Pertemanan

2.1K 687 52
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya✨✨

How's your day? Jangan lupa vote dan comment ya✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

§§§

Setelah berpuluh puluh usaha yang Mama Dista serta Ayah Adam lakukan. Diyaz sudah duduk disamping kasur rawat milik Adam. Tangan Diyaz menggenggam erat tangan Adam. Mata Diyaz sudah tidak karuan, bengkak dengan kantung mata yang menghitam. Deru nafas nya tidak beraturan terlalu terpaku pada wajah Adam yang kian mengurus.

"Dam,bangun,"lirih Diyaz.

Seseorang yang Diyaz harapkan bangun tetap terdiam menutup matanya seakan tidur Adam kali ini benar benar nyaman. Kepala Diyaz menunduk sebab pusing yang tiba tiba datang. Mungkin ini efek Diyaz selalu menangis dan tidak tertidur selama beberapa hari ini. Diyaz sangat lemah, itu kenyataan yang Diyaz sadari. Dia tidak sekuat Ryan yang masih bisa tertawa, dia tidak sekuat Hydan yang tidak pernah mengeluh, dan dia tidak sekuat Adam yang masih selalu tersenyum.

"liat, sekarang hujan. Apa lu enggak mau bangun? Ah, pasti lu disana ketemu sama bunda lu ya. Ck, jangan lama lama dong main nya. Gua kesepian disini."ujar Diyaz.

Satu tangan Diyaz lain nya menyeka air mata yang kini mulai mengalir di wajah tampan nya. Tawa kecil nya terdengar, lebih ke tertawa putus asa hingga Diyaz menertawai takdir hidupnya dan teman teman nya yang begitu di permainkan oleh tuhan.

Ekor mata Diyaz melihat mata Adam perlahan terbuka. Tubuh nya mematung tidak percaya dengan apa yang tengah Diyaz saksikan.

"dam,"panggil Diyaz.

Sudut bibir Adam terangkat membuat senyuman khas milik nya. Salah satu tangan nya dengan susah payah terulur, mengusap bahu Diyaz sebagai bentuk tindakan untuk menyemangati Diyaz.

"gua panggil dokter,"kata Diyaz.

Namun tangan Adam memegang lengan Diyaz untuk memberhentikan pergerakan Diyaz.

'hari ini hujan,'

Sorot mata Diyaz menelisik masuk kedalam mata Adam mengamati dari mana datang nya rasa khawatir yang berdiam diri di hati Diyaz.

"dari kemarin hujan,"gumam Diyaz.

'Hujan sedang marah karena kamu terus menangis.'

Mulut Diyaz tertutup rapat rapat menunggu apa yang ingin Adam sampaikan pada nya. Mulut nya mengeluarkan isak tangis tak kuasa menahan khawatir dan kesedihan luar biasa.

'aku bertemu bunda, dia masih cantik seperti biasanya.'

"gua panggil dokter."

'bisakah kamu mendengarkan aku?'

Tidak, Diyaz tidak mau mendengarkan Adam saat ini. Ia hanya mau memastikan kondisi Adam baik baik saja. Lalu mereka berdua ditambah Hydan dan Ryan bisa berbincang sepuas nya. Tanpa ada tangisan, tanpa ada rasa putus asa, dan tanpa ada manik mata kelelahan.

LAKUNA ₍ₜᵣₑₐₛᵤᵣₑ ₀₂'ₛ₋₀₄'ₛ₎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang