Waktu berjalan semakin cepat. Tak terasa hari ini adalah hari terakhir Yuke ujian kelulusan. Minggu depan sudah diumumkan siapa saja yang lulus dan tidak lulus. Percaya diri, Yuke yakin pasti lulus, mengingat persiapan ujian ia jadi rajin belajar tanpa mengeluh kesulitan. Dan dijamin nilainya sangat memuaskan. Usaha tidak akan mengkhianatinya.
Berjalan sambil menunduk, sudah biasa Yuke melakukan ini ketika ingin melewati siswi-siswi yang berkumpul di koridor sekolah. Mereka—kelima perempuan murid jurusan IPA pasti menggosipi siapa pun yang lewat sana. Kebiasaan murid langganan BK, katanya. Sebab, di antara mereka ada Nasywa dan Refa, si Ratu Gosip.
"Preman lewat, preman lewat!" Nasywa memberi kode ke semua temannya, kecuali Yuke yang sedang berjalan santai tanpa memandang lurus jalanannya. Tersenyum bagai penyihir di film-film horror, Nasywa menunjukkan smirk yang jelas untuk bahan gosip kali ini. "Nantangin kita terus, ya?" Ia melirik temannya satu per satu. Nasywa tidak jadi menggosip, akan lebih seru jika mereka—Nasywa dan teman-temannya menjerumuskan Yuke ke ruang BK, favorit mereka.
Senyuman Nasywa tak hanya sudut bibir yang kiri, kini ia tersenyum lebih lebar di segala sudut bibirnya di kala Yuke berhenti karena dia tahu sedang diperhatikan Nasywa. "Kita satu sekolah, tapi nggak pernah main bareng, Ke."
Yuke menoleh ke arah mereka dengan cepat. "Kalian mau apa sama gue? Cari ribut?" Putar balik seraya melinting lengan seragamnya sampai sebahu.
Mereka berlima sudah mengetahui kalau Yuke akan meresponnya, membalas yang lebih dari mereka. Nasywa memberi kode lain pada teman-temannya dengan wajahnya, menyuruh mereka berpura-pura menunjukkan ekspresi ketakutan. "Ih, takut! Ada preman beneran!" jerit mereka kompak.
Yuke tidak bebas. Padahal alasan ia lewat jalan itu karena lebih dekat dengan parkiran motornya. Hari ini masih ada kesibukan yang lain, yaitu berlatih dandan bersama kakaknya di kantor. Tapi, tiba-tiba mereka menghalangi dan otomatis Yuke akan terlambat. Ah, sudahlah. Yuke bisa mengebut nanti.
"Gue nggak punya banyak waktu," pamit Yuke memutar badannya lagi, ingin keluar dari adangan mereka.
Lantas dengan lihai Nasywa mengambil tangan kanan Yuke yang menggantung di samping badannya, menaruh tangan itu di lehernya sendiri. "W-woi! T-tolongin gue! Gue dicekek sama Yuke!" Alih-alih berakting dicekik lehernya, Nasywa berekspresi seperti kehabisan napas dan panik ketakutan. Refa dan yang lain mengerti, mereka langsung sigap menghampiri Yuke dan Nasywa yang sedang adu batin.
"Sial," umpat Yuke berusaha menarik tangannya kembali. Ternyata Nasywa sengaja memfitnahnya supaya orang lain menyangka ia mencekik Nasywa sungguhan. Yuke memandang ke sekelilingnya, tidak ada murid lain sebab sudah pulang sejak bel pulang berbunyi tadi. Hanya guru-guru pengawas yang masih belum keluar dari ruangannya.
"Lepasin, woi! Preman banget lo! Cewek kurang ajar!" Refa bergerak seolah-olah mencegah Yuke memperdalam cekikannya. Yang lain mengikuti Refa membantu melepaskan tangan Yuke dari leher mulus Nasywa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Be [Completed]
General FictionSemua orang tentu memiliki kepribadian yang berbeda. Tidak mengenal mereka kandung atau bukan. Lantas, bagaimana jika kakak beradik yang tinggal bersama mengatasi sikap yang berbanding terbalik dari masing-masing? Temukan jawabannya dalam cerita ini...