"Aku mencintainya."
Olesanmu pada ujung bibir Young Hoon terjeda. Mungkinkah yang dimaksud olehnya adalah wanita tadi? Kau ingin sekali bertanya banyak hal, sayangnya egomu kali ini yang paling berkuasa. Kau akan membiarkan Young Hoon mengungkapkan segalanya selagi kau mengerjakan tugasmu.
"Dia meninggalkanku begitu saja ketika kami mulai merencanakan pernikahan. Yang kuketahui selanjutnya, dia tengah mengandung anak dari bos-nya. Dia mengkhianatiku. Dia menikah lalu pindah ke luar negeri. Tapi, aku tidak pernah bisa melupakannya. Sesakit apapun hatiku, aku merasa bahwa cintaku lebih besar kepadanya. Suatu hari, seorang gadis menyatakan perasaannya kepadaku, aku menolaknya mentah-mentah, kukira, tak ada yang bisa kucintai lagi selain dia. Namun, pada hari berikutnya, teman-teman dari gadis itu mendatangiku, menyalahkanku atas penderitaannya. Mereka mengutukku. Aku sangat marah dan berjanji pada diriku sendiri untuk membalas dendam dengan cara mengencani banyak gadis lalu aku tinggalkan setelahnya. Sampai akhirnya, kau dan aku dipertemukan. Kita lantas menikah, dan kau mengerti dengan baik seperti apa kita yang sebenarnya hingga hari ini."
Kau meneruskan kegiatanmu mengobati luka Young Hoon. Sekuat tenaga menghadang air mata yang nyaris lolos dari penglihatanmu. Harga dirimu diinjak -injak olehnya lagi. Young Hoon menyadarinya, ia tak menyangka matamu berkaca-kaca usai ia mengatakan kebenaran yang lama dia sembunyikan. Rasa bersalahnya kian membesar. Young Hoon mulai yakin kalau kau juga mempunyai perasaan terhadapnya.
"Aku minta maaf yang sebesar-besarnya kepadamu, terlepas apakah kau peduli atau tidak. Aku tahu aku memang brengsek, mungkin kata maaf terdengar basi untukmu. Aku bukan hanya menghancurkan hidupku, tapi juga, hidupmu. Maafkan aku."
Detik itu pula butiran bening itu meluncur. Young Hoona refleks mengusapnya lembut. Ia benci melihatmu menangis sekarang, apalagi itu disebakan olehnya.
Hatinya terluka.Young Hoon mencintaimu.
"Jika kau tidak sanggup lagi, maka pergilah. Aku tak akan menahanmu, kau berhak untuk bahagia."
Tapi dia tak bisa mengatakan kalau dia mencintaimu. Tidak setelah mengetahui keadaan kalian yang seperti ini. Setelah melukai, tidak lucu jika Young Hoon mengutarakan cintanya. Kau pasti sudah membencinya. Kau memegang tangan Young Hoon, kemudian menatapnya dalam.
"Sejak awal, kau memang selalu egois, Kim Young Hoon. Kau selalu mencari cara untuk mendapatkan apa yang kau inginkan tanpa berfikir apa saja yang sudah orang lain korbankan untuk membuatmu bahagia. Apa salahnya menghargai pernikahan kita meskipun kau tidak mencintaiku?"
Kau beranjak dari posisimu, membiarkan Young Hoon termenung sendirian. Ini bukan hal yang mudah untukmu. Ketika kau baru akan merajut harapan, tampaknya mulai kini harus kau kubur dalam-dalam.
.
Sepoi angin malam menerpa tubuhmu, anehnya kau sanggup bertahan berjam-jam, mungkin emosimu sedang duduk dalam tahtanya. Kau sedang menyendiri di balkon yang ada di kamar hotel. Bangunannya memang semewah itu, tak heran jika orang-orang yang menyewa hotel tersebut mendapat banyak pelayanan terbaik.
Kau memeriksa ponselmu, ada sekitar tiga panggilan dari Hye Ra dan ibu Ju Yeon. Dahimu mengernyit, kau memilih menelepon Hye Ra lebih dulu. Setengah menit menunggu akhirnya dia menerima panggilanmu.
Kau menjauhkan ponselmu dari telinga saat Hye Ra berteriak padamu. Kau memperingatinya sebelum kembali menempelkan benda persegi panjang tersebut.
"Besok aku pulang, Hye Ra sayang. Kau tidak usah khawatir."
"Aku tidak peduli kapan kau akan pulang. Yang jelas, aku hanya ingin menyampaikan kalau Ju Yeon-mu sudah siuman dari komanya. Itu saja."
Kau membeku. Ju Yeon sudah sadar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Lie (Completed)
FanfictionKim Younghoon yang keras kepala dan egois. Disandingkan dengan kamu yang tak pernah mau mengalah dan terus berbohong. Kalian disatukan dalam sebuah ikatan sakral yang ternyata, mengubah segalanya. Bisakah kalian menerima perubahan tersebut?