J-6

659 102 7
                                    


🕯️🕯️🕯️

Jeno memarkirkan mobilnya di salahsatu kawasan apartemen. Hari ini dia sudah berjanji dengan Doyoung untuk menghabiskan waktu bersama. Doyoung memintanya untuk diantar membeli beberapa keperluan apartemennya yang baru. Gadis itu baru saja pindah ke kawasan apartemen yang lebih dekat dengan rumah sakit.

"Tidak menelepon Johnny hyung?" tanya Jeno saat dia memasuki apartemen Doyoung yang masih berantakan.

"Tidak! Dia harus menemui pasiennya. Kamu tahu sendiri, Johnny tidak pernah libur." Doyoung mengambil jus kotak di dalam kulkasnya. Kemudian menyerahkannya pada Jeno yang kini sudah duduk di sofa.

"Maafkan aku, Jen. Tapi hanya kamu yang bisa aku andalkan." Doyoung sebenarnya merasa tidak enak hati harus menggaggu Jeno di hari liburnya. Seharusnya pemuda ini pulang dan menghabiskan waktunya bersama ibunya. Kebiasaan Jeno ketika libur yang sangat dihapal Doyoung.

"Tidak masalah, noona. Jika aku pulangpun, eomma hanya akan menyuruhku untuk berkencan dengan pilihannya." Jeno menancapkan sedotan ke dalam jus kotak yang disuguhkan Doyoung.

"Gadis terakhir yang eomma berikan adalah yang terburuk." Ujar Jeno sambil menyedot jusnya.

Doyoung terkekeh. Dia ingat saat eomma Lee bercerita padanya jika Jeno membuat anak temannya menangis. Bahkan gadis itu mengatakan jika Jeno mempunyai kekasih. Doyoung jadi ingat betapa hebohnya eomma Lee karena saat menelepon anak bungsunya untuk menanyakan bagaimana kencannya, Jeno berkata jika dia sedang jatuh cinta. Awalnya eomma Lee berpikir jika Jeno jatuh cinta dengan Yuri—anak temannya. Ternyata dugaannya salah. Namun anehnya sampai sekarang Jeno belum juga memperkenalkan siapa gadis yang membuatnya jatuh cinta. Eomma Lee berpikir jika Jeno sedang mencari alasan dan membohonginya. Sehingga wanita paruh baya itu memulai kembali untuk menjodohkan Jeno dengan gadis pilihannya. Eomma Lee hanya tidak tahu saja jika Jeno, anak bungsunya sekarang sedang memperjuangkan cintanya.

"Jadi seperti apa gadis incaranmu?" kini Doyoung terduduk di sebelah Jeno terlihat antusias.

"Dia cantik dan noona, pesonanya sungguh luar biasa. Aku pernah melihatnya sedang bekerja dan itu benar-benar luar biasa. Baru kali ini aku melihat seorang gadis yang memukau saat sedang presentasi." Jeno membayangkan ketika Jaemin dengan sorot tegas dan penuh percaya diri berhadapan dengan audiens saat memperkenalkan aplikasi yang akan diluncurkan timnya.

"Really? Wow! Sepertinya uri Jeno benar-benar jatuh cinta pada gadis ini!"

Jeno hanya tersenyum menanggapi. Setelah sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk pergi sesuai dengan rencana awal. Mari membantu Doyoung noona untuk mengisi keperluan apartemen barunya.

Doyoung membeli perlengkapan baru seperti tirai, bedcover, dan beberapa rak kecil untuk memenuhi apartemen barunya. Apartemennya yang ini lebih besar dan memiliki tiga kamar dari apartemen sebelumnya. Doyoung memang sengaja membeli apartemen yang lebih besar dengan kamar yang lebih banyak. Bisa saja nanti keluarganya ingin menginap jadi tidak harus berdesak-desakan.

Gadis itu berjalan di depan, sementara Jeno mendorong troli belanjaan Doyoung di belakang. Mengikuti langkah gadis itu kemanapun. Mereka menuju tempat peralatan memasak sekarang. Doyoung sedang fokus untuk melihat-lihat peralatan masak. Beberapa peralatan masaknya sudah tidak layak untuk dipakai.

"Noona aku ingin melihat tea cup di bagian sana." Jeno berujar dan ditanggapi doyoung dengan dehaman. Mata pemuda itu tertarik pada kumpulan tea cup yang berada di deretan paling ujung. Melihat-lihat beberapa cangkir teh yang desainnya sungguh menarik. Jeno jadi mengingat cangkir teh di rumah Jaemin. Pemuda itu akhirnya membeli satu set cangkir yang menurutnya menarik. Tiba-tiba Jeno tertarik untuk membelikan Jaemin cangkir-cangkir ini.

[Nomin] J untuk JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang