(27)

17.1K 1.4K 21
                                    

"Dek, kebiasaan banget, dompet kamu ketinggalan." Satu kalimat barusan yang langsung ngalihin perhatian kita bertiga.

"Mas Reza!" Kaget Icha begitu sadar kalau yang ada dihadapan kita bertiga sekarang adalah Masnya Uty, masih selalu sama, Mas Reza yang tersenyum ramah setiap kali mengantarkan Uty menemui kita berdua.

Gue hanya terpaku ditempat mendapati kehadiran Mas Reza didepan gue sekarang, dua tahun berlalu gue kira perasaan gue udah berubah, gue berpikir kalau pemiliknya udah berganti tapi sekarang apa? Gue bergetar hanya karena tatapan teduh dan senyuman hangat seorang Reza, gue kenapa?

Menengadahkan tatapan gue untuk sesaat, gue berharap mata gue yang udah berkaca-kaca kaya sekarang gak akan pernah diketahui siapapun, gue ini kenapa sebenernya? Gak seharusnya gue bersikap kaya gini, seseorang tolongin gue.

"Apa kabar Cha?" Mas Reza maju memeluk Icha hangat seperti biasa, ini hanya dekapan seorang saudara lelaki untuk adik perempuannya, melepaskan dekapan Icha, Mas Reza berdiri mematung memandangi kehadiran gue dihadapannya sekarang.

"Ay!" Ucap Mas Reza lembut mengulurkan lengannya untuk gue sambut, hanya karena satu panggilan, suara Mas Reza masih berhasil menggetarkan hati gue, apa hati gue masih serapuh ini? Gue hanya membalas panggilan Mas Reza dengan senyuman yang gue sendiri gak bisa mengartikan itu senyuman apa? Sedihkah? Atau bahkan bahagia? Gue gak tahu.

Tanpa menunggu respon gue lagi, Mas Reza melangkah maju membawa tubuh gue masuk dalam dekapannya, untuk sesaat gue mengkaku ditempat sebelum beberapa detik kemudian gue narik diri dan melangkah mundur, ini salah, gue udah gak kaya dulu lagi, gue istri orang sekarang.

"Kalian sehat Cha? Ay?" Tanya Mas Reza dengan tatapan yang entah kenapa terlihat sangat menyakitkan untuk gue sekarang.

"Ayra? Kamu baik?" Ulang Mas Reza memperhatikan gue lekat.

"Ayra minta maaf Mas, untuk semuanya." Rasanya ribuan kalipun gue mengucapkan kata maaf gak akan pernah bisa nebus semua kesalahan yang udah gue perbuat untuk Mas Reza, memberikan Mas Reza harapan yang berakhir dengan meninggalkannya gitu aja, menikah dengan laki-laki lain tanpa pemberitahuan apapun? Kesalahan gue memang sebsar ini.

"Ay! Berhenti mint maaf sama Mas, keadaan Mas jauh lebih baik sekarang? Mas juga selalu berharap kalau kamu akan bahagia, dengan atau bukan Mas sebagai sumbernya, jangan natap Mas kaya gitu atau Mas gak akan bisa bertahan." Mas Reza bahkan masih memaksakan senyumannya.

"Dek, dompetnya." Mas Reza memberikan dompet Uty.

"Kenapa repot-repot sih Mas?" Kesal Uty menerima uluran dompet yang Mas Reza kasih.

"Kamu ya Dek udah dianterin bukannya bilang makasih, ini malah kesal gak jelas." Mas Reza tertawa kecil tapi gue tahu tatapannya berusaha menghindari gue.

"Gak ada yang nyuruh Mas nganterin jugakan?" Dan Icha cuma bisa geleng-geleng kepala ngeliat Uty sama Mas Reza yang lagi adu mulut, udah biasa itu.

"Gue cabut duluan ya?" Pamit gue ke Uty sama Icha, gue gak bisa bertahan disini lebih lama lagi.

"Buru-buru banget Ay? Memang lo gak kangen sama kita-kita? Udah jarang ketemu pulakan, jangan pulang dulu kenapa?" Tanya Uty nahan gue untuk tetap tinggal.

"Ya kangen tapi lo pada juga gak lupakan kalau gue masih punya tanggung jawab lain sekarang?" Jelas gue.

"Oya, lo kudu ngurusin Lia ya?" Lanjut Icha.

"Lia lagi nginep dirumah mertua gue Cha, jadi_

"Jadi lo cuma berdua sama Mas Arya dirumah?" Gue langsung natap Icha dengan tatapan membunuh, gila mulutnya ni anak, masih belum bisa dikondisikan, saringan bocor, bahkan Mas Reza gak bisa nutupin keterkejutannya dengan ucapan Icha barusan.

Dear Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang