(15)

23.2K 1.7K 23
                                    

"Mas Reza!" Dan didepan kita udah ada Mas Reza yang menatap gue dengan tatapan berkaca-kaca.

Melihat tatapan Mas Reza yang begitu berat, gue berencana bangkit dan nemuin Mas Reza sekarang juga, kemarin di rumah sakit Mas Reza belum mendengarkan penjelasan gue secara baik-baik.

"Kamu mau kemana?" Tanya Mas Arya sembari nahan lengan gue.

"Mas, Ayra butuh bicara sama Mas Reza." Jawab gue dengan nada memohon.

Gue tahu sikap gue sekarang itu salah tapi gue juga gak tahu kenapa tapi rasa gue beneran harus nemuin Mas Reza, ngeliat Mas Reza berbalik arah dan ninggalin gue dengan tatapan terlukanya beneran ngebuat gue makin ngerasa bersalah.

Orang lain pasti bakalan nyalahin gue kalau tahu sikap gue sekarang, gue terlihat sangat egois dengan mengejar laki-laki lain di depan suami gue sendiri, gue akan paham kalau orang lain mikir buruk tentang gue.

Tapi mereka semua juga lupa, saat ini, disini, Mas Reza adalah orang yang paling terluka, membayangkan lelaki yang menunggu seorang wanita yang sangat dicintainya menerima pinangan dengan sabar tapi nyatanya harapannya hancur tanpa pemberitahuan apapun.

Apa kalian semua masih mikir sikap gue sangat keterlaluan? Gue hanya mencoba memberikan Mas Reza sedikit rasa kalau dia masih sangat gue hargai, gak ada yang mengabaikan perasaannya, gak ada, gue sangat menghargai perasaan tulusnya ke gue.

Alasan gue masih terus memikirkan Mas Reza adalah karena gue belum memberikan penjelasan secara baik untuk membuat Mas Reza ngerti kenapa gue milih menikahi laki-laki lain, walaupun hasilnya akan tetap sama tapi setidaknya Mas Reza tahu, dia sangat berarti untuk gue sebelum ini.

Meninggalkan luka bukan berarti gue harus mendendam, belum berjodoh bukan berarti gue harus mengabaikan, itu yang berusaha gue jelaskan tapi lagi-lagi waktu seakan membuat keadaan semakin rumit, Mas Reza bertemu dengan gue selalu disaat yang gak tepat.

"Mas! Ayra__"

"Kamu istri Mas, kalian bisa bicara tapi gak sekarang dan ditempat rame kaya gini." Lanjut Mas Arya tanpa berniat melepaskan genggamannya ditangan gue.

Lagi-lagi status menjadi kendala terbesar gue sekarang, bertemu disaat yang gak tepat, mengejar berniat menjelaskan tapi status juga kembali menahan langkah gue, apa akan selalu seperti ini?

Gue menghela nafas dalam dan kembali melirik ke arah Mas Reza tapi Mas Reza udah gak ada disana, walaupun kecewa tapi mungkin Mas Arya bener, gue bisa bicara dengan Mas Reza lain waktu dan gak di acara resepsi orang kaya gini.

Lagian mau seberapa besarpun rasa khawatir dan perasaan bersalah gue ke Mas Reza, gue juga gak mungkin pergi tanpa seizin suami gue, nemuin laki-laki lain tanpa izin suami itu beneran gak mungkin.

"Mas makan dulu." Gue mengangguk pelan.

.
.
.

Selesai Mas Arya yang gantian makan, kita bertiga langsung pamit pulang, gue sendiri juga udah gak mood, gue beneran kepikiran sama Mas Reza, hati gue belum tenang sebelum bisa ngejelasin semuanya sama Mas Reza.

Mengingat posisi gue sekarang, walaupun berat tapi gue harus melepaskan Mas Reza, gue hanya ingin melepaskan baik-baik, gak dengan cara berpisah tanpa penjelasan apapun, itu gak adil.

Gue terbebani, Mas Reza terbebani, Mas Arya apalagi, kami bertiga punya beban masing-masing, banyak yang harus gue jelaskan, banyak yang harus gue pertimbangkan.

Selama perjalanan pulang entah kenapa suasana cukup hening, gue milih diam dan Mas Arya juga gak nanya apapun, hanya pemikiran gue yang semakin melayang kemana-mana, mempertimbangka banyak hal yang gue sendiri gak tahu apa gue punya penyelesaiannya.

Suasana hening sampai kita udah dirumah, Lia yang memang udah tidur langsung di ambil alih sama Bi Imah sedangkan gue berbalik arah masuk ke kamar mengembalikan kesadaran gue.

"Kamu masih mikirin Reza?" Tanya Mas Arya yang baru masuk ke kamar.

Kalau boleh jujur, gue juga sangat merasa bersalah denga Mas Arya, gue salah karena terus mikirin laki-laki kaya gini tapi gue juga bisa apa? Mas Reza juga gak punya salah dimata gue.

Ngelupain seseorang itu akan terasa sangat berat disaat lo jelas-jelas tahu kalau dia gak ngelakuin kesalahan apapun, lo yang salah, lo penyebabnya sampai anak orang terluka tanpa alasan pasti.

Sampai sekarang gue juga gak bisa bohong, detik ini sekalipun, hati gue masih untuk orang yang sama, Mas Reza pemiliknya, gak mudah untuk melepaskan lelaki yang selama ini sangat penting di hidup gue, itu gak gampang.

Kenyataannya gue cinta sama Mas Reza bukan sama Mas Arya itu udah gak bisa gue apa-apain lagi, alasan gue itu sangat jelas, menikah cuma karena paksaan keluarga dan demi Lia tapi sekarang gue gak bisa menyalahkan siapapun.

Gue gak bisa menjadikan paksaan keluarga dan Lia sebagai alasan, itu gak bener, sekarang gue sendiri harus gimana? Pikiran dan hati gue udah gak sejalan, gue malah ngerasa makin berdosa sama Mas Arya, gue merasa bersalah untuk mereka berdua.

"Kenapa ngelamun? Kamu masih mikirin Reza?" Ulang Mas Arya ngambil posisi di pinggir ranjang.

"Heumm! Ayra minta maaf." Sesal gue.

Rasanya percuma kalau gue bohong karena Mas Arya masalah Mas Reza karena Mas Arya jelas tahu kalau gue memang masih kepikiran sama Mas Reza dari tadi, itu pasti keliatan jelas.

"Kenapa kamu minta maaf? Selama kamu masih tahu batasan seorang istri itu apa, Mas gak akan marah, Mas cuma menyarankan, selesaikan urusan kalian secepatnya dan untuk itu Mas mengiznikan kamu ketemu Reza." Ucap Mas Arya yang membuat gue menatap Mas Arya balik.

Gue cukup bersyukur atas pengertian Mas Arya ke gue sekarang, gue gak pungkiri kalau pemikiran Mas Arya memang selalu lebih dewasa dan bijak di bandingkan gue, cuma ya balik lagi, sikap dingin sama kakunya itu lebih mendominasi, perubahan sikapnya sekarang juga membuat gue bingung.

Mas Arya ngomong ke gue kalau gak akan pernah ada yang bisa ngegantiin posisi Kak Airin dihatinya tapi kenapa sikapnya belakangan ini seolah memberikan gue harapan? Sikapnya semakin membuat gue meragu.

Apa gue bisa mempercayakan hati gue untuk lelaki yang jelas-jelaa belum melupakan mantan istrinya? Sekarang gue kecewa karena harus meninggalkan lelaki yang gue cintai, apa gue harus merasakan juga rasanya ditinggal suatu saat nanti? Ini yang gue takutkan.

"Mas! Kenapa sikap Mas berubah?" Tanya gue jelas, jangan terlalu baik kalau Mas Arya gak berniat mempertahankan gue.

"Mas gak akan pernah bisa masuk kedalam hati kamu disaat masih ada laki-laki lain disana."

Dear Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang