Perjalanan menuju Kanada, negara tempat Young Hoon akan mengunjungi rekan bisnisnya, membutuhkan waktu sekitar sembilan jam dengan penerbangan tercepat.
Tujuan utama Young Hoon adalah kota Quebec, yang terkenal dengan berbagai fasilitas yang memanjakan para wisatawan. Seperti toko roti, restoran yang menyajikan aneka menu lezat, arsitektur indah beserta jalan berbatu. Di tempat ini pula Young Hoon akan mengadakan pertemuan dengan relasinya.
"Kau serius hanya memesan satu kamar? Aku akan tidur di mana?"
Kau terus menyerang Young Hoon dengan inti yang sama, mempertanyakan tentang jumlah kamar hotel yang ia pesan. Young Hoon tidak meresponmu, dia heran denganmu yang tadinya sempat tidur selama dalam pesawat, kini berubah sangat cerewet sejak kau mengetahui kalau Young Hoon hanya memesan satu kamar.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan pertanyaanmu. Toh selama kalian menikah, kau dan Young Hoon tidak tidur dalam satu ruangan yang sama. Wajar jika kini kau bersikap demikian. Tetapi, Young Hoon sudah membulatkan tekad untuk mulai membiasakan dirimu dengan keberadaannya yang lebih dekat.
Kau memanggil Young Hoon sekali lagi sambil meraih pergelangan tangannya. Berhasil. Dia menatapmu sekarang.
"Kau tidak memesan kamar lagi? Kita tidak mungkin tidur dalam satu ruangan bukan?"
Young Hoon ingin tertawa, namun ia tahan. Gemas sekali dengan perilakumu. Walau fakta bilang kalau kau seusia, Young Hoon tak merasakan persamaan tersebut. Kau seperti gadis belasan tahun yang baru mengenal lawan jenis.
"Perusahaan hanya menyediakan satu, istriku."
Jawab Young Hoon enteng. Kalian sedang berada dalam lift yang mengarah ke nomor kamar sesuai pesanan. Perusahaan ini milik Young Hoon berarti dia yang sengaja memesan satu kamar. Yang benar saja
"Ck. Kalau begitu biarkan aku pesan-Young Hoon?"
Tatapan mengintimidasi dari Young Hoon menyulitkanmu menelan saliva. Oh, apakah kau akan menjumpai sisi Young Hoon yang lain hari ini? Kau seolah dibuat tak berdaya hanya karena caranya memperhatikanmu.
"Young Hoon, kau tahu kita tidak pernah tidur satu ranjang sebelumnya kan? Jika kita satu kamar, apa kau akan membiarkanku tidur di kamar mandi?"
Kau sedikit terbata-bata merapal kalimat-kalimat itu. Akhir-akhir ini Young Hoon selalu sukses mengaduk-aduk perasaanmu. Dia mengendalikanmu. Pintu lift terbuka kala Young Hoon akan membuka mulutnya. Tangannya langsung menarikmu kemudian kalian masuk ke kamar yang dituju.
Usai mengunci pintu, Young Hoon mengurungmu menggunakan kedua tangannya sehingga punggungmu menempel pada dinding.
"Istriku, aku memanggilmu demikian karena memang kita suami istri. Ini negeri orang, bukan di rumah. Tidak etis kalau kita tidur dalam ruangan yang berbeda. Lagipula kau sudah menjalaninya kemarin malam. Tidur di sampingku atau kau benar-benar ingin menghabiskan malammu di kamar mandi. Terserah."
Rasanya baru bisa bernafas lega setelah Young Hoon berlalu dari hadapanmu. Kau lupa kalau laki-laki serupa tiang listrik itu berjiwa pemaksa.
.
Pria berwajah khas Amerika itu tersenyum menyambut kedatangan Young Hoon dan dirimu. Kalian mengadakan pertemuan di sebuah restoran mewah di Quebec. Kau dan Young Hoon berjabat tangan dengan pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Alexander tersebut.
"Is she your secretary?"
Alexander memberikan pertanyaan di luar ekspetasi. Kalian saling pandang.
"No, she is my wife."
Jawaban tenang dan penuh tekanan dari Young Hoon menjadi kejutan kedua bagimu. Kau diakui sebagai istrinya di hadapan publik selain di depan orangtua dan para tamu undangan pada pernikahan kalian dulu. Kau senang jujur saja. Alexander tersenyum kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie (Completed)
FanfictionKim Younghoon yang keras kepala dan egois. Disandingkan dengan kamu yang tak pernah mau mengalah dan terus berbohong. Kalian disatukan dalam sebuah ikatan sakral yang ternyata, mengubah segalanya. Bisakah kalian menerima perubahan tersebut?