11

8 2 0
                                    

Claretta Liudra.

Gadis cantik dengan rambut panjang menjuntai itu, terkulai lemas saat berdiri tepat didepan pintu kamar sang mama, Liudra menatap miris sang mama yang tengah berteriak memenuhi ruangan bernuasan gold itu, gadis itu berjalan mendekat. Saat disekolah tadi pikiran terus berkecamuk memikirkan kondosi sang mama, gadis itu mendapat telepon dari asisten rumahnya kalau kondisi mamanya kembali memburuk dan sempat mau melakukan bunuh diri untung saja ada dokter Rian yang cepat menangani masalah itu.

"Ma, mama ini Liudra, mama jangan gini dong please Liudra gak bisa lihat mama kayak gini," ucapnya lirih.

"Aaaa sialan kamu, dasar kamu itu anak tidak tahu diri, pergi kamu dari hadapan saya, saya gak mau lihat muka kamu, pergi kamu, dasar anak sialan,, pergi dari sini pergi,,," teriak seorang wanita berumur yang masih terus berontak didepan Liudra dengan tangan dan kaki yang masih diikat ditepi ranjang. Liudra tidak tahan dengan semua ini hatinya hancur dia benar-benar hancur, saat melihat wanita yang begitu dia sayang membencinya dengan keadaan seperti itu.

"Mama kenapa lagi dokter? Kenapa bisa kambuh lagi? Perasaan kemarin-kemarin kondisinya udah mendingan," tanya gadis itu pada seorang dokter lelaki yang usia tidak terlalu tua, sekitar dua puluan keataslah.

"Ibu Diandra tadi tidak sengaja bertemu dengan suaminya,"

"Papa tadi kesini?"

Dokter Rian mengangguk.

"Sama siapa? Ngapain dia kesini? Apa yang dia lakuin ke mama sampai mama jadi kayak gini?" bertubi-tubi pertanyaan itu dilontarkan oleh Liudra.

Dua orang perawat masuk dan langsung menyuntikan obat penenang pada tubuh Diandra, Liudra yang melihat itu rasanya tidak kuat, dadanya sesak kenapa hidupnya harus seperti ini? Ujian apa yang diberikan tuhan untuknya mengapa harus seberat ini.

Liudra menangis jujur dia sudah tidak bisa menahan bendungannya lagi.

"Dokter," panggil gadis itu yang berdiri disebelah Rian. Rian menatap Liudra dengan ibah.

"Dokter mama bisa sembuhkan? Please dokter lakuin apapun bikin mama sembuh aku cuma mau mama sembuh, aku gak bisa lihat mama gini terus aku capek dok lihat mama tersiksa gini, kenapa papa jahat sama aku sama mama?" tangisan Liudra semakin pecah gadis itu memeluk Rian yang juga memeluk dirinya.

"Saya usaha'in, saya janji sama kamu, ingat kamu bisa pegang janji saya," ucap Rian seraya mengeratkan pelukannya pada Liudra.

Sedikit informasi dokter Rian adalah dokter yang merawat mamanya Liudra, dokter tampan itu adalah seorang dokter muda yang juga banyak dipuja oleh banyak wanita, namun sayangnya sampai saat ini dokter ganteng itu masih menjomblo kalau ditanya alasannya jawabnya belum nemu yang cocok aja.

"Makasih dokter karena dokter udah banyak bantu Liudra sama mama," ucap Liudra, gadis itu menghapus bekas air mata yang menempel dipipinya, seraya melepaskan pelukannya dari Rian. Liudra jadi salah tingkah sendiri karena telah memeluk Rian secara serentak.

"Maaf tadi main peluk-peluk aj--

"Gapapa, saya ngerti perasaan kamu kayak gimana," ucap pria berumur 23 tahun itu.

"Mau ikut saya gak?" tanya dokter Rian. Liudra mendongak

"Kemana?"

"Cari kado buat mama saya, besok dia ulang tahun tapi saya gak tahu mau ngasih kado apa?" ucap lelaki itu jujur Liudra mengangguk.

"Ganti baji dulu atau jangan?"

"Kalau mau ganti, ganti aja saya tunggu,"

"Gak usah deg dok gini aja, aku ambil hoodie dulu,"

Setelah mengambil hoodienya keduanya langsung pergi menuju pusat perbelanjaan.

***

"Ikut gue," perintah Liudra pada Senja yang saat ini tengah membaca buku diperputakaan.

"Gak mau," tolak gadis itu dengan kasar. Liudra menatap kedua kacungnya.

"Seret dia," perintahnya. Kedua gadis itu langsung menyeret Senja. Senja yang tidak bisa apa-apa pun langsung pasrah ketika ketiga kakak kelasnya itu menyeretnya kedalam toilet sekolah siswi.

"Keluar," perintah Liudra pada beberapa siswi yang tengah berada didalam toilet tersebut. Siswi-siswi itu langsung keluar tanpa banyak bicara, siapa yang akan berani melawan perintah Liudra, gadis cantik yang paling berkuasa diatas segalanya.

"Lo itu dibilangin tapi makin ngelunjak yah?"

"Lo denger gak sih omongan gue waktu itu, gue kan udah bilang lo itu kampungan, udik, miskin, jadi lo gak pantes sama Lintang," Liudra menarik kuat rambut Senja membuat sang empuh meringis.

"LINTANG ITU COCOKNYA SAMA GUE, SEHARUSNYA LO NGERTI, LO ITU GAK PANTES SAMA DIA,"teriak gadis itu, semakin kuat menjambak rambut Senja.

"Gue gak pernah dekati  cowok lo dia sendiri yang ngejar-ngejar gue," jawab Senja membela dirinya.

"Alah lo itu murahan banget sih jadi cewek, lo mau rebut Lintang dari gue huh?"

"Gue kan udah bilang jauhin Lintang, tapi kenapa lo gak nurut sih? Lo budek apa gimana?" Teriak Liudra kerasa, gadis itu menganggkat tangannya untuk menampar Senja, namun terhenti akibat sebuah cekalan seseorang.

"Lo sentuh dia, lo berhadapan sama gue," ucapan dingin itu keluar dari mulut Bintang cowok itu manarik Senja berdiri dibelakangnya..

"Lo, gak usah---

"Tutup mulut sampah lo itu, atau gue bakal ngelakuin hal yang bakal memalukan diri lo," tunjuk Bintang, lalu langsung menarik Senja keluar dari sana. Liudra berdecak kesal, ini semua gara-gara cowok sialan itu coba saja tidak ada Bintang pasti dia sudah kasih pelajaran pada Senja agar tidak mengganggu miliknya.

Liudra menghentakan kakinya kelantai dengan jengkel.

"Sialan," teriaknya lalu pergi dari sana. Diikuti dua kacungnya dibelakang.


Tbc.

Maap pendek.

L I N T A N G [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang