J-9

590 85 11
                                    


🍒🍒🍒







"Kenapa tidak mengabariku? Jahat sekali kamu!" Doyoung masih merajuk kesal pada pemuda di depannya.

"Maafkan aku, Doie. Kamu tahu sendiri bukan jika pekerjaanku sangatlah banyak. Aku sepertinya akan menetap di Seoul cukup lama. Jadi kamu punya banyak waktu untuk merindukanku." Kekeh Taeyong.

Setelah selesai makan malam, Taeyong membawa Doyoung kembali ke rumahnya. Kemudian bercakap-cakap dengan kedua orangtua Doyoung. Taeyong benar-benar sudah lama tidak bertemu dengan orangtua Doyoung, padahal dulu dia sering sekali bermain kesana bersama Johnny.

"Lain kali berkunjunglah di hari libur, paman sudah sangat rindu untuk bermain alkagi denganmu." Ujar paman Kim—ayah Doyoung saat Taeyong akan berpamitan untuk pulang. Pria itu menjawab dengan senyuman. Bukan senyuman lembut melainkan senyuman sayu yang sarat akan kesedihan di dalamnya.

"Kamu harus sering menghubungiku dan mengunjungiku! Aku tidak mau tahu!"

"Akan ku usahakan. Kalau begitu aku pamit. Selamat malam."

Taeyong membungkuk hormat kemudian melangkahkan kakinya ke mobil yang terpakir di depan rumah Doyoung. Melambai untuk berpamitan sekali kemudian masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan rumah milik keluarga Doyoung untuk kembali pulang ke rumahnya.

"Taeyong tidak berubah, selalu menjadi seorang pekerja keras." Ujar tuan Kim.

Doyoung dalam hati mengiyakan apa yang ayahnya katakan. Pemuda itu sukses dari nol, tidak seperti Doyoung ataupun Johnny yang memang sudah terlahir dari kalangan Chaebol. Doyoung dan Johnny adalah saksi perjuangan Taeyong. Sekarang pemuda itu sudah bisa membangun sendiri beberapa resort kebanggaannya, mimpinya sejak dulu.

"Bagaimana keadaan tuan Park?" tanya ayah Doyoung saat mereka masuk ke dalam rumah.

"Terlihat baik ayah, aku bertemu dengan beberapa kolega dari keluarga Jung. Mereka cukup menyenangkan untuk diajak berbicara mengenai bisnis."

Ayah Doyoung tersenyum dan mengelus rambut Doyoung dengan lembut. Kalau bukan Doyoung merupakan anak satu-satunya, pria paruh baya itu ingin Doyoung menjalani mimpinya, menjadi seorang guru vocal.

"Maafkan ayah."

"Tidak apa-apa ayah, kurasa pekerjaanku sebagai direktur rumah sakit tidak sememuakkan itu. Meskipun aku kadang jenuh untuk menghadiri acara-acara seperti tadi. Tapi aku cukup menikmatinya. Ayah tidak perlu khawatir."

Iya. Ayahnya tidak perlu khawatir. Gadis itu amat sangat mengerti. Sebagai anak tunggal keluarga Kim, Doyoung mau tidak mau harus mampu mengurusi beberapa bisnis ayahnya. Meskipun sekarang dia hanya mengambil alih rumah sakit keluarga mereka. Tapi suatu saat nanti, Doyoung harus bisa mengurus bisnis ayahnya yang lain. Tidak masalah, karena tunangannya nanti yang menjadi suaminya dapat ikut serta membantunya mengurus bisnis keluarganya.





🌻🌻🌻

"Mina..."

"Eh? Renjun?" Mina terkaget saat didapati Renjun yang berada di gedung kantornya.

"Kamu sedang ada urusan di sini?"

"Nasabahku meminta bertemu di sini."

Mina mengangguk mengerti. Seseorang di sampingnya menyenggol tangan Mina. Gadis itu hampir lupa dengan teman sekantornya itu.

"Siapa?" tanya gadis itu.

"Ah, dia temanku." Renjun yang merasa diperkenalkan oleh Mina membungkuk sekilas pada gadis di depannya.

[Nomin] J untuk JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang