Kau duduk di atas karpet dengan menyandarkan punggungmu ke pinggiran ranjang kamar. Di sampingmu, ada Young Hoon yang berposisi sama, dia juga mengenakan piyama. Belum ada yang memulai percakapan sejak kalian tiba di rumah.
Young Hoon tak tahan didiamkan lama-lama olehmu. Dia mesti mengawali obrolan atau kalian akan terus perang dingin seperti ini.
"Su Jeong tiba-tiba datang. Dia mengacau di kantor, tak banyak yang bisa kulakukan jika itu di sana. Dia bilang menyesal, suaminya ingin dia ceraikan karena bersikap kasar setelah mereka menikah. Dia tidak tahan dan ingin kembali padaku apapun caranya."
"Kau mau?"
Kau langsung menyahut membuat Young Hoon kaget. Bukan hanya suaramu, tapi wajahmu juga menakutkan baginya sekarang.
"Aku bilang, untuk apa dia memungut sesuatu yang sudah dia buang. Aku menegaskan kalau aku sudah menikah. Aku melarangnya mengganggu kita. Dia malah pura-pura pingsan. Mau tak mau aku menolongnya."
"Sampai lupa untuk menjemputku?"
Kalimatmu tidak terdengar seperti pertanyaan, melainkan sindirian keras. Young Hoon spontan memelukmu erat.
"Maafkan aku sayang, aku salah. Kau boleh marah dan menghukumku, aku akan terima, tapi aku mohon maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi"
Menggelikan sekali tingkah Young Hoon. Kau memang kesal, tapi belajar dari pengalaman sebelum ini, kau sudah mengalami hal yang lebih pahit, jadi kau tahu apa yang harus kau lakukan. Apalagi kalian ternyata saling mencintai. Kau bertekad tak akan melepaskan Young Hoon seberat apapun penghalang yang melintang. Kau akan terus mempertahankannya walau mungkin suatu hari salah satu dari kalian akan menyakiti.
Dalam hati kau tertawa penuh kemenangan.
"Aku akan memaafkanmu, tapi dengan syarat."
"Syarat? Apa, sebutkan saja. Aku siap melakukan apapun untukmu."
Dengan percaya dirinya Young Hoon menawarkan diri. Kau semakin tertarik mengerjainya.
"Izinkan aku bertemu Ju Yeon."
Young Hoon menatapmu tak percaya.
"Denganku?"
"Kalau kau bisa seorang diri menemui Su Jeong, mengapa aku tidak?"
"Itu berbeda, sayang. Tidak ada rencana sebelumnya."
Young Hoon membela diri serta merajuk bak anak kecil yang tidak turuti membeli permen oleh ibunya.
"Aku ikut ya."
Kau menaruh tanganmu di bawah dagu dengan mata melihat ke atas. Berpose sedang berfikir.
"Baiklah, tapi ada caranya."
.
"Ayo sedikit lagi sampai. Semangat Lee Ju Yeon."
Kau terus memberikan dukungan kepada Ju Yeon yang sengaja banyak melatih tubuhnya bergerak kembali setelah koma membuat fisiknya terasa kaku.
Ju Yeon mendadak berjongkok, tubuhnya lelah sekali. Kau ikut berjongkok untuk memastikannya keadaannya.
"Kau yakin akan menyerah sekarang? Itu tinggal beberapa langkah lagi dan kita akan sampai di bangkunya."
Kau menglurkan tanganmu, Ju Yeon tampak menimbang-nimbang. Akhirnya laki-laki yang lebih tinggi darimu itu menuruti kata hatinya. Dia menyambut tanganmu dan kalian berjalan kembali.
"Tolong tetap bimbing aku."
Ju Yeon melingkarkan tangannya yang besar di atas pundakmu. Posisimu seperti sedang memapah orang yang cedera. Kau mengiyakan permintaan Ju Yeon. Kalian tiba juga di bangku yang terbuat dari kayu lalu mendudukkan diri di atasnya dengan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie (Completed)
FanfictionKim Younghoon yang keras kepala dan egois. Disandingkan dengan kamu yang tak pernah mau mengalah dan terus berbohong. Kalian disatukan dalam sebuah ikatan sakral yang ternyata, mengubah segalanya. Bisakah kalian menerima perubahan tersebut?