J-2

1.1K 113 5
                                    

☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Jeno memarkirkan mobilnya di kediaman orangtuanya. Sudah lama dia tidak pulang ke rumah yang ayahnya desain sendiri untuk hari tua bersama istrinya nanti. Setelah mengantar Doyoung pulang ke apartemennya, Jeno memutuskan untuk makan malam bersama kedua orangtuanya malam ini untuk melepas rindu. Nyonya Lee menyambut anak bungsunya dengan senyum hangat, tapi sebelum dirinya berhasil memeluk putra bungsunya, Jeno menahannya.

"Aku harus mandi dulu eomma, tadi di rumah sakit aku lupa untuk membersihkan diri. Nanti setelah mandi, eomma boleh memelukku sepuasnya."

Setelah berkata seperti itu Jeno segera naik ke kamarnya di lantai dua. Membuka kancing kemejanya dan memasukan baju-baju kotor ke dalam keranjang cuci yang nanti selalu dicuci oleh bibi pekerja di keluarganya.

Badannya terasa lebih ringan dan segar setelah dia keluar dari kamar mandi. Handuk kecil pemuda itu gosokkan pada rambutnya yang basah setelah keramas. Sambil bersiul Jeno mengambil kaos dalam lemarinya secara acak, kemudian memakai celana rumahnya sambil sesekali bersenandung kecil. Setelah dirasa rambutnya kering, Jeno bergegas ke meja makan di dekat dapur, ayah dan ibunya pasti menunggunya sekarang.

Ibu Jeno menghambur ke pelukannya setelah netranya melihat sosok Jeno di meja makan. Tak lupa untuk mencium pipi anaknya dengan sayang. Sementara sang kepala keluarga sibuk membaca berita di tabnya. Setelah sepasang ibu-anak itu melepas rindu, Jeno mendekat pada Ayahnya dan memeluknya sebentar. Ayahnya hanya menepuk kecil punggung Jeno. Kebiasaan keluarga ini ketika mereka bertemu.

"Apa hyung masih di luar kota?" tanya Jeno sambil menunggu ibunya menuangkan nasi ke dalam mangkuk untuk suami dan putranya.

Sang kepala keluarga mengalihkan atensi pada putra bungsunya kemudian menjawab, "Dia masih harus mengerjakan proyek pembangunan resort yang baru di Jeju." Jeno hanya mengangguk mendengar jawaban sang ayah. Kemudian dia mengambil mangkuk nasi yang disodorkan oleh ibunya dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

Mereka makan dengan hening. Ayahnya memang tidak suka jika berbicara pada saat makan. Mereka diperbolehkan bicara ketika piring makan telah kosong dan diangkat dari meja makan. Tidak sopan jika kita berbicara sambil makan, itu yang selalu ayahnya tanamkan.

Setelah selesai makan. Piring kotor dibawa oleh sang bibi perkerja ke dapur. Kemudian ibunya menuangkan lemon hangat di cangkir untuk suaminya.

"Jeno, besok kau ada waktu?"

Jeno menatap sang Ibu dengan wajah bertanya. Melihat anaknya yang terlihat mengerutkan kening, sang Ibu melanjutkan ucapannya, "Eomma ingin meminta mu untuk mengantar anak teman eomma untuk membeli gaun baru. Ibunya bilang dia tidak bisa mengantar gadis itu dan tak ada supir untuk menemaninya. Nyonya Jo terlalu khawatir jika anak perempuannya harus pergi sendiri, dia masih baru di Korea. Besok kau liburkan?"

Jeno ingin sekali menolak. Karena dia sangat yakin jika alasan sesungguhnya ibunya adalah untuk menjodohkan dirinya dengan anak dari nyonya Jo itu. Ayahnya menatapnya dengan pandangan tersirat dimana Jeno tidak bisa menolak. Setelah menghembuskan nafasnya kasar Jeno mengiyakan permintaan ibunya.







***

Jaemin mendesah lega saat melihat kondisi Jisung. Tadi Chenle sempat meneleponnya dan mengatakan bahwa adik kesayangannya jatuh dari tangga. Meskipun hanya adik sepupu dari pihak ibunya, gadis itu sangat menyayangi pemuda yang sekarang berada di tingkat akhir universitasnya.

Kaki Jisung terlihat terbalut perban elastis, dia sedang terduduk di ruang tunggu klinik kesehatan universitasnya bersama seorang gadis seusianya yang tadi menelpon Jaemin.

[Nomin] J untuk JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang