Ada surat-surat, tiga boneka beruang ukuran kecil dan sedang, dua buah baju warna putih dengan tulisan romantis, jam tangan, gelang serta yang paling membuat dadamu terasa nyeri, kalung dengan liontin setengah hati. Kau menaruh benda-benda tersebut dalam sebuah kotak besar setelah mengambilnya dari sebuah lemari.
Kalung itu masih dalam genggaman tanganmu, memori-memori bersama Ju Yeon seketika berseliweran dalam otakmu. Tanpa sadar kau meremas benda tersebut dan larut dalam lamunanmu sampai kau merasakan kepalamu diusap seseorang. Kau mendongak, mendapati Young Hoon ikut duduk bersila di dekatmu.
Pandangannya langsung menuju ke kotak terbuka di hadapanmu, ia memegang beberapa barang.
"Ini bukan milikmu sepertinya?"
"Pemberian Ju Yeon."
Young Hoon membulatkan matanya.
"Luar biasa. Kau bilang kalian baru berpacaran selama tiga ratus hari, tapi apa yang dia berikan padamu seperti menggambarkan hubungan yang berjalan bertahun-tahun."
Kau terkekeh dengan reaksi Young Hoon.
"Menurutmu bagaimana bila aku mengembalikan semua ini kepadanya?"
Young Hoon beralih menatapmu yang semula menggerak-gerakkan salah satu boneka, kau pun tetap diam menunggu pendapat darinya. Young Hoon menaruh boneka yang ia pegang dengan kesan asal-asalan.
"Setelah menyimpan, lalu akan kau kembalikan? Kenapa tidak dibuang saja?"
Young Hoon tidak membenci Ju Yeon, ia masih mengerti posisi laki-laki dalam hidupmu sebelumnya. Namun, menyaksikan sendiri bagaimana sikap Ju Yeon kepadamu kemarin, dia merasa cemas untuk mentoleransinya.
Sedangkan dalam analisamu, Young Hoon merasa cemburu dengan caramu memperlakukan Ju Yeon. Oleh karenanya kau senantiasa tenang menghadapi sikap suamimu.
"Apa kau tidak bisa membayangkan seperti apa reaksinya nanti saat kau menyerahkan benda-benda ini kepadanya? Kau tidak mungkin lupa bagaimana sikapnya kemarin terhadapmu."
"Kau tahu, barang-barang ini merupakan bentuk nyata dari perasaan Ju Yeon untukku. Sebuah perwakilan, kalau dia dengan senang hati memberikannya, maka mengapa aku tidak mengembalikannya dengan baik-baik sebagai perwakilan atas keinginanku mengutuhkan hati Ju Yeon yang telah aku rusak. Dia tidak salah menyebutku pengkhianat, bukankah memang aku sudah menyakitinya? Entah dia akan menganggapku menghinanya, itu terserah padanya. Selagi dulu dia tulus mencintaiku, kurasa, Ju Yeon tak keberatan menerima meski nantinya barang-barang ini akan dia musnahkan. Barang-barang yang merupakan kilas balik masa lalu kelamnya."
Young Hoon mematung. Ia menyesal pernah melukai hati wanita sebaik dirimu. Andaikan Young Hoon tak menyimpan dendam, ia akan lebih cepat merasakan bahagia bersamamu. Seharusnya, Young Hoon menerima perjodohan kalian sejak awal, bukan malah memeranginya.
"Young Hoon? Kau kenapa? Aku menyinggung perasaanmu? Aku min-"
Bukannya menjawab, Young Hoon mengajukan bibirnya pada milikmu. Kau begitu kaget hingga tak berbuat apa-apa sampai Young Hoon melepasnya.
"Tidurlah, kau besok harus bekerja."
.
Young Hoon meletakkan kotak berisi barang dari Ju Yeon di hadapan laki-laki tersebut. Saat ini, Ju Yeon sedang bermain basket di sebuah lapangan. Young Hoon awalnya benar-benar ingin membuang kotakmu, namun berubah pikiran ketika dia tak sengaja melihat Ju Yeon.
"Apa-apaan kau ini?
Masih terbawa perasaan kecewa kemarin, tak heran tampang kesal dan nada ketus tampil dalam sikap Ju Yeon. Young Hoon memungut bola basket yang menganggur kemudian memainkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie (Completed)
FanfictionKim Younghoon yang keras kepala dan egois. Disandingkan dengan kamu yang tak pernah mau mengalah dan terus berbohong. Kalian disatukan dalam sebuah ikatan sakral yang ternyata, mengubah segalanya. Bisakah kalian menerima perubahan tersebut?