya saat melihat Kevin dan Rama langsung terdiam dan hanya saling melempar kode melalui tatapan mata.
"Bentar-bentar," ujar Rama ketika ia mendapat cahaya di atas kepalanya. Ia merongoh benda pipih bernama handphone itu dari saku celananya. "Oke google, apa itu rezeki?"
"Rezeki adalah segala sesuatu dari Allah Swt yang bermanfaat dan yang dihalalkan, bisa berupa uang, makanan, pakaian, hingga pasangan yang saling menentramkan." Suara mbak-mbak google langsung terdengar nyaring hingga membuat penghuni kantin menatap Rama dengan kesal, tapi bukan Rama namanya jika meladeni mereka.
Rama mengulang lagi ucapan google dengan sedikit penekanan dalam suaranya. "Segala sesuatu dari Allah yang bermanfaat dan yang dihalalkan. Apakah menatap wanita yang buka muhrimnya dihalalkan?"
"Tidak!"
"Abang!" panggil Adik Tiri Rama.
Si Abang yang sudah hapal betul suara adiknya itu langsung menjawab, "ha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Grey (Belum Revisi)
Teen FictionLanglite story (belum revisi) "Cinta Eza dan Fatimah, tak memandang rupa maupun wajah. Sebelum melihat, mereka sudah lebih dulu bersemayam dalam cinta." "Cinta Rama dan Karin adalah pengulangan takdir. Sesulit apapun mereka menghindar. Nyatanya takd...