IX

293 31 9
                                    

Pagi menjelang, matahari sudah memancarkan sinarnya ke segala arah.

Samar-samar sinar matahari mulai menulusuk dari arah jendela kamar Gulf, membuat si pria manis itu terusik dari tidurnya, sungguh ia sangat lelah, badannya seakan ingin remuk bila di gerakkan se-inchi saja.

Gulf mulai membuka kedua matanya itu, matanya mulai mengedarkan penglihatannya ke arah balkon kamarnya, hari sepertinya sudah pagi dan Gulf masih betah berada di atas ranjangnya, ia begitu menyuBright sensasi dari kehangatan yang di berikan kekasihnya saat memeluknya begitu erat.

Ternyata Mew menepati janjinya, ia belum beranjak dari kamar Gulf, lelaki itu masih menunggui sampai Gulf terbangun, padahal biasanya di jam segini. Lelaki itu sudah beranjak untuk kembali ke dalam lautan. Ia benar-benar tipe seorang lelaki yang memegang teguh janjinya, dan Gulf semakin terpesona dengan segala sifat yang ia miliki.

Lama Gulf terdiam di atas ranjang, rasanya hari ini ia tak mau bangkit dari ranjang. Ia ingin terus bersama Mew, berpelukan sepanjang hari. Tapi sepertinya itu tak mungkin mengingat Ke dua sahabat Gulf sedang berada di rumahnya.

Gulf mulai membalikkan tubuhnya kearah dimana Mew yang sedang berbaring, ia mulai menatapi wajah tampan itu, sempurna. Ya, Gulf rasanya ingin bersujud syukur dengan kenyataan yang sedang di hadapannya sekarang. Gulf telah resmi menjadi kekasih dari Mew, ahh tidak hanya kekasih lebih dari itu. Ia sekarang adalah Mate dari seorang lelaki yang sangat sempurna, ya siapa lagi. Tentu saja dia adalah Mew

Teringat Gulf dengan apa yang telah ia lakukan tadi malam berasama dengan kekasih merman-nya. Spontan ke dua pipinya menjadi merah merona, sungguh memikirkannya saja ia sudah malu. Apalagi mengingat saat ia begitu nakal menggoda Mew dengan meminta dirinya sendiri untuk menunggangi Mew junior. Ahh rasanya Gulf ingin menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal

"Ahh Saint Win" Gulf menyebutkan nama dari kedua sahabatnya itu. Entah kemana rasanya akan ia taruh wajahnya saat menjumpai kedua sahabatnya itu, jujur ia sangat malu. Hei, siapa yang tidak malu, saat ke dua sahabat mu menangkap basah dirimu sedang bercinta dengan pria asing, yang mereka saja tak tahu pria itu siapa.

Mengingat itu rasanya Gulf ingin meminta kepada Mew untuk membawanya masuk ke dalam lautan saja. Tidak hanya malu, ia juga bingung apa yang harus ia katakan kepada sahabatnya itu. Dan juga kesalahan yang telah ia lakukan kepada ke dua sahabatnya itu, dengan tidak tau dirinya ia membentak sahabatnya karena cemburu melihat kedua sahabatnya bercengkrama dengan Mew, sungguh ia merasa begitu berlebihan, tak sepantasnya ia melakukan itu.

Tapi sekarang, nasi sudah berubah menjadi bubur, bagaimanapun ia harus menghadapi sahabatnya itu, ia harus menjelaskan segalanya dan meminta maaf kepada mereka, dan setelahnya ia juga akan meminta penjelasan dari ke dua sahabatnya itu, mengapa mereka mendatangi Gulf sampai kesini, padahal sudah jelas ia menitip pesan agar tak perlu khawatir dengannya, benar-benar ke dua sahabatnya itu tidak pernah bisa menepati janjinya.

--------------------------------------------------------------------------

"Miuhhh" Gulf memanggil nama dari kekasihnya itu, tangannya juga sudah mulai membelai wajah pria kecintaannya itu.

"Hmmh Kana, kau sudah bangun?" Mew sudah membuka matanya, dan seperti biasa lelaki itu tak pernah lupa memberikan Gulf kecupan di dahi saat mereka telah terbangun di pagi hari.

"Hmmmh, apa kau akan langsung pergi?" Gulf mulai menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Mew

"Begitulah Kana, dan sepertinya hari sudah semakin terang, dan aku harus segera kembali ke dalam lautan, kalau tidak. Penasihat dan jendral ku akan mulai menyisir lautan mencari ku segala arah, aku tak mau mereka sampai kesini" Mew mulai menjelaskan kepada Gulf

Mewgulf : Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang