Chapter 12

388 56 2
                                    

"Biarkan aku menemanimu sampai Young Hoon tiba, ya."

Kau menggeleng.

"Kau sudah banyak mengerjakan tugasku, Hye Ra. Bahkan kau membantuku menyelesaikan revisi yang harusnya kukerjakan sendiri. Pulanglah lebih dulu, Young Hoon akan segera sampai."

Kau meyakinkan gadis dengan rambut cokelat itu sekali lagi. Hye Ra menyerah, dia gegas menjalankan mobilnya meninggalkan kantor. Detik selanjutnya kau tak dapat menahan kepalamu yang pusing. Kau terduduk di tangga depan lobby dengan lemas.

Bersamaan dengan itu, seseorang menghampirimu, secepat kilat dia membawamu ke dalam sebuah mobil. Sementara, dari kejauhan Ju Yeon memergoki kejadian tersebut. Setelah mobil yang membawamu meninggalkan area kantor, Ju Yeon semakin mempercepat laju kendaraannya, mengikuti mobil hitam dimana kau berada di dalamnya sambil memberi isyarat pada Young Hoon di belakangnya menggunakan tangannya.

Walau tak mengerti, Young Hoon menurut, sesekali dia menghubungi nomormu yang tidak ada respon sama sekali. Berkali-kali dihubungi, membuat sosok dalam mobil hitam mematikan ponselmu yang kau simpan dalam saku blazer-mu. Sosok yang menculikmu membuka penutup wajahnya, dialah Ryu Su Jeong

Dia tersenyum puas menyaksikanmu yang tengah tak sadarkan diri dalam rangkulannya. Wanita itu masih berambisi merebut Young Hoon darimu. Sengaja menculikmu agar mengetahui bagaimana reaksi Young Hoon jika kau dilukai olehnya. Su Jeong akan menggunakan dirimu untuk mendapatkan Young Hoon kembali.

Tak disangka, Ju Yeon berhasil menyusul bahkan mensejajari mobil Su Jeong. Sebenarnya, Ju Yeon agak ketakutan, mengingat sebelumnya dia mengalami kecelakaan dengan motor juga. Namun, demi dirimu, Ju Yeon akan mengalahkan ketakutannya.

Sadar akan situasi, Su Jeong memerintah anak buahnya mempercepat mobilnya. Young Hoon terbayang sebuah ide, dia mengambil jalur lainnya yang pada ujungnya nanti bisa menghadang mobil Su Jeong.

Dan benar saja, mobil Su Jeong terkepung, tak ada pilihan selain berhenti. Su Jeong mulai panik, dia melarang anak buahnya keluar, sedangkan, baik Ju Yeon atau Young Hoon keduanya lekas menghampiri mobil Su Jeong. Kaca mobil diketuk keras oleh Young Hoon.

"Keluar!! Jika kau tidak mau berurusan dengan polisi."

Young Hoon berteriak disahuti oleh Ju Yeon.

"Kalian ingin cara lembut atau kasar?!"

Ju Yeon yang naik darah, meninju salah satu kaca pintu mobil hingga pecah. Dia tidak menghiraukan tangannya yang seketika berdarah, Young Hoon bahkan kaget. Ketika marah, dia menjadi begitu tak terkendali.

Su Jeong meminta anak buahnya menjagamu, dia akhirnya keluar dari mobil.

"Kau?! Apa yang kau lakukan? Kau berusaha menculik istriku? Apa kau sudah tidak waras?!"

Young Hoon meremas pergelangan tangan Su Jeong. Ju Yeon yang tak mengenal Su Jeong hanya terdiam dengan ekspresi dinginnya.

"Lepaskan, sakit."

"Tidak akan sebelum kau mengaku kenapa kau melakukan ini? Bukankah kau sudah kuperingati?! Jangan mengganggu kehidupan kami, jalang!"

"Karena kau tidak mau kembali padaku!"

Young Hoon tak pernah berbicara kasar pada Su Jeong satu kali pun. Dan panggilan jalang yang diarahkan padanya tentu saja kian dalam menusuk perasaan wanita tersebut.

Melalui penggalan percakapan mereka, Ju Yeon memahami kalau Su Jeong adalah seseorang dari masa lalu Young Hoon yang ternyata tak bisa melepaskan laki-laki tersebut. Ju Yeon tak ingin bersikap sama dengan Su Jeong.

Young Hoon sudah mengangkat tangannya untuk menampar Su Jeong, namun ditahan oleh Ju Yeon. Sang pemilik tangan, menoleh marah pada Ju Yeon yang menggeleng.

"Bawalah dia pulang, aku akan membereskan wanita ini."

Young Hoon menurunkan tangannya, mendorong sedikit Su Jeong kemudian memaksa mengambil alih dirimu dengan cara menggendongmu. Su Jeong berupaya mengagalkan usaha Young Hoon, tapi sudah dikunci oleh Ju Yeon.

Kini, Young Hoon membawamu ke mobilnya, kemudian segera pergi. Mengabaikan jeritan Su Jeong yang memberontak atas cengkraman Ju Yeon.

"Ini peringatan terakhir. Jangan pernah mengusik hidup mereka lagi, apa yang coba kau lakukan malam ini bisa jadi ancaman bagimu suatu saat kalau kau melanggar peringatan dariku. Kau masih ingin hidup bebas, bukan?"

"Siapa kau?! Berani-beraninya mengancamku?"

"Justru kau yang membahayakan hidupmu sendiri. Satu lagi, jika kau selalu menginginkan milik orang lain menjadi milikmu, maka sampai kapan pun, hidupmu tak akan tenang. Ingat itu baik-baik."

Ju Yeon melepaskan cengkramannya dan meninggalkan tempat itu. Su Jeong terduduk di tempat, ia menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya yang buruk. Ia menyesal, sangat menyesal telah mengkhianati Young Hoon dulu. Namun, kita semua juga tahu, apalah gunanya memelihara penyesalan. Tak akan ada yang bisa dirubah, sebab nasi terlanjur menjadi bubur.

.

Merasa cemas akan keadaanmu, Young Hoon memutuskan melarikanmu ke rumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan, Young Hoon sesekali melirikmu yang tergeletak lemah di belakang. Matanya memerah karena menangis. Dalam hatinya memohon agar kau baik-baik saja.

Tak sampai setengah jam, Young Hoon tiba di sebuah rumah sakit. Dia segera mengantarkanmu menuju unit gawat darurat. Kau pun cepat mendapat penanganan dari dokter di sana. Young Hoon hanya diam memperhatikan dokter yang memeriksamu.

"Istri saya tidak apa-apa kan, dokter?"

Dokter wanita itu tersenyum, membuat Young Hoon heran.

"Apa yang dialami beliau, adalah hal yang wajar bagi ibu hamil, tuan. Anda tidak perlu khawatir. Hanya tolong, jaga baik-baik kesehatannya, ini masa muda untuk kehamilannya. Sekali lagi selamat, tuan."

Young Hoon tidak bisa berkata-kata. Batinnya hanya merapalkan rasa syukur kepada Tuhan atas hadiah luar biasa ini. Young Hoon memandangi wajahmu penuh haru, dikecupnya dahimu beberapa saat sebagai luapan kebahagiaannya.

"Terimakasih banyak."

Young Hoon berjanji, dia akan memberitahukan keluargamu, keluarganya tentang berita baik ini. Dia juga bertekad akan menjaga dirimu dan calon buah hati kalian yang tengah kau kandung.
.

Ju Yeon tiba di rumah dengan satu tangannya yang terluka. Susah payah dia memarkir, membuka pintu rumahnya. Sang ibu masih terjaga, dan sangat terkejut melihat tangan putranya berlumuran darah.

"Apa yang terjadi? Tanganmu..."

Ju Yeon tersenyum sembari duduk di sofa.

.

Ju Yeon memperhatikan fotomu dan dirinya yang disimpannya dalam sebuah pigura. Senyum tak sedikit pun luntur dari bibirnya, ia merasa senang telah membantu Young Hoon menyelamatkanmu, wanita yang masih dicintainya.

Setidaknya rasa bersalah dalam hati Ju Yeon ikut terkikis walau tak banyak. Melihatmu bahagia akan menjadi misinya mulai sekarang. Dan tak masalah jika kebahagiaanmu bukan dikarenakan dirinya.

Ju Yeon menyimpan pigura yang ia pegang dalam kotak darimu, yang berarti satu tempat dengan barang-barang pemberian laki-laki itu untukmu. Ju Yeon merasa tak harus membuangnya, hanya mengingat ketika dia ingin.

.
.
.






Gak pinter bikin adegan yang bau-bau action gitu aku tuh.

Love and Lie (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang