(9)

22.1K 1.9K 22
                                    

Gue membuka mata gue perlahan begitu ngerasa ada seseorang yang menggenggam erat tangan gue, gue menatap orang tersebut penuh rasa bersalah begitu tahu kalau yang menggenggam tangan gue sekarang adalah Mas Reza.

Mas Reza kenapa bisa disini? Gimana bisa gue ada dirumah sakit dengan Mas Reza yang ada disamping gue? Bukannya semalam gue dirumah? Apa Mas Reza yang ngebawa gue kerumah sakit? Tapi itu gak mungkin.

Mas Reza gak tahu kalau gue udah pindah jadi gimana bisa dia ngebawa gue kerumah sakit? Mengabaikan semua pertanyaan gue, gue melirik Mas Reza sekilas dan kembali menghembuskan nafas dalam.

Memperhatikan Mas Reza yang tertidur disamping ranjang gue berbaring sembari menggenggam tangan gue kaya gini rasanya ada yang salah, gue gak bisa membiarkan laki-laki lain menyentuh gue sesuka hati.

"Mas!" Lirih gue mencoba narik pelan tangan gue dari genggaman Mas Reza.

Dengan hati-hati gue narik tangan gue dan beralih nepuk pelan bahu Mas Reza untuk bangun, Mas Reza gak harus tidur disini, kalau ada yang liat mereka mau mikir apa?

"Mas Reza." Ulang gue nepuk bahunya cukup keras yang membuat Mas Reza membuka matanya perlahan dan menatap gue lengkap dengan raut wajah khawatirnya, mendapati tatapan Mas Reza sekarang malah membuat mata gue ikut berkaca-kaca.

Dulu, kalau seandainya Mas Reza natap gue teduh kaya gini sudah bisa dipastikan kalau gue akan sangat bahagia tapi sekarang semuanya beda, semuanya berubah, gue udah gak kaya dulu lagi, gue udah gak berhak nerima semua perlakuan baik Mas Reza.

Kalau Mas Reza tahu status gue sekarang, Mas Reza akan sangat terluka, gue gak mau nyakitin hati kenyataannya gue udah nyakitin Mas Reza, dengan kenikahi laki-laki lain tanpa sepengetahuan Mas Reza adalah kesalahan terbesar gue.

Gue takut dan gue penuh rasa bersalah hanya untuk sekedar natap Mas Reza tapi sayangnya gue juga gak bisa nipu diri gue sendiri, gue sangat merindukan laki-laki yang duduk dihadapan gue sekarang, apa Mas Reza merasakan hal yang sama?

Tapi balik mengingat status gue sekarang, gue juga mulai mencari keberadaan laki-laki yang seharusnya bertanggung jawab atas diri gue sekarang, suami gue, Mas Arya kemana?

"Kamu baik?" Tanya Mas Reza terlihat separuh kesal, gue diam memperhatikan Mas Reza.

"Mas kenapa bisa disini?" Tanya gue mengabaikan pertanyaan Mas Reza barusan.

"Apa itu penting sekarang? Kenapa kamu bisa ngedrop sampai kaya gini? Kamu mikirin apa Ay? Udah Mas ingetin berkali-kali, jaga kesehatan kamu." Ucapan Mas Reza terdengar sedang memarahi gue tapi gue juga tahu kalau sebenernya Mas Reza cuma khawatir.

"Mas, Ayra gak papa, Mas jangan khawatir, beneran." Gue memaksakan sedikit senyuman gue.

"Kamu masih bisa senyum? Disaat kamu berkahir berbaring di ranjang rumah sakit kaya gini?" Lagi-lagi gue tersenyum pelan.

"Ayra minta maaf, harusnya Ayra yang nemuin Mas bukan malah Mas yang nungguin Ayra dirumah sakit kaya gini?" Gue yang harusnya dateng nemuin Mas Reza untuk ngasih penjelasan bukan malah berasa ditangkap basah kaya gini.

"Mas udah nunggu kamu lebih lama dari yang kamu bayangin Ay, Kenapa kamu pindah tapi gak ngabarin Mas apapun?" Tanya Mas Reza berniat menggenggam tangan gue lagi sebelum gue narik tangan gue cepat.

Dada gue seakan tercekat dengan pertanyaan Mas Reza barusan, kenapa Mas Reza bisa tahu kalau gue udah pindah? Dan yang paling penting sekarang kenapa malah Mas Reza yang ada disini nungguin gue? Mas Arya kemana? Apa dia gak peduli sedikitpun tentang gue?

"Kenapa Ay?" Tanya Mas Reza kaget dengan reaksi gue

"Ayra sakit Mas, tar Mas ikutan sakit." Alasan gue.

"Mas tahu dari siapa kalau Ayra udah pindah?"

"Semalam Mas ke rumah, Mas ketemu Bunda, Bunda yang ngasih tahu kalau kamu udah pindah dan yang lebih membuat dada Mas bergemuruh sewaktu Bunda bilang kalau kamu di bawa ke rumah sakit, makanya Mas buru-buru kesini nungguin kamu sadar."

"Bunda bilang apa aja sama Mas?" Tanya gue jujur mulai panik.

"Mas belum sempat ngobrol banyak sama Bunda, kita semua keburu panik begitu tahu kamu pingsan dirumah." Jadi beneran Mas Reza yang ngebawa gue kerumah sakit?

Gue menghembuskan nafas lega dengan jawaban Mas Reza, ya setidaknya Mas Reza belum tahu masalah pernikahan gue, gue gak mau Mas Reza salah paham karena gue mau andai kata Mas Reza harus tahu, Mas Reza harus tahu ini semua dari mulut gue sendiri.

"Sekarang Bunda mana Mas?"

"Selepas subuh Bunda udah pulang untuk ngambil keperluan kamu sama sekalian ngeliatin Lia, di luar cuma ada Mas Arya yang masih stay nungguin kamu dari semalam." Hah?

"Mas udah ketemu Mas Arya?" Tanya gue yang diangguki.

"Udah, Mas Arya juga yang ngebawa kamu ke rumah sakit semalam tapi kenapa Mas Arya bisa ada di rumah baru kamu? Kamu pindah sama siapa?" Jadi Mas Arya yang ngebawa gue kerumah sakit?

Gue mau jawab apa? Mau pingsan lagi rasanya, ini gue harus ngasih jawaban apaan? Siapapun tolongin gue, gue belum siap untuk ngejelasin status gue sekarang sama Mas Reza, gak dalam keadaan gue yang kacau kaya gini.

"Kenapa Ay? Kamu tinggal sama siapa?" Ulang Mas Reza, apa gue harus jujur sekarang aja? Sebelum Mas Reza makin salah paham.

"Mas, Ayra mau ngomong_

"Permisi, Mbak Ayra udah sadar? Kita cek dulu ya Mbak?"  Suster datang di waktu yang tepat dan menyelematkan gue, ya setidaknya gue gak harus pusing mikirin mau ngasih jawaban apa untuk pertanyaan Mas Reza.

"Maaf Mbak, ini suaminya kemana? Ada yang harus saya sampaikan." Allahuakbar, kirain selamat dari pertanyaan Mas Reza, lah ini malah suami gue langsung yang ditanyain, susternya nolongin kenapa setengah-setengah?

"Maksudnya gimana sus? Setahu saya Ayra belum menikah." Tanya Mas Reza mulai menatap gue penuh tanda tanya.

"Tapi di sini status Mbak Ayra menikah Mas dan semalam suaminya sendiri yang mengisi formulir pendaftaran." Dan Hening, gue gak tahu harus gimana, berniat mau pingsan lagi itu pemikiran bodoh, Mas Reza sendiri udah natap gue makin tajam.

"Saya suaminya sus." Tiba-tiba Mas Arya masuk dan memecah keheningan di kamar gue di rawat sekarang, udahlah pasrah gue.

Dear Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang