(23)

21.6K 1.6K 32
                                    

"Seorang Ayra adalah hadiah terindah di dalam hidup seorang Arya." Mata gue langsung berkaca-kaca dengan ucapan Mas Arya barusan, rasanya beneran mau nangis, sikap Mas Arya yang selalu dingin membuat gue mempertanyakan perasaan ke gue selama ini itu sebenarnya gimana tapi setelah tahu alasannya dan sikapnya juga mulai berubah, ada beban yang seolah benar-benar lepas dari bahu gue.

"Kenapa kamu malah nangis? Umur beneran udah dua puluh satu gak sih Ay? Istri Mas cengeng banget." Tanya Mas Arya tertawa kecil memperhatikan gue, yak, gue lagi terharu ini kenapa malah di ledekin? Pake bawa-bawa umur lagi, apa hubungannya?

"Sering nangis gini karena siapa ya Mas? Mas gak sadar diri udah bikin salah?" Balas gue nepuk pipi Mas Arya sekilas, bukan mukul ya, cuma gue nepuk sayang jadi jangan salah kaprah tar ngomong gue gak sopan sama suami lagi.

"Makanya Mas minta maaf karena Mas tahu Mas yang salah, maaf membuat kamu bingung selama ini, kamu bisa ngerasain perasaan Mas sekarang kan Ay? Kamu pemiliknya." Masih dengan senyum yang sama, Mas Arya kembali membawa gue masuk dalam dekapannya, mendadak gue harus mikir ulang, ternyata menikah muda gak sepenuhnya menjadi mimpi buruk, gak semuanya sama seperti yang gue bayangkan dulu.

Di masa remaja menuju dewasa gue sekarang, kalau harus gue memilih, gue masih akan memilih memilih masa itu sebagai masa tersulit, gimana enggak? Disaat seharusnya gadis seumuran gue masih suka main dan keluar sama temen, gue malah di paksa menikah mendadak, rasanya beneran gak adil, gue gak akan bisa melupakan perasaan gue saat itu.

Gak cukup dengan pekara menikah paksa, keadaan rumah tangga gue di awal pernikahan bisa dikatakan beneran buruk, gue sama Mas Arya yang belum percaya satu sama lain dan di tambah dengan masalah kecil yang datang bertubi-tubi itu beneran berat, belum lagi kepribadian gue yang terkesan maaih sangat labil, gue pikir pernikahan gue sama Mas Arya gak akan bertahan lama, jujur gue pernah mikir kaya gini sangking pasrahnya dengan keadaan.

"Jangan ngelamun." Ucap Mas Arya melepas dekapannya, Mas Wrya ngambil posisi duduk di meja belajar gue sekarang, gue tersenyum kecil dan mengangguk pelan, keliatan banget kalau gue lagi ngelamun barusan ya?

"Lebih baik sekarang kamu istirahat, besok kita pulang lebih awal soalnya Mas tadi dapet undangan nikahan temen lagi." Ucap Mas Arya memperlihatkan selembar undangan di tangannya.

"Lagi? Berangkat dari rumah Bunda kan bisa Mas?" Tanya gue lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lagi? Berangkat dari rumah Bunda kan bisa Mas?" Tanya gue lagi.

"Gak bisa, soalnya Mama sama Papa juga mau main ke rumah katanya." Lanjut Mas Arya biasa tapi reaksi gue yang gak biasa, gue malah kaget sama ucapan Mas Arya barusan, Mama sama Papa mau dateng kenapa gak ngomong dari tadi?

"Kenapa Mas baru ngomong sekarang? Ya Allah, di rumah itu kulkas kosong Mas, gak ada isinya, Mas mau ngasih Mama sama Papa makan es batu? Kalau Mas ngomong dari tadi kita kan bisa belanja dulu sebelum pulang, Mas mau Mama sama Papa mikir apa?" Tanya gue kesal.

Kekesalah gue udah gak tertolong sama Mas Arya sekarang, Mama sama Papa itu jarang banget main ke rumah, mainnya paling kalau lagi ada libur gini, nah sesekali mertua dateng masa iya gue gak nyiapin apapun? Tar di kata menantunya males lagi.

Dear Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang