Part. 12

9 0 0
                                    

Perasaan yang sungguh istimewa. Bukanlah perasaan dari mata turun ke hati namun sebaliknya dari hati naik ke mata. Setelah melihatnya aku makin jatuh cinta.

Waktu terus berlalu. Masa PPL telah berakhir dengan berbagai kenangan tak terlupakan. Saling mengenal dan saling memaafkan. Yang akhirnya aku jadi makin mengenal dan akrab dengan mereka. Kami kembali pada kegiatan masing-masing di kampus biru.

Perasaanku pada Leo layaknya bola salju makin lama makin besar dan berat. Namun suatu hari ia mengirim pesan singkat.

(Sarah, aku berkenalan dengan seorang wanita. Besok aku akan menemuinya. Bolehkah?) Ia bertanya.

Aku membaca pesan itu dalam sekejap. Jari terasa kaku. Apa yang harus kujawab? Padahal selama ini Leo adalah satu-satunya orang yang kucintai dan kupercaya.

Ada rasa terbakar di dadaku seolah api sedang berkobar di sana. Rasanya sesak sekali. Perasaan tersebut perlahan naik ke netraku. Menumpahkan kristal bening di sana. Apa yang salah denganku selama ini? Apakah ia tak percaya akan hubungan ini? Begitu banyak pertanyaan yang mengambang.

Beberapa lama aku tak dapat menjawabnya. Impianku seakan telah hancur. Wanita itu tidak berada jauh darinya sedangkan aku berada di seberang lautan. Jika melarangnya aku merasa belum punya hak, walau bagaimana pun ia belum menjadi milikku. Jika kuizinkan hati ini memberontak keras. Namun akhirnya kuputuskan untuk menjawabnya.

(Boleh Leo. Selamat berjuang ya!)

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Kita lanjutkan besok. Oke?

Path of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang