IL 08 - Lantai 3

255 30 0
                                    

Jangan bersandar, ini kaca bukan pundak.

=IndigoLove=

Mereka menaiki tangga yang membawa keduanya menuju lantai tiga. Tempat ini jarang sekali Natha datangi, selain ia jarang keluar kelas dan naik ke lantai tiga jika tidak ada kepentingan lain sangat malas ia menginjakkan kaki di lantai ini. Menaiki anak tangga yang tak terbilang sedikit mampu membuat napasnya ngos-ngosan.

"Kayaknya guru di sini dendam banget sampai bikin lantai tiga yang tangganya masya Allah mantap. Bukan apa-apa kasihan guru yang sudah sepuh alias tua. Pantas saja guru yang cukup berumur malas naik ke sini, semua anak kelas sebelas pada ngeluh kalau naik turun kelas kantin," ujarnya entah pada siapa.

"Anjir!" umpatnya terkejut saat membuka pintu ruangan tiba-tiba lidah menjulur dari atas tepat di hadapannya. Seketika tubuhnya dibuat meremang saat mendapat serangan mendadak.

"Takut, lo?" tanya Dilan tertawa melihat wajah pucat Natha.

"Kaget gue," balasnya sinis. Ia berjalan menuju pojok ruangan yang terdapat beberapa barang-barang praktek.

Ia sangat malas jika di suruh mencari di daerah ini, selain makhluk yang beeada dis ini tampak asing ia juga selalu dibuat kesal saat beberapa sosok itu menjahilinya dari yang menarik rambut hingga mencolek pinggang. Tak jarang ia juga sering mengumpat menahan kesal serta menatap penuh permusuhan beberapa hantu yang tertawa melihatnya.

"Gue yasinin mampus kalian!" gumam Natha terus mengobrak-abrik apa yang berada di hadapannya.

Menatap kelapa eh, kepala tanpa badan membuatnya memiliki ide jahil. Ia menjambak rambut itu tanpa perduli pelototan juga teriakan sang pemilik kemudian melemparnya ke arah Dilan dan beberapa makhluk yang mengerjainya tadi.

Ia tertawa saat berhasil mengerjai mereka. Bersikap cuek saat tatapan tajam penuh kilatan amarah ia dapatkan.

Lebih dari lima belas menit ia mencari tiket tersebut, tetapi seperti ada yang menyembunyikannya ia sama sekali tak melihat bahkan meliriknya. Padahal kan ia sangat yakin jika tiket itu berada di tempat ini, karena hanya tempat ini yang belum ia sentuh.

Gadis itu menghela napas lelah. Menyenderkan tubuh lelahnya pada sandaran etalase kaca yang menjadi tempat piala kemenangan juga berbagai prestasi siswa sekolah.

"Heh!" Matanya melotot tajam saat mendengar panggilan tak santai dari makhluk astral yang sedang duduk manis dengan mulut mengunyah boba yang entah ia curi dari mana?

"Paan?" ujarnya ngegas, jangan lupakan tatapan sinis yang ia tunjukkan pada Dilan.

"Lo gak bisa baca atau kurang mata?" tanya Dilan tak kalah sinis dengan senyuman smrik andalannya yang selalu berhasil membuat Natha naik pitam.

Ia tak mengerti ucapan pria tolol itu. Ah, rasanya Natha harua mengirimkan doa kepada Tuhan agar segera memulangkan arwah pria itu.

"Kalau ngomong yang jelas."

"Dasar bego!"

"Anjir! Gue baru saja dikatai setan ogeb." Gadis itu menggerutu kesal mendengar perkataan Dilan.

Dalaam sekejap pria itu berdiri di hadapannya menarik lengan Natha dengan kasar sehingga membuat gadis itu terhuyung ke depan dan menabrak dada Dilan.

"Tuh baca! Atau mau gue bacain?" tawar Dilan dengan tatapan menggoda yang berhasil mendapatkan cubitan panas di pinggangnya.

Natha berbalik dan membaca tulisan bersar di ataas kertas karton berwarna biru yang tertempel di kaca etalase.

"Jangan bersandar, ini kaca bukan pundak." Gadis itu menggerutu kesal membacanya lalu tanpa sengaja matanya menatap map coklat yang berada tepat di samping tulisan itu.

Baru saja akan mengambil map itu tangan penuh darah lebih dulu meraihnya membuat gadis itu berdecak kesal.

Sial.

=IndigoLove=

INDIGO LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang