Chapter 7

449 69 0
                                    

Kau seperti tidak bernyawa ketika Young Hoon mengajakmu ke beberapa tempat di kawasan Vancouver. Padahal bisa dibilang Vancouver merupakan tujuan banyak orang untuk berbulan madu. Kesan romantis kental di kota tersebut.

Senja telah menampakkan dirinya begitu Young Hoon dan dirimu tiba di sebuah pantai. Young Hoon berjalan mendahuluimu, semangatnya tidak merenggang walaupun berjam-jam sudah kalian menghabiskan waktu mengunjungi tempat wisata. Untuk beberapa saat kau mengakui jika pemandangan di sana sangat cantik. Alangkah bahagianya jika kau dan Young Hoon saling mencintai.

Kau menggeleng, bisa-bisanya kau memikirkan Young Hoon.
Ju Yeon yang seharusnya kau bayangkan. Kau duduk di pinggiran pantai, memainkan pasir guna mengubur kakimu. Young Hoon ikut menambahkan pasir di kakimu, kau mendongak. Sejak kapan dia berada di dekatmu?

Kau langsung membersihkan pasir-pasir dari kakimu, kemudian memandang matahari yang hampir tenggelam. Young  Hoon duduk di sampingmu, melihat ke arah yang sama denganmu.

"Bagaimana, apa kubilang? Kau setuju denganku kan?"

Cerca Young Hoon tak sabaran. Kau dan dia tadi bertaruh kalau tempat terakhir yang kalian kunjungi memiliki pemandangan bagus atau tidak.

"Kurasa lebih bagus kalau kau mengajak pacarmu saja. Bukan aku."

Tidak seperti sebelumnya yang mengomel tidak jelas, kau tampak pasrah di mata Young Hoon sekarang. Bisa jadi kau lelah sekaligus kecewa padanya akibat perbuatan Young Hoon sendiri. Sesungguhnya, Young Hoon takut seandainya ini benar-benar terakhir kalinya kalian bisa pergi bersama. Young Hoon selalu teringat tentang Ju Yeon, sosok yang tidak dia ketahui. Dia punya firasat kalau Ju Yeon adalah seseorang yang berharga untukmu. Dan sewaktu-waktu kau bisa meninggalkannya demi laki-laki itu.

"Kalau aku mempunyai istri, untuk apa aku mengajak pacar."

Kau mendengus. Young Hoon dan menyebalkan tidak mungkin terpisahkan.

"Maksudku, orang yang kau cintai atau yang kau sayangi. Bukan musuhmu."

Kau menekan kata 'musuh' sebagai kata ganti dirimu sendiri. Young Hoon tertawa.

"Kau bukan musuhku."

Kau memukul Young Hoon. Yang dipukul semakin kencang tawanya.

"Ini tempat favoritku saat aku masih kuliah. Aku selalu kabur kemari untuk menghindari dosen yang tak kusukai."

Kau hanya melirik Young Hoon sekilas. Kau tak mengerti, Young Hoon menepati janjinya agar kalian saling terbuka. Lalu, apakah kau juga bisa menyeimbanginya?

"Kau kuliah di UBC bukan? Dibandingkan pantai ini, ada pantai yang lebih dekat, tapi kenapa kau mau bersusah payah ke sini?"

"Entahlah. Aku mengikuti kata hatiku saja. Dan memang, Kitsilano lebih nyaman daripada pantai yang lain."

Kau tak bisa menyembunyikan senyumanmu. Tawa Young Hoon, pasir pantai dan senja di Kitsilano adalah suatu perpaduan yang menenangkan. Tidak bisakah Tuhan mengabulkan do'amu agar kau dapat terus bersamanya jikalau kau dan Young Hoon memang ditakdirkan?

Young Hoon mengambil kedua tanganmu tiba-tiba. Satu sisi wajahnya terpapar sinar matahari yang berubah warna menjadi oranye.

"Kau benar. Aku keras kepala dan egois. Aku tidak akan menyangkal lagi. Aku kekanakan sekali, bukan? Seharusnya, aku menghargaimu sebagai istriku walaupun mungkin kita tidak saling mencintai. Maafkan aku."

Kau tak percaya Young Hoon berkata demikian. Benar-benar bukan Young Hoon yang setiap saat bertengkar denganmu.

Ini semakin rumit.

Love and Lie (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang