1. Bukan Pelacur

648 54 8
                                    

Yorin bekerja menjadi sekretaris ayahnya di perusahaan yang dirintis keluarganya sendiri, sedangkan Yuke masih pelajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yorin bekerja menjadi sekretaris ayahnya di perusahaan yang dirintis keluarganya sendiri, sedangkan Yuke masih pelajar. Mereka tinggal berdua bersama asisten rumah tangga lainnya di rumah megah dan luas yang mereka tempati sekarang. Yang menjadi pertanyaan, ke mana orang tua mereka? Jawabannya adalah pindah ke Australia demi kepentingan pekerjaan.

Yorin diutus sang ayah untuk mengembangkan perusahaan tanpa ada kendala apapun demi kelancaran cabang perusahaan lain yang ada di Autralia. Dengan keteguhan hati Yorin, Yorin mengangguk kukuh antusias saat pelantikan dirinya diangkat menjadi manager. Ia optimis dalam misi untuk sukses dalam pekerjaannya. Yorin yakin, ia pasti bisa. Jika diberi anugerah lebih, Yorin berharap pencapaiannya melampau batas rekor wanita karir di dunia.

"Giliran mau miskin baru diangkat jadi manager," desis laki-laki bernama Rigor yang sedang menguapkan asap rokok.

Yorin melipat kedua tangannya di depan dada dengan sikap tegap tegasnya. "Mau kamu apa?"

Rigor adalah kekasih Yorin yang masih baru-baru ini mereka menjalin hubungan. Entah bisikan apa yang membuat gadis sopan seperti Yorin mau menerima laki-laki yang dikenal berengsek karena seorang preman dan sering bermain perempuan lain. Hanya modal tampang, memiliki bentuk wajah ideal laki-laki ini mampu melumpuhkan hati Yorin dan terpincut oleh omong kosongnya.

Rigor mendekati tubuh ramping Yorin yang terlihat semakin hari semakin seksi saja. Ia menempelkan jari-jarinya pada punggung sempit milik Yorin sambil menari-nari. Ini kegiatan yang sering Rigor lakukan pada Yorin. Betapa bahagianya Rigor saat Yorin sedikit mengeluh karena efek geli yang didapat dari kegiatannya. Yorin tak tahan dengan tatapan Rigor yang mengintimidasi dan mencekam meski sensasinya panas.

"Dasar jalang. Baru segitu aja langsung desah," ucap Rigor berhenti menggerakkan tangannya. "Orang yang kayak lu gini nih, yang gampang banget dibegoinnya."

Yorin tidak tahu maksudnya apa. Ia terlalu pusing hanya sekadar mendengar rentetan omong kosong Rigor. Ia ke kantor bukan untuk membuang-buang waktu bertemu laki-laki yang dengan sengaja berselingkuh di depannya. Ada banyak klien yang menunggunya di ruang rapat perihal saham yang diajukan.

"Aku nggak ngerti kamu ngomong apa. Aku nggak peduli lagi kalo kamu mau sama perempuan itu."

Yorin segera menyingkir dari sana, tetapi pergelangan tangannya ditahan oleh Rigor. "Emang pada dasarnya udah polos, ya. Oke, gua to the point aja. Gua mau ... uang."

Jika dilihat dari ekspresinya, Rigor sedang marah dan terburu-buru. Pasti karena hutang yang menggiringnya sampai ke kantor. Selama mereka berpacaran dan selama Yorin masih menjadi sekretaris ayahnya, Rigor tidak berani memamerkan wajahnya untuk datang ke sini. Katanya dia malu dengan penampilannya yang begitu mencolok seperti orang jahat.

"Kalo gitu aku minta putus. Nggak ada harga yang cocok buat bales budi karena kamu mau pacaran sama aku," pinta Yorin. Lantas berjalan ke arah kursi tempat singgahnya dan membereskan barang-barang yang ada di meja.

Wanna Be [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang