(33)

15.5K 1.3K 31
                                    

"Okey! Gue pulang!" Setelah yakin dengan perasaan gue sendiri, gue nyetop taksi pulang dengan perasaan penuh rasa bersalah.

Sebenernya apa yang membuat gue sangat sulit untuk mengakui perasaan gue ke Mas Arya sekarang? Apa ini murni memang hanya karena rasa bersalah gue ke Mas Reza atau ada hal lain yang mengganjal dihati gue selama ini tapi sayangnya gue sendiri gak sadar, walaupun gue sudah yakin kalau gue beneran jatuh cinta dengan suami gue tapi ada beberapa hal yang tetap membuat gue kurang nyaman, dan sampai saat ini gue gak tahu itu apa?

Setiap kali gue mengingat Mas Arya dan Lia, nama Kak Airin selalu aja muncul dalam pemikiran gue, rasa khawatir, rasa gak nyaman bahkan mungkin rasa bersalah, gue seakan takut melangkah maju kalau mengingat Mas Arya sama Lia siapa untuk gue sebelum ini, mereka yang pada kenyataannya bukan milik gue tapi milik Kakak gue sendiri.

Selama perjalanan pulang, gue terus memikirkan hal ini, banyak yang gue pertimbangkan, walaupun gue bisa mengakui perasaan gue ke Mas Arya sekarang tapi melupakan masa lalu dan melangkah maju tanpa ada pertimbangan apapun rasanya sangat sulit untuk gue, semuanya gak akan semudah itu.

.
.
.

Sampai di depan pintu rumah, gue menghela nafas dalam sebelum melangkahkan kaki gue untuk masuk, pintu gue buka perlahan dan hal pertama yang gue dapati adalah, Mas Arya yang tertidur disofa masih dengan kemeja kerjanya tadi, apa Mas Arya belum beberes sama sekali?

Gue mendekat dan mendudukkan tubuh gue dilantai tepat disamping Mas Arya berbaring sekarang, menatap Mas Arya terlihat sangat lelah membuat gue kembali merasa bersalah, karena gue, Mas Arya pasti punya banyak beban juga.

Mengusap helaian rambut Mas Arya perlahan, gue bangkit dan berjalan masuk ke kamar untuk ngambilin Mas Arya selimut, mau gue bangunin, tidurnya keliatan cukup nyenyak, lebih baik gue membiarkan Mas Arya tidur sebentar lagi, mendapatkan selimutnya, gue balik turun dan mulai menyelimuti Mas Arya perlahan.

"Kamu udah pulang?" Tanya Mas Arya serak begitu membuka matanya perlahan.

"Mas kenapa tidur disini?" Tanyangue balik mengusap wajah Mas Arya pelan.

"Mas nungguin kamu, kamu kemana aja Ay? Kamu ngebuat Mas khawatir." Mas Arya bangkit dari tidurnya dan langsung memeluk gue erat tiba-tiba.

"Maaf! Ayra tadi ke tempat Icha, maaf Ayra gak izin sama Mas dulu." Jawab gue jujur, gue yang salah karena gue pergi tanpa izin Mas Arya jadi gue gak perlu nyari alasan apapun lagi.

"Mas khawatir Ay! Lain kali kabarin Mas dulu." Gue mengangguk mengiyakan.

"Maaf! Mas juga yang seharusnya minta maaf sama kamu, ini semua memang karena kesalahan Mas, Mas yang merebut kamu dari Reza dulu jadi wajar kalau Reza merasa dikecewakan dan kamu sendiri juga merasa berat untuk melepaskan, Mas mengerti itu." Mas Arya malah tertunduk merasa bersalah ke gue, gue gak suka ngeliat Mas Arya kaya gini, gak semuanya jadi kesalahan Mas Arya sendiri.

"Udahlah Mas, gak perlu ada yang disalahin lagi, Ayra udah gak mau denger Mas minta maaf kaya gini terus, gimanapun awalnya tapi kenyataan yang ada sekarang gak akan berubah sama sekali." Gue balik mengeratkan dekapan gue, bagaimanapun ini semua juga bukan jkesalahan Mas Arya, semua orang punya andil, Mas Reza mungkin kecewa tapi siapapun gak ada yang mau keadaannya malah jadi kaya ginikan?

"Walaupun Mas tahu Mas yang udah merebut kamu dari Reza tapi sekarang Mas juga cinta sama kamu." Ucapan Mas Arya sekarang cukup membuat gue kaget.

"Ayra tahu dan Ayra berterimakasih untuk itu, terimakasih karena Mas udah mau nerima Ayra apa adanya, dengan segala kekurangan yang Ayra punya, terima kasih karena Mas udah bersabar nungguin Ayra nata ulang hati Ayra sendiri."

"Mas juga harus berterimakasih karena kamu sudah bersedia menjadi istri Mas dan Ibu untuk Lia." Gue melepaskan dekapan Mas Arya dan berlaih menatap mata Mas Arya langsung.

"Ayra Auliani!" Panggilan Mas Arya yang membuat gue cuma bisa bengong ditempat, Mas Arya kenapa malah manggil nama lengkap gue begitu? Berasa lagi di absen di kelas, udah gitu tatapannya juga teduh banget lagi, gue seakan kehabisan kata dan gak berkutik sama sekali.

"Heum, kenapa Mas?" Tanya gue sedikit gugup.

"Mas cinta sama kamu!" Ucap Mas Arya tegas, gue hanya mengulum senyum dengan ucapan Mas Arya barusan, walaupun gue tersenyum manis tapi asli ini jantung gue mulai berdetak gak karuan.

"Mas cinta sama kamu!" Ulang Mas Arya bahkan menangkup wajah gue dengan kedua tangannya sekarang.

"Ayra tahu dan Ayra rasa, Ayra juga merasakan hal yang sama, Ayra cinta sama Mas." Jawab gue tertunduk malu, baru kali ini gue membuat pengakuan tepat didepan mata orangnya langsung.

Mendengarkan ucapan gue barusan, ekspresi Mas Arya juga langsung berubah detik itu juga, raut wajah Mas Arya malah gak kebaca sama gue, mukanya kenapa datar banget bahkan setelah gue bikin pengakuan begitu? Kalau datar gini gue mana tahu kalau Mas Arya itu lagi bahagia apa enggak? Lapang bener itu muka.

"Mas kenapa diem? Mas de__"

"Kamu ngomong apa barusan?" Potong Mas Arya nanya ulang ucapan gue seolah masih belum yakin dengan jawaban gue barusan, aduh ini Ayahnya Lia yang memang lemot apa memang gue yang ngomong kurang jelas? Masa iya Mas Arya gak tahu gue bilang apa barusan?

"Kalau Mas gak denger ya__"

"Sekali lagi! Tolong." Mas Arya lagi-lagi motong ucapan gue.

"Ayra juga cinta sama Mas, udah?" Ulang gue dan bangkit dari duduk gue sekarang, gue berencana beranjak masuk ke kamar dan ninggalin Mas Arya gitu aja.

"Ayra! Tunggu sebentar." Mas Arya malah nahan lengan gue dan narik tangan gue untuk balik duduk di tempat, Mas Arya bahkan nepuk pelab bahu gue untuk duduk menghadap kearahnya, menangkup kedua pipi gue dan mengecup kening gue pelan, Mas Arya ngapain coba?

"Mas kenapa lagi?" Tanya gue begitu Mas Arya melepaskan kecupannya, jangan tanya muka gue sekarang, malunya kebangetan, gue yang memang gak mau Mas Arya tahu kalau gue makin gugup langsung menurunkan tangkupan Mas Arya dipipi gue sekarang.

"Kamu milik Mas sekarang!" Ucap Mas Arya sembari menyunggingkan senyuman penuh artinya.

"Ayra tahu!" Setelah nikah ya gue memang milik suami gue.

"Ayra!" Panggil Mas Arya lagi, aslian ini Mas Arya kenapa? Dari tadi manggilin nama gue terus perasaan, kalau mau ngomong itu sekalian jangan setengah-setengah yang ada malah nambah ribet.

"Iya Mas, kenapa? Apa lagi?" Tanya gue mulai gak sabaran menghadapi kelakuan Ayahnya Lia, gue bahkan mulai menghembuskan nafas dalam untuk menuhin stok sabar gue.

"Mas memang mau minta hak Mas malam ini tapi kamu gak perlu nahan nafas duluan bisakan?" Hah? Ayahnya Lia mulai sakit beneran kayanya.

Dear Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang