Hari Buruk

2.1K 667 59
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya✨✨

How's your day? Jangan lupa vote dan comment ya✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


§§§

Sebuah bingkai foto yang berisikan foto satu keluarga bahagia terpampang di hadapan Hydan. Mata nya kian memerah saat sadar, hari ini adalah hari kematian kedua orang tua nya. Tangan terkepal kuat menahan sesak nya rasa rindu yang sedang bergejolak. Tubuh Hydan meringkuk diatas kasur sambil menangisi keadaan yang begitu menyakitkan. Menangisi keheningan bagai pedang yang menghancurkan jiwa Hydan. Setiap hari kematian kedua orang tua nya, Hydan selalu memilih bolos untuk menyendiri.

Disaat seperti ini, seharusnya ada seseorang yang menemani Hydan. Dia masih mempunyai teman kan? Tapi, mereka semua tidak datang untuk menemani Hydan di hari yang paling Hydan benci. Bahkan Ryan sekalipun tidak memberikan pesan ke Hydan. Isak tangis frustasi anak berumur hampir delapan belas tahun menggema di dalam kamar. Mengacuhkan sibuk nya dunia. Hydan berharap, ia hanya berharap jika Hydan bisa terbebas dari rasa rindu, kecewa, dan marah seperti ini.

Dering smartphone sudah berbunyi dari beberapa menit lalu. Karena kesal, Hydan mengambil smartphone nya yang tergeletak begitu saja di lantai diantara pecahan gelas. Mata Hydan melihat nama Ryan tertera didalam layar smartphone nya. Segera Hydan angkat sambungan telefon dari Ryan.

'LAMA BANGET! GUA SAMA YOGA LAGI DIRUMAH SAKIT!'

'kenapa?'

'Adam di racunin sama si gentong!'

'anjing.'
Tutt--

Tubuh Hydan berdiri ingin melangkah keluar dari kamar hingga ia melupakan sesuatu. Hydan lupa jika banyak sekali pecahan kaca di lantai kamar nya yang membuat kaki Hydan terluka. Dia meringis kesal saat melihat darah mulai mengalir dari telapak kaki nya. Dering telefon kembali berbunyi, Hydan berdecak kesal mengira Ryan kembali menelepon nya. Namun, yang Hydan lihat dalam telefon nya bukan nama Ryan tapi Wisnu. Teman sekelas Hydan yang kerap kali melakukan tindakan sok kenal dan sok dekat. Hydan mengangkat sambungan telefon dari Wisnu dengan kesal.

'nyet! Temen lu dalam masalah.'

'Ryan?iya, dia lagi diru--'

'bukan! Temen lu yang satu lagi!'

Ragu ragu Hydan mengucapkan satu nama yang terlintas dalam pikiran nya.

'Diyaz?'

'nah itu!'

'kenapa sama Diyaz?'

'lu liat berita sekolah kaga sih?! Si Alin bunuh diri, lompat dari sekolah. Diyaz ada di rooftop pas kejadian! Nah sekarang dia lagi di--'
Tuttt---

Tubuh Hydan terduduk di kasur. Tangan nya dengan cepat membuka salah satu laci nakas disamping tempat tidur nya. Sebuah kapas dan obat luka Hydan ambil dari laci tersebut. Tanpa ada rasa takut, Hydan mencabut pecahan kaca yang menusuk telapak kaki nya. Sesekali ia meringis kecil saat merasakan sakit. Lalu Hydan meletakkan obat merah diatas kapas dan menaruh kapas tersebut diatas luka. Lalu Hydan melapisi nya dengan kain kasa agar kapas tersebut tidak lepas.

LAKUNA ₍ₜᵣₑₐₛᵤᵣₑ ₀₂'ₛ₋₀₄'ₛ₎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang