Chapter 2

508 73 0
                                    

"Karena aku tidak mencintaimu sama sekali."

Pernyataan itu terus terngiang di telingamu. Dan saat itu juga hatimu seakan sedang disayat sesuatu yang tajam. Perasaan seperti ini baru kau rasakan sekarang setelah pernikahan kalian yang berjalan delapan belas bulan.

Padahal sejak awal, kau juga tidak keberatan dengan peraturan yang kalian sepakati. Kau menerima perjodohan tersebut demi kebahagiaan orangtuamu yang menginginkanmu segera menikah. Apalagi kau merupakan putri tunggal dalam keluargamu. Sebenarnya, kau memang mempunyai sosok yang sangat kau cintai. Sayang sekali, saat dalam perjalanan menuju ke rumahmu, kekasihmu mengalami kecelakaan besar yang menyebabkannya mengalami koma.

Kau ingat hari itu adalah hari jadi kalian yang ke tiga ratus, kalian bermaksud merayakannya dengan makan malam berdua di tempat yang sudah ditentukan. Naas sekali, bukan bertemu, malah petaka menimpa. Sampai kini, dia masih dirawat di salah satu rumah sakit dan belum sadarkan diri hingga hari ini. Kau pernah mencoba menolak perjodohanmu dan Young Hoon, dengan alasan kau masih mencintai kekasihmu dan tak ingin mengkhianatinya. Kau percaya jika dia akan bangun suatu saat, namun karena orangtuamu yang terus mendesak, kau akhirnya menerimanya. Meski berat, berkat restu orangtua kekasihmu, kau tetap menjalaninya.

Sedangkan Young Hoon, yang kau tahu, dia menerimanya karena ia memang harus meneruskan perusahaan keluarganya sebab dia juga anak tunggal. Hanya itu, sebab sesuai kesepakatan, kalian menikah untuk keuntungan masing-masing tanpa mengganggu kehidupan pribadi satu sama lain. Kau baik-baik saja dengan fakta tersebut selama ini, tapi tidak sekarang. Kau mulai penasaran pada kehidupan pribadi Young Hoon, kau ingin tahu lebih banyak tentangnya yang artinya menerobos kesepakatan.

Kau ingin menjadi sosok berharga untuk Young Hoon dan diakui sebagai istrinya, bukan hanya di depan keluarga, agama dan negara, tapi dari Young Hoon sendiri. Bila mungkin, ia juga memperhatikanmu kembali. Kau merasa risih mengetahui fakta dia mempunyai kekasih. Namun, Young Hoon bilang tidak mencintaimu, itu mencekik lehermu.

Tiba-tiba kau merasa menyesal, mengapa kau berkorban sejauh ini jika balasan yang kau dapatkan justru sangat mengerikan nantinya. Kau membuka laci meja riasmu, terdapat sebuah pigura bergambar dirimu dan  kekasihmu. Kalian tersenyum manis dengan posisi kau menyandarkan kepalamu pada pundaknya.

Foto tersebut diambil saat kalian menghabiskan liburan di Jeju tujuh tahun yang lalu. Berarti, selama itu juga dia koma. Tujuh tahun sudah. Andai diizinkan, kau ingin dia terbangun kemudian kau kembali padanya, kalian hidup bersama lagi dengan bahagia sebagai sepasang kekasih seperti dahulu kala. Kau memeluk pigura itu erat. Tanpa kau sadari pipimu basah oleh air mata. Kau merindukannya, pemuda yang masih kau cintai meski kalian tak lagi terikat, Lee Ju Yeon.

.

Alih-alih menghubungi kontak wanita-wanita dalam ponselnya, Young Hoon justru terdiam di atas kasurnya. Seharusnya, Young Hoon mulai menyiapkan mangsa mana yang akan dia dekati berikutnya setelah dirinya putus, seperti biasanya. Young Hoon adalah playboy. Ia tahu itu tidak benar, namun Young Hoon punya alasan khusus yang selalu dia pendam. Dia tak ingin kau tahu, maka begitulah Young Hoon membuat peraturan.

Tentang perusahaan, Young Hoon tak seambisius itu. Dia tak mempermasalahkannya sebenarnya. Tetapi, Young Hoon mengatakan hal tersebut sebagai alasan menerima perjodohan kalian padamu. Lagipula, Young Hoon tak perlu mencintai seseorang untuk mendapatkan peran seorang istri serta membahagiakan orangtuanya. Karena baginya, tak ada yang bisa dia cintai melebihi dia. Dia yang tak mungkin dimiliki oleh Young Hoon kembali.

"Kau laki-laki beristri, Kim Young Hoon..."

Namun, tidak bisa dipungkiri laki-laki surai hitam itu juga sama bingungnya dengan perasaannya yang mendadak dipenuhi oleh dirimu. Mulai dari kau yang memanggilnya sayang, merangkul lengannya bahkan mencium pipinya. Jika diingat, terakhir kalian bersentuhan kulit adalah saat kalian melakukan ciuman pada acara pemberkatan.

Young Hoon menelungkupkan tubuhnya. Kedua tangannya menekan bantal dari atas kepalanya. Banyak tanda tanya yang menumpuk dalam otak Young Hoon hingga membuatnya pusing. Mengapa pula Young Hoon merasa tidak nyaman setelah mengatakan jika ia tak mencintaimu padahal itu fakta? Young Hoon tak mengerti.

.

Tidur Young Hoon terusik oleh bunyi ponselnya. Tangannya meraba benda berbentuk persegi panjang tersebut di atas nakas. Tanpa perlu memeriksa, Young Hoon segera mengangkat panggilan yang dia terima.

"Halo?"

Young Hoon tidak melontarkan kata selain iya sebelum sambungan itu akan diputus. Kemudian putra tunggal keluarga Young Hoon itu bersiap-siap secepatnya  ke kantor. Di sela-sela kegiatannya, Young Hoon menyadari kau sudah tidak berada di rumah, sangat yakin kalau kau berangkat bekerja lebih dulu.

Masalahnya, tak biasanya kau tidak membangunkan dirinya. Bahkan kau tidak membuat sarapan seperti yang selalu kau lakukan. Kau hanya meninggalkan pesan singkat yang intinya meminta Young Hoon sarapan di kantornya saja.

.

"Rencananya, aku ingin menerbitkan dua buku sekaligus, tapi jadwalku tidak mendukung jadi, aku mengajukan satu judul saja yang sudah tuntas. Apakah tidak masalah?"

Ji Chang Min, seorang motivator sekaligus penulis terkenal adalah salah satu klien yang kau temui hari ini bersama Hye Ra. Kalian tengah melakukan diskusi terkait penerbitan buku karya Chang Min.

Seperti yang terlihat, kau tampak serius bahkan mencatat sesuatu yang Hye Ra tak tahu tentang apa. Tetapi, kau juga tidak merespon pembicaraan yang sedang berlangsung, Hye Ra mengangguk. Sebagai bawahanmu, dia merasa tidak enak jika hanya dirinya yang bereaksi. Gadis tersebut menyenggol bahumu sebagai kode agar kau kembali ke fokusmu pada obrolan Chang Min.

"Oh iya, ide bagus. Aku setuju. Jadi, kapan kau bersedia menandatangani kontrak?"

Kontrak. Kalian belum sampai ke arah sana namun apa yang kau bilang barusan? Hye Ra menepuk dahinya. Benar-benar khawatir dengan keadaanmu pagi ini.

.

Es krim cokelat adalah obat ampuh dari kekalutan yang melanda dirimu kini. Sehabis menyelesaikan pekerjaan dengan Chang Min, kau dan Hye Ra memutuskan pergi ke kedai es krim tak jauh dari kantormu.

"Astaga, jadi kau kelihatan sibuk itu menulis ini?"

Hye Ra menunjukkan berlembar-lembar HVS yang bertuliskan satu kalimat yang sama.

Aku juga tidak mencintaimu, bodoh.

Kau dengan santai mengangguk, Hye Ra menggeleng. Masih mengamati apakah ada satu lembar yang salah tulis. Selain ahli dalam hal mengedit tulisan, kau juga hobi menulis sebenarnya. Tak heran kau teliti dalam bidangmu.

Hye Ra kenal baik siapa dirimu, kalian berteman sejak bangku sekolah menengah atas. Tak heran jika kalian saling berbagi masalah satu sama lain. Hye Ra hafal betul mengapa kau menulis suatu kalimat berkali-kali sampai tidak berkonsentrasi. Hye Ra menghela napas berat.

"Ini jelas bukan untuk Ju Yeon."

Kau mengangguk-angguk lagi, gerakan yang sesungguhnya menimbulkan rasa jengkel pada Hye Ra.

"Tapi, melihat kata bodoh yang mengikutinya, aku merasakan emosi besar di baliknya. Emosi yang memiliki banyak arti. Bukan kebencian, lebih mirip amarah terpendam. Atau mungkin, kecemburuan diam-diam."

Kau tersedak seketika mendengar analisa Hye Ra.

"Makan es krim bisa tersedak juga?"

Ejek Hye Ra sembari tertawa. Baiklah, dia sedang menggodamu.

"Mustahil, Kang Hye Ra. Aku hanya mencintai Lee Ju Yeon bukan pria sinting itu. Camkan ucapanku!"

Hye Ra menjentikkan jarinya.

"Itu dia! Kau belum menjenguk dia bulan ini bukan?"

.
.
.







Nah loh, ternyata mantan kamu Juyeon. Seneng gak nih dikelilingi cogan?

Love and Lie (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang