26. Just not a telepathy

5.5K 913 108
                                    

"Kita tidak bisa menggunakan kata 'selamanya' untuk sesuatu.
Seperti, mencintai seseorang selamanya hampir mustahil, namun kehilangan seseorang selamanya itu mungkin."

Langit Alaska7

______________________________

Rosé mendudukan tubuhnya yang terasa lelah pada sebuah kursi tunggu yang memang tersedia di luar area Sekolah. Ia meminum sedikit air putih dari botol guna sedikit membasahi bibir keringnya.

Baru beberapa saat ia duduk, sebuah mobil van berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Keningnya mengkerut.

"Nona, mari. Tuan memerintahkan agar segera menjemputmu."

"Benarkah? Tadi Appa mengatakan padaku agar menunggu sedikit lebih lama." Rosé curiga, apalagi saat orang yang keluar dari mobil itu tak ia kenali sama sekali.

"Ayolah Nona. Aku tak ingin Tuanku marah,"

Rosé sedikit memundurkan langkah dan memegangi botol minumnya erat-erat. Ia mulai takut. Ia benar-benar berharap agar seseorang segera  datang padanya.

Gerak-gerik lelaki itu semakin mencurigakan. Seperti memperhatikan sekitar lebih seksama dan semakin memepet jarak diantara mereka.

Belum sempat Rosé mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri, sesuatu yang dingin tiba-tiba terasa menusuk lehernya. Ia sampai tak bisa mengeluarkan suara. Dalam hati ia berteriak meminta pertolongan, namun semuanya mendadak gelap. Ia merasakan tubuhnya melayang.

******************

Lisa akhirnya bisa tersenyum lega hari ini. Meski tak berhasil untuk membawa Bibi Choi kembali ke Rumahnya, setidaknya ia tau dimana tempat wanita tua itu sekarang.

Rumah itu akan menjadi tempat Lisa pulang saat dirinya merasa lelah.

Kini ia memutuskan untuk kembali ke Rumah orangtuanya. Meski dalam hati masih enggan untuk kembali, ia tetap harus pulang. Dan lagi ia juga sedang berusaha melupakan kata-kata menyakitkan yang beberapa waktu lalu Ibunya nyatakan.

Setidaknya ia bisa pulang untuk Ayahnya.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya Lisa tiba di pekarangan Rumah mewah keluarganya. Setelah beberapa waktu ia tak disini, tak di pungkiri dirinya merasa rindu.

Saat ia memasuki Rumah, tak ada tanda-tanda Ayah, Ibu ataupun saudara kembarnya. Sepi.
Hingga saat seorang pembantu menghampirinya, Lisa bergegas menanyakan dimana keluarganya.

Namun jawaban dari pembantu itu tak membantu sama sekali.

"Saya tidak tahu Nona. Namun Tuan sempat berpesan jika saja Nona Lisa datang, beliau menyuruh agar Nona Lisa jangan pergi lagi dan beristirahat di kamar."

Lisa menghembuskan nafas pelan.

"Tuan selalu mengkhawatirkan Nona."

"Benarkah? Jadi hanya Ayahku yang khawatir?,"

Pembantu itu terlihat gagap, Lisa malah tertawa kecil. Tawa yang entah karena lucu atau karena alasan lain.

T(Win)S. [COMPLETED]✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang