(39)

15.7K 1.1K 78
                                    

"Jadi kamu menganggap sikap Mas sekarang itu membebani?" Tanya Mas Arya lagi, Ya Allah, dari sekian panjang penjelasan gue kenapa malah ini yang di tangkap sama Mas Arya? Bukan itu maksud gue sekarang.

Disaat kaya gini rasanya gue menjadi serba salah, pertama, gue akan menyakiti hati suami gue, ini yang sangat gue takutkan tapi di sisi yang lain gue juga gak bisa mengabaikan Mas Reza, kenapa? Bukannya ini pertanyaan yang sangat penting? Sikap gue yang juga membuat Mas Arya dan yang lain salah paham, gue sendiri sadar dengan hal itu, seberapa baikpun gue mencoba menjelaskan, mereka semua gak akan ngerti karena mereka gak ada diposisi gue, bahkan Mas Arya sekalipun gak akan ngerti dengan alasan gue sekarang.

Kenapa gue sangat merasa bertanggung jawab? Kenapa dalam masalah rumah tangga gue hanya menyangkut tentang Mas Reza? Bahkan kejadian sekarangpun, apa gue pernah meminta Mas Reza untuk menyelematkan gue sampai harus mengorbankan dirinya kaya gini? Gue gak pernah minta hal itu tapi kenapa gue tetap merasa bertanggung jawab? Fakta bahwa gue selamat karena bantuan Mas Reza itu gak akan berubah, bayangin kalau ada seseorang terluka parah hanya untuk nyelametin hidup lo, apa lo bisa mengabaikan orang tersebut gitu aja hanya karena lo tahu perasaannya terhadap lo apa? Apa lo bisa mengabaikan seseorang yang udah berkorban banyak untuk lo hanya karena lo gak bisa membalas perasaannya? Gak bisakan? 

Pertanyaan selanjutnya kenapa dalam masalah rumah tangga gue selalu muncul Mas Reza? Mas Reza selalu hadir karena dari awal gue yang menyakiti perasaannya, gue gak bisa memberikan perpisahan yang baik untuk Mas Reza dari awal, meninggalkannya tanpa pemberitahuan apapun dan malah menikah dengan laki-laki lain, ini adalah kesalahan terbesar gue, gak ada cara untuk gue kembali memperbaiki keadaannya makanya proses gue untuk lepas dari bayang-bayang Mas Reza lebih lama.

"Ayra gak mau berdebat sama Mas, Lia gimana Mas?" Tanya gue mencoba ganti topik, penjelasan apapun gak akan bisa membuat Mas Arya ngerti dengan situasi gue sekarang.

"Maaf untuk ucapan Mas barusan, Lia sama Bunda jadi kamu gak perlu khawatir, kita juga akan nyoba bicara baik-baik sama keluarga Reza nanti, mereka butuh waktu, kita juga butuh waktu." Dan gue hanya mengangguk pasrah, mungkin yang Mas Arya omongin juga benar, kita semua butuh waktu.

Beralih dari Mas Reza, gue balik harus berdebat panjang dengan Mas Arya karena keinginan gue untuk pulang sekarang, gue paling gak bisa lama-lama dirumah sakit, bukannya tenang tapi yang ada malah suram, yang harus dikhawatirin itu Mas Reza bukan gue, gimana keadaannya sekarang? Gue bahkan belum bisa nemuin Mas Reza atau sekedar ngeliat keadaannya.

"Kita pulang tapi kamu jangan aneh-aneh, tunggu disini." Lagi-lagi gue menggangguk setuju.

.
.
.

Sampai di rumah, gue hanya membaringkan tubuh gue di ranjang tanpa berniat melakukan apapun, gue bahkan belum menyiapkan apapun untuk makan malam Mas Arya seperti biasanya, gue gak ngurusin Mas Arya sama sekali tapi terlalu sibuk dengan pemikiran gue sendiri, Mas Arya membiarkan gue dengan alasan kalau gue memang butuh istirahat.

"Ay! Ayo makan dulu." Mas Arya masuk lengkap dengan satu nampan penuh makanan ditangannya, gue melirik Mas Arya sekilas dan menggelengkan kepala gue untuk nolak suapannya.

"Kamu bisa makin sakit kalau terus bersikap kaya gini Ay? Reza mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kamu bukan untuk melihat kamu hidup dengan penuh rasa bersalah dan penyesalan." Kalimat Mas Arya barusan sukses besar membuat gue balik menatap Mas Arya dengan mata berkaca-kaca.

Dear Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang