Begitu Leo menelpon hari berikutnya kutanyakan berapa yang ia habiskan untuk menelponku. Ternyata setiap kali menelpon hampir Rp. 100. 000. Ya ampun, sedangkan jatah uang bulananku saja hanya Rp. 300. 000/ bulan. Banyak sekali modal yang harus ia keluarkan, pikirku.
Malam sudah larut ketika Leo menelpon. Aku terbangun karena suara deringan telpon.
"Assalamu'alaikum, Leo. Ada apa nelpon malam-malam begini?" tanyaku. Tidak biasanya hal ini terjadi.
"Walaikumsalam wr.wb. Sarah. Ada hal yang sangat penting yang ingin kusampaikan padamu," kata Leo.
"Baiklah, silakan katakan," ucapku.
"Bismillah...," Leo berucap sambil gugup. Aku menunggu apa yang akan ia ucapkan berikutnya.
"Sarah, sebenarnya aku mencintaimu," katanya dengan suara yang gugup.
Aku kebingungan dan terdiam. Kami belum pernah bertemu muka. Bahkan fotonya pun aku belum pernah lihat. Bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta dengan orang yang hanya dikenal dan hanya tahu suaranya saja.
"Aku serius Sarah, apa jawabanmu?" tanya Leo.
"Tapi mengapa kau mencintaiku Leo?" aku kembali bertanya.
"Entahlah Sarah, tapi aku benar-benar sudah jatuh cinta padamu. Ini semua dari dalam hatiku. Aku merasa sangat cocok denganmu," katanya lagi. "Jadi apa jawabanmu?" ia kembali bertanya.
Ya Tuhan... Aku menjadi gugup dan bingung harus menjawab apa. Aku suka Leo, tapi bagaimana kalau ternyata ia seorang yang sudah tua atau sudah beristri? Bagaimana seandainya aku dibohongi? Walaupun hati ini juga sudah suka juga padanya.
Lama aku merenung. Detik demi detik seolah begitu panjang dan kuat suaranya. Ia di sana masih menunggu jawaban dengan sabar. Debaran jantungku begitu kuat membuat lidahku kelu. Sulit. Sulit sekali mau mengucapkan satu kata saja. Kubuka mulutku namun lidah tak mau bergerak juga. Ah! Kukumpulkan keberanian sedikit demi sedikit.
"I love you too," suaraku bergetar menjawabnya.
"Apa? Ucapkan dengan Bahasa Indonesia," katanya.
Waduh, aku makin bingung mau berkata apa. Panjang sekali yang harus diucapkan. Degupan jantung makin kuat dan lidahku kelu lagi. Gugup dan gemetar lagi seluruh tubuhku.
"Aku juga mencintaimu," akhirnya bisa juga terucap kata itu. Terdengar dia berteriak senang di sana. Lega juga rasanya setelah mengucapkan kalimat itu.
Itulah untuk pertama kalinya. Aku menerima cinta dari hati. Apa pun dan siapa pun ia aku belum tahu. Entah bagaimana rupa wajahnya. Hanya suaranya saja yang sudah kuhafal. Entahlah apa yang membuatku percaya padanya saat itu.
Sebelum hari ia pertama kali mengirim smsnya padaku aku berdo'a pada Tuhan.
"Ya Allah, sampai sekarang semester delapan aku belum pernah pacaran, sudilah kiranya kali ini berikan aku satu orang saja yang akan menjadi jodohku nanti."
Keesokan hari itulah kemudian aku mendapatkan sebuah sms darinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Cepat sekali do'aku terjawab. Begitu hal ini kuceritakan padanya, ternyata ia pun telah memanjatkan do'a yang sama. Do'a kami berdua telah memilin ke langit dan dipertemukan walau pun berada jauh di seberang lautan sana.
Bagaimana hubungan Leo dan Sarah selanjutnya? Apakah hubungan yang hanya dari hati bisa bertahan? Tunggu cerita selanjutnya ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Path of Love
RomanceBLURB Suatu saat nanti cerita cinta kita akan kutuliskan menjadi sebuah novel. Itu janjiku padamu, cintaku. Aku sang pencinta. Seringkali kumenemukan cinta yang belum sempurna. Denganmu, aku menemukannya semua nampak sempurna. Dimulai dari sebuah pe...