6

10 2 0
                                    


Hallo teman-teman semua, gimana kabar kalian? Selamat membaca LINTANG.

****

"Hy, Senja. Gue Lintang, cowok yang waktu itu pernah lo tolongin, lo Senja kan cewek yang waktu itu nolongin gue?" Senja sontak terkejut saat melihat kehadiran cowok jakung dengan jacket levis itu berjalan menuju kearah nya.

"Ha?, iy--iya," gadis itu mengangguk cepat seraya menatap kagum kearah cowok tampan yang berdiri didepannya ini.

"Gue bolehkan kenalan sama lo?" Tanya Lintang membuat Senja langsung menatapnya bingung, kalau ingin berkenalan kenapa harus minta ijin dulu, aneh--batin Senja

"Iya boleh kok," balasnya.

"Gue Lintang Mahardika, lo Anala Senjadita kan? Anak kelas XI Bahasa 1, sekolah di SMA Perwira juga? Dan lo juga suka main kepantai,"

Senja melongo mengapa lelaki dihadapannya ini mengetahui sedetail itu tetang dirinya.

"Kok tahu?"

"Rahasia," jawab Lintang enteng.

Senja hanya berdiam malas juga untuk berdebat terlalu panjang. Sementara disebelahnya cowok dengan paras tampan itu terus menatap Senja dengan tatapan intens, Lintang tersenyum kecil saat melihat wajah imut Senja diterpa angin sore pantai membuat rambutnya melayang yang langsung menambahkan kesan manis.

"Suka banget yah sama pantai?" Tanya cowok itu, Senja menatap kearah Lintang seraya mengangguk.

"Iya," singkat, padat, jelas, hanya itu yang dapat disimpulkan dari Senja, serpertinya gadis disebelahnya ini cukup berbeda dari gadis-gadis lain yang pernah dia temui, Senja terkesan agak sedikit dingin, cuek, dan pendiem.

"Sama gue juga suka banget sama pantai," ucap Lintang. Dan Senja masih betah untuk berdiam diri. Lintang menghelah nafasnya agaknya cukup susah untuk mendekati gadis itu.

Lintang bergerak mengubah posisinya menjadi menghadap Senja dan gadis itu hanya terkejut. Menatap Lintang dengan tatapan bingung.

"Boleh minta nomor hp lo gak?" Tanya cowok itu seraya mengulurkan ponselnya didepan wajah gadis itu.

"Buat apa?"

"Buat dekat sama lo lah, emang buat ngapain lagi?" Senja langsung meraih ponsel milik Lintang dan menekan beberapa angka disana.

Lintang tersengum puas, cowok itu kemudian mendekatkan wajahnya tepat pada telingan Senja.

"Makasih, lo cantik," ucapnya seperti berbisik, Senja hanya diam mematung, setelah mengatakan hal yang membuat jantung Senja tidak normal cowok itu langsung beranjak pergi, meninggalkan Senja yang sudah seperti robot.

****

Gadis itu mematahkan lehernya ke kiri dan ke kanan, jujur dia sangat lelah sekali, kemarin dirinya harus pulang jalan kaki dari pantai menuju rumahnya, sebenarnya bisa saja sih Senja naik angkot atau bus tapi keadaan nya kemarin dirinya sedang tidak membawa uang lebih untuk membayar angkot, karena uangnya sudah ia pakai untuk jajan dikantin sekolah yang menggoda jiwa dan sisanya ia gunakan untuk naik angkot dari sekolah kepantai.

Senja mulai memasuki kelasnya dengan muka lusuh dan sumpek, yang disebelahnya ada Rinjani masih ikut mengekori, jujur saat ini betis-betis kakinya merasa pegal. Beruntung kemarin Rinjani balik dari luar kota, jadi hari ini dirinya tidak perlu repot-repot menunggu angkot atau bus.

"Kenapa sih tu anak?" Tanya Vinayya pada Rinjani.

Gadis itu menggelengkan kepala tanda tak tahu.

"Kenapa dah muka lo kusut amat kek baju belom disetrika," ujar Vinayya menyenggol lengan Senja, gadis itu menggeleng pelan.

"Gakpapa," jawabnya lesuh.

"Lo bilang gakpapa tapi muke lo kek ada apa-apanya, lo nih bagemane sih?" Pusing Rinjani merasa pusing melihat tingkah temannya yang satu ini.

"Gue itu lagi kesel, masa ia nih yah kemarin si Satria gangguin gue lagi," adunya dengan ekspresi wajah orang yang sedang kesal.

"Tuh bocah gangguin lo lagi?" Rinjani  bertanya yang diangguki oleh Senja.

"Ini semua gara-gara kalian tahu gak, coba aja kemarin kalian ada pasti gak bakal kayak gini jadinya," omel Senja, dengar baik-baik yah disaat sendirian jika ada yang menggagu dirinya sekuat apapun dia melawan pasti akhirnya dirinya akan membutuhkan kehadiran kedua temannya berada disisinya.

Rinjani menghelah nafas "kan lo tahu sendiri Ja gue keluar kota itu pergi nenngokin nenek gue," ucap gadis itu.

"Gue demam Ja kemarin," timpal Vinayya.

Senja mengangguk paham "iya iya gue ngerti kok, gue cuman lagi badmood aja tadi pengen marahin orang aja, jadi yaudah marahin lo berdua aja dah," gadis itu menyengir, Rinjani dan Vinayya menatap sinis kearahnya.

"Kayaknya lo gak waras deh Ja,".

****

"Lintang, Lintang, gimana Lin lo udah dapat belum nomornya si Senja?" Tanya Atta dan Cakra keppo, sebenarnya sih Lintang mah ogah-ogahan buat minta nomor cewek duluam tapi apa boleh buat itu semua adalah rencana dari Atta dan Cakra, juga dirinya yang begitu ngebet banget sih buat lebih kenal dekat dengan gadis itu.

"Penting banget buat lo pada tahu?" Atta dan Cakra mendengus kesal.

"Lah sianying kalau bukan karena kita juga lo gak bakal dah tuh dapat nomornya si Senja," Atta mendumel sedangkan Cakra malah kembali sibuk dengan gamenya.

"Lintang," suara lembut dari seorang gadis pun berhasil mengalihkan perhatian Lintang, lelaki itu menatap datar gadis yang ada disebelahnya itu.

Liudra melangkahkan kakinya menghampiri Lintang. Gadis itu tersenyum penuh arti berharap Lintang akan menuruti keinginannya, Atta menatap sinis kearah Liudra sungguh dia jijik dengan gadis yang sok polos seperti ini.

"Hari ini mama ku ulang tahun jadi kamu mau kan temenin aku nanti cari kado buat mama," gadis itu tersenyum antusias berharap lelaki itu mampu mengiakan.

"Kenapa gak ngajak tunangan lo?" Tanya Lintang dingin.

"Aku maunya sama kamu bukan sama dia," jawab Liudra.

"Kalau lo maunya sama gue bukan sama dia, kenapa dulu lo ngelakuin hal itu sama dia?"

Deg

Waktu serasa terhenti saat Lintang kembali membahas masalalu itu, masa yang begitu kelam bagi Liudra terlebih lagi Lintang.

"Jangan bahas itu lagi Lintang," mohon Liudra dengan suara bergetar.

"Berhenti ganggu hidup gue supaya gue juga berhenti bahas hal itu," Liudra menegakan kepalanya menatap Lintang yang menatapnya dingin.

"Aku gak bisa Lintang," suara gadis itu melemah.

"Aku gak bisa tanpa kamu," lanjutnya.

"Gue gak perduli," jawbnya acuh.

"Biasain diri lo tanpa gue, karena perasaan gue buat lo sudah mati," setelah mengatakan itu  lelaki itu langsung pergi tanpa pamit dari kelas sepi itu, saat itu sedang istirahat jadi wajar saja jika tidak ada murid lain dikelas selain mereka berempat.

Sementara Rean, Atta, dan Cakra memilih untuk diam menjadi penonton setia tanpa mau mencampuri urusan keduanya.

Tbc

Hallo bagaimana kabar kalian hari ini?. Jangan lupa tekan bintangnya.

L I N T A N G [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang