Dor dor dor
Suara tembakan menyeruak di telinga Ririn. Ia terbangun dari tidurnya dan keluar dari kamarnya.
Ia melihat seseorang yang sudah tergeletak di lantai dengan berlumuran darah segar yang masuk ke dalam penciumannya.
"AYAAAHHHH" Teriak Ririn dari depan kamarnya yang berlari dan menemui sang ayah.
"Ayah bangun hiks ayahh jangan tinggalin Ririn. Ririn ga sanggup kalo ayah tinggalin Ririn" ucap Ririn yang memeluk tubuh ayahnya.
"RIRIN" Teriak Sinta dari luar.
"Bun apa yang terjadi bun." tanya Ririn yang masih menangis di pelukan ayahnya.
"Ayah kamu di tembak. Bunda ga tau siapa yang menembaknya." ycap Sinta yang ikut menangis. Tak sanggup melihat suaminya yang sudah tergeletak lemas.
Wiiiyuu wiiiyuu wiiiyuuu wiiii
Suara sirine ambulan pun datang dan membawa ayah Ririn ke rumah sakit.
Setelah di rumah sakit ayah Ririn di pindah kan ke bangkar rumah sakit.
Mereka mendorong nya ke arah ruangan.
"Ayah jangan tinggalin Ririn hiks."
"Ri-rin ka-mu harus belajar yang pintar ya nak. Kamu harus bisa banggain bunda kamu ya." ucap ayah Ririn.
"Ngga ayah ngga. Ayah ga boleh tinggalin Ririn ayah." ucap Ririn yang sudah ngos ngosan karna ia sambil berlari ke arah ruangan rumah sakit.
"Iya ayah kuat ya. Di sini bunda nunggu ayah hiks sembuh lagi sama Ririn." ucap Sinta yang sesegukan.
"Ayah kalo ayah tinggalin Ririn. Ririn ikut ayah ajaa. Ririn ga mau di tinggalin ayah " ucap Ririn yang sudah menangis sejadi jadinya.
"Ngga boleh nangis dong anak ayah." ucap ayah Ririn yang sudah tak kuat merasakan sakit di dadanya dan perutnya.
"Ayah."
"Maaf pasien harus segera di tangani. Pihak keluarga harus tunggu di luar." ucap salaah satu Suster.
Ririn yang hendak lari masuk namun di tahan oleh Sinta. Ririn kecil pun teriak teriak memanggil ayahnya yang sudah ada di ruang ICU.
Sinta pun mendekap tubuh mungil Ririn kecil.
Setelah beberapa jam ayah Ririn di ruang operasi, akhirnya sang dokter membuka ruangan itu.
"Dok gimana keadaan suami saya dok?" tanya Sinta yang masih dalam keadaan menangis.
"Kami sudah melakukan semampu kami tapi pasien tak cukup kuat untuk menahan rasa sakit. Kalian masih bisa menemuinya."
"APA MAKSUD ANDA SEPERTI ITU. SUAMI SAYA ORANG YANG KUAT." Bentak Sinta. Tanpa berfikir panjang Sinta mendorong dokter itu dan masuk ke ruang ICU.
"AYAH." Teriak Ririn kecil.
"Ayah kalo ayah tinggalin 4irin. Ririn ikut ya." ucap Ririn yang menangis kejer.
"Iya ayah bunda juga ikut ayah ya." ucap Sinta yang berusaha tegar.
"Ka-kalian harus bisa jadi orang yang baik ya. Jangan kaya ayah."
"Ayah ga boleh ngomong gitu. Ririn mau ikut ayah aja." ucap Ririn yang masih menangis.
"Sstt anak ayah ga boleh nangis yaa. Nanti kalo Ririn ikut ayah siap yang jagain bunda." ucap ayah Ririn yang terus menahan rasa sakit.
"Ayah harus kuat ayah." ucap Ririn kecil.
Ririn kecil dan Sinta memeluk ayahnya untuk yang terakhir kalinya. Ayahnya pun memeluk mereka dengan erat. Hembusan terahir nafasnya pun berakhir di pelukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ririnoval [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] [KOMEN SELAGI BACA] [VOTE SESUDAH BACA] [CERITA INI SEDANG DI REVISI] Noval orlandorusta seorang anak dari mafia yang mampu membuat hidupnya sengsara. Jika ia mengatakan atau meyebut bahwa nama marga nya adalah Orlandorusta i...