Setelah malam tadi mereka saling berbagi kabar lewat telfon, hari ini Nara sudah bertemu sang Eomma di rumah lamanya di Busan.
Ia datang sendiri setelah diantar oleh Sera yang juga ada pekerjaan di Busan.
Nara masih sesenggukan di pelukan Eommanya, se rindu itulah ia ditinggal sendirian selama 2 tahun. Ia bahkan melupakan semua masalahnya hanya dengan pelukan sang Eomma.
Eommanya sudah menjelaskan alasan ia tak bisa pulang dan tak pernah membagi kabar karena sibuknya perusahaan yang dipimpin sang Tuan Kim, namun raut wajah sang Eomma berubah sedih.
"Wae eomma? ada yang salah?" Tanya Nara Khawatir.
"Kau tau kan sayang? Eomma tak kembali bersama Appa, kau tak menanyakannya?" Ah betul juga dari tadi hanya Eommanya yang ia lihat di ruang keluarga ini.
"Ne eomma, Appa dimana? Kenapa Appa tak bisa pulang?"
Nyonya Kim hanya menunduk, "Mian Nara-ya, Appa tak bisa pulang karena ia terlilit hutang dengan perusahaan lain.. Hiks.. perusahaan kita bangkrut, dan Appa sedang di cari-cari karena tak bisa membayar hutang." Nara hanya bisa bernafas lemah, ia sangat terkejut dengan kabar tersebut.
"Terus bagaimana Eomma, apa tak ada cara untuk menyelamatkan Appa?"
"Hanya ada satu cara sayang, eomma mohon kau menyetujui hal ini" Ucapnya dengan menggenggam tangan sang putri.
...
Hong jisoo atau Joshua sedang mondar-mandir di ruang staff bekerja. Ia hanya mengedarkan pandangannya karena tak bertemu apa yang ia cari. Tak lupa juga sebuah bingkisan di tangannya.
"Oh? Joshua-ssi? Kenapa kemari?" Tanya salah satu karyawan.
"Anyeonghaseyo, ah aku hanya mencari Park Sera-ssi. Dia dimana?"
"Dia sedang ada tugas di Busan. Wae? Apakah si mata empat menyebabkan masalah lagi?" Tanya sang karyawan.
Entah mengapa Joshua kesal dengan ucapan wanita tersebut,"Maaf, bukannya tak sopan mengejek orang seperti itu? Lagi pula dia punya nama. Dan Namanya adalah Park Sera"
"Ah! Ne, Maafkan saya Joshua-ssi" Balas wanita tadi dan pergi dari tempatnya.
Joshua mengedarkan pandanganya dan menemukan meja kerja Sera, dia mendekat ke arah meja kerja tersebut. Dia hanya menatap tanpa suara, entah apa yang ia pikirkan.
....
Di dalam mobil Nara hanya menunduk dan membisu, ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Sekarang ia dan Eommanya akan menuju ke suatu tempat. Yang mungkin bisa jadi awal dari Neraka atau Surga seorang Kim Nara.
Flashback
"Terus bagaimana Eomma, apa tak ada cara untuk menyelamatkan Appa?"
"Hanya ada satu cara sayang, eomma mohon kau menyetujui hal ini" Ucapnya dengan menggenggam tangan sang putri
"Maafkan eomma sayang, tapi kamu akan kami jodohkan dengan rekan kerja kami"
"ANIYA!! Aku gamau eomma. Tolong jangan seperti ini"
"Jebal sayang, ini demi Appa.. apakah kamu mau appa jadi buronan terus menerus?"
"Kita bisa cari jalan lain eomma, bagaimana dengan menghubungi Oppa? Bukankah ia juga harus tau eomma disini?"
"Jangan, dia bahkan tak mengerti. Yang ada hanya merusak saja. Ku mohon Nara, bantu eomma untuk terakhir kalinya"
"Tap-"
"Terakhir kali saja, jebal" Sang eomma menggenggam tangan sang putri erat.
"Baiklah eomma"
"Terimakasih sayang, tenang saja kamu pasti akan bahagia dengan laki-laki pilihan eomma."
Flashback off
Nara masih saja melamun dan tak mengerti apa yang terjadi, dia bahkan masih ingin mengejar banyak mimpinya dan bahkan sang kakak belum tau hal ini.
Hingga ia tak sadar bahwa ia sudah sampai di suatu restorant mewah.
"Nara-ya ayo turun kita sudah sampai. Jangan melamun terus." Sang Eomma menuntun Kim Nara jalan.
Nara bisa melihat siluet dua pemuda di hadapannya, jujur saja dia saat ini sangat takut dan ia masih berharap bahwa orang yang dijodohkan dengannya adalah orang baik.
Nara masih tetap menunuduk meskipun dirinya kini telah sampai dihadapan kedua orang tersebut.
"Selamat malam, maaf terlambat." Sapa sang eomma kepada orang-orang tersebut.
"Aniya, Silahkan duduk Nyonya Kim" Mereka pun duduk, Nara sangat terkejut melihat pemuda yang duduk dihadapannya dengan setelan jas berbalut warna hitam itu.
"Disampingku ini putra kedua ku, Choi Seungcheol. Mungkin kalian cukup terkejut karena sudah mengenal dia atau malah belum mengenalnya sama sekali, melihat dia karena dia juga seorang artist." Jelas Tuan Choi
"Ah tidak Tuan Choi, kami mengenal dia. Bagaimana tidak, Seventeen grupnya sangat terkenal" Puji Kim Eomma.
"Jadi bagaiamana Nyonya Kim? Setuju dengan putraku ini?"
"Baik, aku setuju."Jawab Kim Eomma yang tentu saja hanya membuat Nara semakin menunduk lesu.
"Rencanaku, dalam waktu 6 bulan ku nikahkan mereka berdua"
"APAA" Nara dan Scoups sama terkejutnya dengan ucapan Tuan Choi.
"Appa, aku masih ada di grup. Bagaimana bisa aku menikah?" Protes Scoups.
"Kita sudah bahas ini Seungcheol, jangan mengacau."
"Lagian aku tak mencintainya appa! Jikalau aku memang harus menikah maka aku tak akan mau dengan wanita yang tidak aku cintai!" Bentak Scoups, yang tentu saja membuat Nara semakin takut.
"Maaf Tuan Choi saya lancang, apakah tak ada cara lain selain perjodohan ini?" Sanggah Nara.
"Tak ada perjodohan, artinya tak ada bantuan dariku" Jelas Tuan Choi. Di saat itu pula Scoups menatap sinis Nara dan berdecih.
"Kalian akan tinggal bersama mulai hari ini, tidak ada penolakan" Titah Tuan Choi.
"Appa sinting" Gerutu Scoups.
Tiba-tiba Scoups mendekat duduk di sebelah Kim Nara, ketika sang ayah dan Nyonya Kim berbincang. Semakin dekat, hingga ia berbisik tepat di telinga sang gadis yang dihadiahi wajah kaget Nara
"Liatsaja Kim Nara-ssi, kau akan ku buat seperti neraka ketika bersamaku yang tentusaja membuatmu ingin lepas dariku."
VOTE JUSEYO!!!
COMMENT JUSEYO!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST CHANCE
FanfictionGatau mau prolog apaan. Penasaran buka aja dulu. Jangan lupa vote+comment yah Happy Reading!! Cast: Kim Nara (Y/n) Scoups Park Sera Joshua Kai Seventeen Member ETC.