Setelah beberapa hari, Nara dalam perjalanan menuju dorm sebong karena subuh tadi Jeonghan menelfonnya untuk segera kembali ke dorm karena situasi darurat.
Ia diantar oleh sang sahabat laki-lakinya, Doyoung.
Sampai di tempat, Jeonghan dan wonwoo sudah ada di depan dorm tentu saja dengan penampilan serba tertutup, takut-takut akan ada ssasaeng yang mengenalinya.
"Nara-ya, aku titip scoups ya, sejak pagi tadi badanya panas dan ia terus menggigil" Ucap Jeonghan melalui jendela mobil.
"Ne, oppa." Wonwoo melihat sosok disamping Nara, ia ingin menanyakan siapa lelaki itu, namun situasinya tidak tepat. Ia harus ke sebuah acara sekarang.
Wonwoo dan Jeonghan sudah masuk ke dalam mobil menyusul member lainnya yang sudah menunggu.
Nara masuk ke dalam dorm setelah mengucapkan terimakasih pada Doyoung telah mengantarnya. Suasana nya begitu sepi, biasanya akan banyak ocehan para member namun kini ia hanya berdua dengan sang tunangan yang sedang sakit.
Soal perasaan hati, ia sudah tak peduli. Ia akan kembali kepad Nara yang tak punya perasaan kepada siapapun. Setelah percakapannya semalam dengan wonwoo, ia paham situasinya sekarang. Ia mencoba merelakan perasaannya yang dibilang cinta pandangan pertama itu
.
Setelah di dorm, ia menyiapkan perlengkapan makanan. Ia berniat membuat sup untuk tunangan yang tak mencintainya.
"Arrghhhh!!" Rintih Seungcheol dari dalam kamar.
Nara yang terkejut pun masuk dan melihat Seungcheol yang menggigil dengan mata tertutup. Ia meletakan kompresan di nakas samping kasur. Ini pertama kalinya ia masuk ke dalam kamar Seungcheol. Tak ada yang aneh, hanya ada pc miliknya dan milik wonwoo, baju yang berantakan dan kertas lirik bertebaran.
"Wae? Kenapa kau disini?" Lirik Seungcheol dengan suara lemah.
"Member yang lain sudah berangkat ke acara musik. Kau diam saja, aku tak akan menyakitimu." Nara meletakan kompres di kepala seungcheol. Ia dengan telaten mengganti dan meletakan kembali kompresan.
"Makan dulu, aku akan ambilkan sup" Ucap Nara. Ada yang aneh pikir seungcheol, dimana mata ramah yang selalu menatapnya. Kini hanya ekspresi datar yang Nara tampilkan.
"Hem, kenapa kau peduli padaku? Padahal aku selalu menyakitimu" Yang di tanya hanya memberi senyuman.
DEG
Ada apa dengan jantung Seungcheol. Ia kini berdegub sangat kencang.
"Tak usah dipikirkan, aku akan ke dapur sebentar tunggu disini." Nara memilih pergi dari Kamar Seungcheol ketimbang membalas perkataan Seungcheol.
Sepeninggalan Nara, ia bangkit dari ranjangnya dan berfikir banyak hal. Ia memikirkan sang kekasih yang enggan datang merawat dengan alasan lelah.
Sedangkan yang ia anggap orang asing malah mau merawatnya. Ia melangkah keluar dari kamarnya.
"Kenapa disini?" Nara tak sengaja melihat Seungcheol yang duduk di meja makan dekat dapur.
"Aku bosan di kamar." Nara meletakan sup di meja makan. Seungcheol masih memperhatikan Nara yang sibuk menghidangkan sup itu.
"Makanlah, aku akan ke kamar dulu." Nara bangkit dari duduknya.
"Disini saja" Jawaban Seungcheol membuat Nara terkejut. Seorang Seungcheol mengizinkan Nara duduk dekat dengannya? Ada apa dengannya?
"Bukankah kau tak mau jika orang as-
"Mian... Ucapanku terlalu kasar waktu itu."
"Heem, gwaenchana." Seungcheol menyantap makanannya dan tiba-tiba pertanyaan terlintas dipikirannya
"Nara, kau yakin menikah denganku?" Pertanyaan Seungcheol membuat Nara menghela nafas.
"Seungcheol-ssi, mau bagaimanapun aku hanya bisa menerima. Soal perasaan suka atau tidak, yakin atau tidak itu urusan belakangan. Yang aku pikirkan hanya nasib kedua orang tuaku. Mereka sudah terlalu banyak berkorban untukku." Entah kenapa panggilan Nara ke Seungcheol membuatnya sedikit tak suka.
"Kenapa kau tak lanjut kuliah?"
Nara hanya menunduk sendu tentang pertanyaan Seungcheol yang satu ini, bak menaburi garam ke luka. Ia menguak luka lama yang sudah Nara ingin lupakan.
"Dulu, he-hm aku kuliah tapi aku memutuskan untuk keluar dari sana"
Seungcheol memicingkan matanya ingin tau perihal cerita itu.
"Kenapa? persoalan biaya? Tapi dulu perusahaan kedua orang tua mu sukses dan seperti nya tak-"
"Rumor" Nara memotong ucapan Seungcheol yang belum ia selesaikan.
"Dulu, aku terlibat rumor yang sangat tak benar faktanya. Menjadi simpanan dosen kampus. Aku bahkan jijik mendengarnya, hingga banyak mahasiswa yang mengedit fotoku dan dosen kampusku itu, bahkan semenjak rumor itu menyebar aku hanya disebut jalang" Nara sudah menahan air matanya sejak tadi, ia hanya menatap tangan di hadapannya.
Dirinya ingin sekali mengucapkan seluruh kalimat itu, namun hanya batinnya yang mengucap kalimt panjang itu.
"Lupakan saja" Nara sudah berusaha tegar dan menutupi segala sesuatu pada Seungcheol.
Berbeda dengan Nara, seungcheol meremat kedua tangannya, entah mengapa ia marah akan Nara yang menyembunyikan sesuatu di wajah sedihnya itu.
"Terserah" ucapnya singkat, jujur ia menyembunyikan kemarahannya di depan Nara. Dia juga bingung kenapa dia harus marah.
"Seungcheol-ssi, jika kau ingin membatalkan pertunangan ini aku tak masalah. Untuk hutang keluargaku pada perusahaan ayahmu aku akan men-
Seungcheol memotong perkataan Nara dengan bangkit dari duduknya, "Aku ingin ke kamar, bawakan obat di kamar wonwoo tolong."
"Ne" Nara menatap punggung Seungcheol yang menjauh dan menghilang. Ia menangis sendirian di meja makan. Isakan tangisnya terdengar sampai kamar Seungcheol, Nara menutup mulutnya menahan isakannya agar tak keluar lagi. Sedangkan seungcheol ia berdiri di belakang Pintu kamarnya dan mendengar isakan itu.
"Benar, aku sudah terlalu kejam padanya" Batin Seungcheol
...
Rooftop memang jadi tujuan yang paling benar untuk para idol yang ingin makan namun tak ingin ada sorotan kamera dari fans ataupun sasaeng yang selalu mengikuti kemanapun. Seperti sekarang, Joshua sedang menyiapkan menu makan siangnya dengan gadis di hadapannya.
"Kau suka nasi gorengnya, Sera-ya?" Tanya Joshua pada Sera
"Heem, enak. Aku suka"
"Sera, boleh aku tanya kenapa kau selalu diam saat sunbae-sunbae disini selalu mengusikmu.
Sera meletakan sendoknya dan menatap pria di hadapannya ini, "Kau tau oppa? Aku bukan gadis cantik seperti karyawan atau staff yang ada disini, aku juga tak pandai bergaul dengan siapapun di sini, dan aku terlalu pendiam kepada siapapun. Maka dari itu aku lebih banyak diam karena tak ada satu hal yang bisa aku banggakan kepada mereka."
"Kau tau, gadis dianggap cantik bukan dari segi visualnya saja. Namun juga dari hatinya, dan kau memiliki itu. Kau tau, aku kagum dengan sifat dan sikapmu itu" Joshua tersenyum manis kepada Sera.
"Jangan sera, jangan jatuh cinta dengannya tolong jangan" Batin Sera.
"Sudah, ayo habiskan makanan ini dan kembali bekerja" Ucap Joshua dan tertawa melihat wajah Sera yang tiba-tiba merona.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST CHANCE
FanfictionGatau mau prolog apaan. Penasaran buka aja dulu. Jangan lupa vote+comment yah Happy Reading!! Cast: Kim Nara (Y/n) Scoups Park Sera Joshua Kai Seventeen Member ETC.