"Aku tidak percaya jika suamiku adalah orang yang pengertian. Setahuku dia selalu egois."
Kau menyandarkan kepalamu di pundak Young Hoon yang sedang mengemudi. Young Hoon menyeringai sembari tetap konsentrasi dengan jalanan di depan.
"Kau harus mencari tahu banyak hal dari suamimu mulai sekarang, hm?"
"Siap bos."
Young Hoon tertawa kecil, bibirnya menyapa dahimu sesaat sebagai tanda sayang.
"Tapi, aku agak cemas, bagaimana aku akan memberitahu Ju Yeon nantinya? Aku takut menyakitinya."
Young Hoon mengusap halus salah satu tanganmu yang dia genggam.
"Aku akan ada di sampingmu, sayang. Kau jangan khawatir. Kita hadapi masalah ini bersama, oke? Percaya padaku, kita bisa melewati semuanya."
Senang sekali mendengar Young Hoon menggunakan panggilan khusus untukmu. Anganmu menjadi kenyataan sekarang. Siapa yang mengira jika pada akhirnya laki-laki yang sempat tak kau sukai ini, adalah takdirmu. Terkadang, kau juga khawatir, apakah Young Hoon benar-benar mencintaimu, bagaimana kalau dia mendua suatu saat? Namun, kau tepis pemikiran bodoh semacam itu, kau hanya ingin bahagia sekarang.
Kau mengamati wajahnya yang terpahat nyaris tanpa cacat. Merasa gemas, kau mengecup rahangnya yang tercetak sempurna. Young Hoon menoleh terheran padamu. Semenjak saling mengakui perasaan, kau berubah lebih agresif.
"Apa aku menikahi harimau? Buas sekali tingkahnya."
Kau menegakkan tubuh seraya melepaskan genggaman Young Hoon.
"Iya, istrimu harimaumu."
Ucapmu yang tampak imut di mata Young Hoon. Tangannya menjulur untuk mengacak rambutmu.
"Sayang, kau yakin akan langsung pulang? Mau mampir ke rumah ibu dulu, tidak?"
.
Lee Ju Yeon tidak mengindahkan nasehat ibunya. Dia yang perlahan sudah dapat kembali berjalan, berpindah berdiri di dekat jendela dalam ruangan itu. Pikirannya menerawang pada kilas balik ketika kau menemuinya tadi.
Setiap gerak-gerikmu terasa aneh baginya. Bahkan kau sama sekali tidak tampak antusias melihat dirinya sadar. Kau sering menunduk, entah gugup atau sengaja menghindari tatapan Ju Yeon, tidak memeluknya, tidak mengucapkan kata-kata yang lebih menenangkan, sebagaimana yang dikatakan seorang wanita pada prianya kala mereka baru lepas dari suatu persoalan.
Dan tentang Young Hoon, Ju Yeon pun tak mengenalnya. Mengapa laki-laki itu datang bersamamu. Ju Yeon penasaran. Perasaannya bilang kalau kau dan Young Hoon tidak sekedar berteman biasa. Kau juga menarik tangan Young Hoon tanpa merasa canggung sedikitpun.
"Ju Yeon?"
"Dia berbeda, ibu. Aku seperti tidak mengenalinya."
Ibu Ju Yeon harus bisa mengendalikan keingintahuan Ju Yeon kalau dia tak mau terjadi sesuatu pada kesehatan putranya. Tapi bagaimana?
Ju Yeon mengingat-ingat kebersamaannya denganmu dulu. Bagaimana kalian pertama kali bertemu, bagaimana Ju Yeon mendeklarasikan perasaannya kepadamu, bagaimana kau menjadi pendamping yang selalu ada untuknya, sampai bagaimana Ju Yeon mempesiapkan lamaran untukmu yang terhalang kecelakaan.
Ju Yeon ingin marah tapi tak ada gunanya juga. Semuanya telah berlalu, dia hanya harus terus melangkah ke depan menyambut hidupnya yang baru. Ibu Ju Yeon menepuk-nepuk pundak sang buah hati penuh kasih sayang.
"Percayalah, dia tetap sama, Ju Yeon. Dan apapun yang terjadi, ibu harap kau tidak menyesalinya."
Kau memang tidak pernah berubah, kau selalu setia menanti Ju Yeon, namun bagaimanapun, kau juga berhak untuk bahagia dengan takdir yang sudah Maha Kuasa gariskan. Termasuk mungkin dengan cara memisahkan kau dan Ju Yeon. Demikian pemikiran ibu Ju Yeon. Putranya semakin yakin ada yang sengaja kau sembunyikan darinya. Ju Yeon belum mempunyai cukup bukti untuk memastikannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie (Completed)
FanfictionKim Younghoon yang keras kepala dan egois. Disandingkan dengan kamu yang tak pernah mau mengalah dan terus berbohong. Kalian disatukan dalam sebuah ikatan sakral yang ternyata, mengubah segalanya. Bisakah kalian menerima perubahan tersebut?