Gigit demi gigitan Yuke lahap habis sisa-sisa roti isi buatan kakaknya. Bukan karena rasanya yang enak, tetapi perutnya yang sejak semalam belum diisi. Yorin tidak pulang semalam, makanya buru-buru dia sampai di rumah pagi-pagi sekali dan segera membuatkan roti isi yang instan untuk adiknya. Yuke tidak bisa memasak, maka dari itu jika ia ingin memakan sesuatu di rumah harus menunggu Yorin memasak makanan untuk dirinya. Hanya saja, semenjak Yorin diangkat menjadi manager, dia lebih sibuk sehingga jarang berada di rumah.
Yorin masih menyewa asisten rumah tangga yang dibayar per hari. Hanya membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci pakaian hingga menyetrika. Awalnya Yorin meminta Yuke untuk mandiri saat di rumah, lama-kelamaan Yorin tidak tega melihat Yuke mengurus rumah seluas ini sendirian. Toh, Yuke juga harus belajar dengan giat karena sebentar lagi ada ujian kelulusan.
"Pelan-pelan makannya. Kamu itu perempuan." Yorin menuangkan susu ke gelas Yuke.
Yuke berhenti mengunyah sebentar. "Iya-iya." Setelah itu ia melanjutkan sarapannya lagi.
Tersenyum manis, Yorin mengusap-usap bahu Yuke gemas. "Semangat, ya, sekolahnya. Katanya, mau lanjut kuliah."
"Iya lah lanjut. Masa iya gue nganggur," cibir Yuke. Mengambil gelas berisi susu, kemudian ia teguk beberapa kali saja. "Udah ya, gue berangkat dulu." Dengan kasar Yuke menyapu sisa-sisa susu di tepi bibirnya.
Beranjak dari kursi, Yuke berbalik memandang Yorin, ada sesuatu yang ingin ia sampaikan untuk kakaknya. "Gue anterin lo ke kantor dulu, deh," ucap Yuke yang terdengar seperti bergumam.
Yorin menggeleng beberapa kali, sedangkan Yorin hanya tertuju pada roti isinya yang tinggal separuh. "Nggak usah. Nanti kamu telat."
"Satpamnya takut sama gue, kok. Tenang aja, gue bisa ngebut." Tidak peduli terlambat, Yuke tidak ingin terus-menerus membani kakaknya dengan berjalan kaki ke halte bus. Dan perbincangan pagi ini diakhiri oleh anggukan Yorin.
***
Selain Yuke khawatir kakaknya kelelahan, ternyata Yuke takut Rigor mengganggu Yorin lagi. Tak habis-habisnya Yuke memikirkan bagaimana caranya agar bisa bertemu Rigor selain di kantor. Tetapi, ekspetasinya tidak sampai ke realita. Ia belum juga dipertemukan laki-laki yang pekan lalu meminta uang padanya atas nama Yorin. Sungguh menyebalkan.
Sekarang Yuke sudah sampai di sekolah. Seragam Yuke ada atasan rompi polos bergaris di tepi warna hijau army, kemeja pendek polos warna putih, dan bawahannya rok polos warna hijau army sedikit lebih muda. Setiap hari Yuke harus merangkup seragam atasannya dengan jaket kulit dan roknya diganti oleh celana jeans. Sedangkan sepatunya tetap dominan warna hitam. Jika memakai helm, sesekali Yuke kucir rambutnya dengan model seperti ekor kuda. Penampilan yang jauh dari kata 'feminin' ini selalu melekat pada tubuhnya. Jangan lupakan motor besar yang menjadi sahabatnya ke mana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Be [Completed]
General FictionSemua orang tentu memiliki kepribadian yang berbeda. Tidak mengenal mereka kandung atau bukan. Lantas, bagaimana jika kakak beradik yang tinggal bersama mengatasi sikap yang berbanding terbalik dari masing-masing? Temukan jawabannya dalam cerita ini...