3

20 3 0
                                    


Hallo selamat membaca Lintang.

*****

Keempat orang itu masih setia menunggu kabar dari dokter, tentang perkembangan keadaan Lintang. Tidak lama seorang dokter wanita paruh bayah keluar dari ruangan, keempatnya pun langsung menyerbu ibu dokter itu.

"Gimana keadaan sahabat saya dok?" tanya Rean khawatir namun tetap dengan ekspresi datarnya.

"Pasien sekarang dalam keadaan kritis,dan dia kehilangan banyak darah," ujar sang dokter.

"Golongan darahnya apa dok?" tanya Senja.

"Golongan darah pasien AB, dan kami sedang mencari pendonor untuk pasien sekarang,"

"Ambil darah saya saja dok, golongan darah saya juga AB," ucap Senja dengan yakin, dan hal itu sontak membuat ketiga cowok tampan itu menatap penuh tanya kearahnya. Merasa ditatap Senja mencoba menghilangkan kecanggungannya.

"Darah gue AB dan darah teman kalian juga AB, jadi gak ada salahnyakan kalau gue mau donorin darah gue buat dia?," tanya Senja tersenyum canggung.

"Emang gakpapa?" tanya Atta.

Senja mengangguk pasti "gakpapa tadi waktu nolongin dia gue sempat syok waktu lihat darahnya dia yang mengalir banyak keluar, dan dia bisa aja kelihangan banyak darah kalau gak ada yang donorin, jadi biar gue aja yang donorin darah gue buat dia," ucap gadis itu yakin.

Rean mendekat "makasih lo udah nolongin hidup sahabat gue dua kali," ucap cowok itu tersenyum kecil. Senja mengangguk, akhirnya gadis itu diarahkan oleh dokter untuk menuju keruangan pendonoran darah.

****

Setelah merasa selesai dengan tugasnya gadis itu kemudian pamit pada ketiga pemuda tampan tersebut, ada keperluan penting yang harus dia selesaikan, gadis itu juga sempat menengok bagaiana keadaan Lintang didalam ruang rawatnya, Senja tidak tahu perasaan apa ini? Perasaan yang dirinya raskan benar-benar aneh, saat menatap mata elang milik Lintang yang tertutup rapat seperti ada sebuah desiran. Tidak! Senja tidak ingin masuk terlalu jauh dalam hidup lelaki itu, dia harus banyak-banyak sadar diri jika mereka berdua sangatlah berbeda.

"Cakra," panggilnya pada cowok jakung yang tengah menyenderkan badan ditembok sepanjang koridor rumah sakit.

"Iya Ja?"

"Emm---gue mau pamit pulang,soalnya takut dicari'in sama bunda gue," Cakra mengangguk, mengiyakan permintaan gadis itu.

"Gue anterin yah?" tanyanya pada Senja.

"Gak usah, gakpapa gue naik taksi aja nanti," tolaknya dengan senyum, Cakra, Rean, dan Atta kemudian mengangguk, mereka benar-benar bersyukur karena Tuhan telah mengirimkan Lintang malaikat pelindung yang baik dan manis seperti Senja.

"Titip salam juga buat teman kalian yang didalam, semoga cepat sembuh," kata gadis itu lagi sebelum benar-benar pergi.

****

Seorang cowok jakung bertubuh kekar, berparas tampan itu rasanya masih enggan untuk membuka matanya kembali melihat dunia, masih enggan untuk bangun dari tidur panjangnya, dan masih enggan untuk bangun dari atas kasur empuk yang saat ini ditempatinya, lekuk wajah tampan itu masih benar-benar pucat, kulit putih bersihnya pun benar-benar kontras dengan luka-luka yang terdapat diwajahnya. Disebelah kirinya seorang cowok jakung lainnya yang takkalah tampan juga berdiri menatap sendu cowok yang tengah terbaring itu.

L I N T A N G [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang