Part. 11

2 0 0
                                    

Sehari sebelum lebaran aku diajak Leo berkunjung ke rumahnya melalui percakapan telepon selular.

"Ayo, Sarah ke rumah sekalian kuperkenalkan dengan keluargaku," ajak Leo.

"Oke, baiklah," jawab Sarah.

Aih kesempatan emas tidak boleh dilewatkan dan belum tentu akan datang dua kali. Aku dijemput Leo di pelabuhan. Hari ini untuk yang pertama kalinya kami akan bertemu. Entah bagaimana wajah Leo.

"Leo dimana?" tanyaku begitu turun dari kapal cepat.

"Aku sudah menunggumu dari tadi. Aku pakai baju biru," kata Leo.

Aku menengok kiri dan kanan mencari-cari seorang pemuda berbaju biru. Aha! Itu orangnya. Perawakannya lumayan tinggi dan kurus. Wajahnya hitam manis dengan rambut ikal. Ia mengenakan celana gunung. Aduh, setelah melihatnya mengapa jantungku serasa mau lepas. Kuraba wajahku terasa hangat pasti telah memerah karena merasa malu.

Hari ini pakaianku sangat simpel. Celana jeans biru tua dipadukan T-Shirt biru muda lengan panjang serta jilbab warna senada yaitu juga biru muda. Aku yang tadi begitu bersemangat ingin bertemu Leo sekarang malah kaki terasa berat untuk melangkah. Perlahan namun pasti aku menuju tempat Leo berada sepertinya ia tak menyadari kehadiranku. Sekarang ia sedang membelakangiku.

"Ba! Leo ya!" ucapku sedikit berteriak mengejutkannya. Ia terlonjak kaget.

"Ha ha ha," aku tertawa.

Leo pun tersenyum menampilkan barisan geligi yang putih dan rapi. Mengajakku segera naik motor bebek yang juga berwarna biru. Aku pun dengan kikuk naik ke motornya. Setengah jam kemudian kami pun sampai di rumahnya. Melihat kami datang keponakannya segera menyambut sambil berlari riang.

"Oo....m!"

Aku segera turun dan menghampiri seorang anak yang sangat manis. Dia juga hitam manis dan berambut ikal seperti pamannya. Wajahnya bulat dan mata yang bersinar. Usianya kutaksir baru empat atau lima tahun.

"Ini Bibik ya om?" tanyanya polos sambil memandangku. Aku mengangguk.

"Siapa namamu?" tanyaku sambil tersenyum.

"Mia," dia menjawabku tanpa malu seolah sudah lama kenal. Segera ditariknya tanganku menuju rumah Leo. Besok mau lebaran, keluarga Mia yang merupakan adik Leo yang sudah duluan menikah ikut berkumpul di rumah.

Seorang perempuan yang sudah berumur dan seorang perempuan muda sedang mengayam ketupat. Mereka segera menghentikan aktivitasnya begitu melihatku.

"Wah sudah sampai," kata mereka ramah. Aku mengucap salam dan segera menyalami mereka berdua.

"Ini adalah Ibu dan Adikku. Ayah masih bekerja mungkin sebentar lagi pulang. Ayo silakan duduk tidak usah malu-malu anggap saja rumah sendiri," kata Leo.

Aku mendekati Ibu dan Adik Leo. Berbincang dan berkenalan dengan mereka. Dengan cepat kami bisa mengobrol walaupun sesekali Ibu menggunakan bahasa daerah Bangka yang kurang kumengerti. Berkali pula kutanyakan apa artinya.

"Leo itu tidak pernah pacaran. Ini pertama kali ia mengajak seorang perempuan datang ke rumah," cerita Ibunya.

Aku tersenyum senang. Untunglah, ternyata Leo memang masih bujangan. Namun tidak lama kemudian beberapa tetangga datang ke rumah Leo. Mereka memperkenalkan diri dan mengamatiku.

"Wah ini Sarah? Mirip sekali sama Desi ya," kata seorang tetangga. Desi adalah adik Leo yang sudah menikah. Ia adalah ibunya Mia. Aku hanya tersenyum menanggapi berbagai komentar mereka.

Path of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang