Cerita yang Belum Usai
Mohon komentarnya jika terdapat typo (kesalahan kata)
Kecanggungan begitu terasa di antara Rama dan Karin. Keduanya terdiam kikuk setelah Kevin meninggalkan mereka berdua. Sepertinya dulu mereka dengan mudah tertawa, tapi mengapa sekarang begitu sulit untuk sekedar saling bercerita. Karin paham kondisi mereka tak lagi sama, semuanya telah berbeda. Takdir memang tak pernah mengizinkan manusia memilih dua-duanya. Hukum alam itu masih ada, apabila memilih A, maka bersiaplah kehilangan B. Kehidupan Karin telah berubah sesuai khayalan masa kecilnya, tapi satu hal yang tak ia sangka harus terjadi saat itu juga--ia kehilangan cintanya, Rama Byantara.
"Ram! izinkan aku untuk menjelaskan semuanya. Perkata keputusan yang kau pilih nantijya, aku akan ikhlas menerimanya, tapi tolong, dengarkan dulu penjelasanku. Biarkan aku menghapus kesalahpaman itu." Karin menatap Rama penuh harap. Ia meraih tangan Rama dan menggenggamnya dengan kedua tangannya. Menyiratkan permohonan penuh pinta.
"Kesalahpahaman lo bilang? apa lagi yang mau dijelaskan? semua sudah jelas tanpa penjelasan sekalipun." Rama bangkit dari duduknya. Sebelumnya ia menepis tangan Karin dengan keras hingga genggaman tangan mantan pacarnya itu terlepas.
"Ram, kita sudah dewasa. Tolong jangan menghindar lagi, Ram," pinta Karin dengan lirih.
"Oke!" putus Rama final. Ia kembali melanjutkan perkataannya tanpa duduk di tempatnya. "Jadi apa lo bisa menjelaskan tiga hari waktu lo menghilang tanpa kabar? dan hari di mana lo pelukan dengan cowok lain di parkiran belakang?" tanya Rama dengan napas memburu. Posisinya yang berdiri tegak semakin memudahkan kemarahan menjulur hingga ke ubun-ubun.
Karin tersenyum senang mendengar persetujuan Rama. Ia tak mempermasalahkan Rama yang membentaknya. Baginya Rama tetap di hadapannya saat ini sudah cukup untuk menyingkap kesalahpahaman yang ada.
"Kamu tahu sendiri bagaimana kehidupanku. Aku hanya tinggal bersama nenekku dalam perekonomian yang bisa dikatakan di bawah rata-rata. Jika saja aku tak mendapatkan beasiswa mungkin aku tak akan pernah merasakan pendidikan. Sejak kecil aku selalu berharap bisa menjadi orang kaya suatu saat nanti. Di mana keinginannya akan mudah ia dapatkan saat itu juga. Aku bahkan tak menyangka saat di mana ada seorang cowok yang mengatakan bahwa aku adalah sepupunya." Karin menghentikan ceritanya sejenak. Ia menatap Rama lekat yang dibalas dengan mantan pacarnya itu dengan raut wajah penuh tanya.
"Hah? maksudnya gimana?" tanya Rama kebingungan.
"Tiga hari waktu itu ...."
Flashback on
Karin mematut dirinya di hadapan cermin kuno. Ia sudah tampil rapi dengan seragam putih abu-abu. Sentuhan terakhir, ia menyematkan pita di rambutnya.
"Nek, Karin berangkat du--" Suara Karin tercekat begitu mendapati neneknya tergeletak di lantai. Ia menepuk-nepuk pipi keriput neneknya, tapi percuma. Neneknya itu tak kunjung membuka mata.
Bergegas Karin keluar rumahnya meminta tolong pada tetangganya yang bisa mengantarnya menuju rumah sakit.
Karin mengikuti perawat rumah sakit yang mendorong brankar tempat neneknya berbaring tak sadarkan diri.
"Dokter," panggil suster.
Dokter itu terkejut sembari bergumam sadar, "ibu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Grey (Belum Revisi)
Teen FictionLanglite story (belum revisi) "Cinta Eza dan Fatimah, tak memandang rupa maupun wajah. Sebelum melihat, mereka sudah lebih dulu bersemayam dalam cinta." "Cinta Rama dan Karin adalah pengulangan takdir. Sesulit apapun mereka menghindar. Nyatanya takd...