Dadaku terasa sesak dan berat untuk bernafas. Inginku berlari segera ke kantor. Namun tidak mau menarik perhatian anak-anak yang lain. Aku berjalan saja seperti biasanya mencoba menguntai senyuman di depan anak-anak yang kulewati walau hatiku hancur.
Sesampainya di ruangan kantor aku hanya diam. Biasanya aku bercerita dengan teman-teman kali ini aku tak tahu apa yang harus dikatakan. Setelah waktunya pulang dan kami sudah duduk di mobil Santi berkomentar.
"Sarah pendiam sekali hari ini ya? Apa sedang sariawan?" dia bertanya sambil tertawa.
Aku yang sedang tidak mau diganggu hanya tersenyum kecut dan menoleh ke luar jendela kaca mobil. Aku tak mau menanggapi lelucon sekarang. Pemandangan hijau dari dedaunan dan pepohonan selalu menjadi hiburan tersendiri. Setiap duduk dalam kendaraan aku selalu memilih yang di dekat jendela. Semilir angin yang sejuk mempermainkan jilbab yang sedang kukenakan. Akhirnya aku terbawa lamunan.
"Stop, Pak?" teriak Santi kepada Sang Sopir.
"Sarah ini sudah sampai segera turun," lanjut Santi.Aku tergagap dan menyadari kembali sekelilingku. Segera membawa tas dan buku-buku dan turun dari kendaraan sambil berpamitan dengan teman-teman.
***
Kriiing, kriiing.... Suara panggilan dari gawaiku. Nama Leo muncul di layar. Ah kebetulan ada teman ngobrol nih, dalam hatiku.
"Hallo, Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarrakatuh," jawab Leo. Leo selalu mengucapkan salam ataupun menjawab salam seperti itu. Aku mulai mengetahui kebiasaanya.
Kami mulai mengobrol dan saling bertanya mengenai berbagai macam topik pembicaraan. Dari warna yang disukai sampai hobi masing-masing. Termasuk kegiatan apa yang dilakukan sehari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of Love
RomanceBLURB Suatu saat nanti cerita cinta kita akan kutuliskan menjadi sebuah novel. Itu janjiku padamu, cintaku. Aku sang pencinta. Seringkali kumenemukan cinta yang belum sempurna. Denganmu, aku menemukannya semua nampak sempurna. Dimulai dari sebuah pe...