2

28 3 0
                                    


Hallo teman" selamat membaca Lintang.

****

Seperti janjinya kemarin Lintang akan menepatinya, disini cowok itu sekarang berdiri tepat didepan   segerombolan anak-anak lelaki berbadan besar dan gempal bukan hanya ada anak sekolah bahkan preman-preman pasar pun terlihat juga berada disitu. Lintang bukan lelaki pengecut ataupun pecudang, dia tidak akan takut jika harus menghadapi Zean sendirian bersama antek-anteknya tapi yang tidak bisa dia cerna adalah disini bukan hanya Zean dan anak geng-nya tetapi ada juga sekelompok preman pasar yang waktu itu pernah ia hajar akibat mengganggu ketenangan para pedagang. Sial dirinya dikeroyok, harusnya dia tidak melarang teman-temannya untuk ikut kemarin, benar kata Cakra, Zean itu benar-benar licik. Lintang tahu ia akan mati sekarang atau apalah yang dia harapkan jika hari ini dirinya mati ada seseorang yang berbaik hati menemukan dirinya mengabarkan kepada orang tuanya untuk dikuburkan secara layak, meskipun begitu juga Lintang tidak ingin dia mati dan jasadnya membusuk lalu berulat atau dimakan hewan buas.

"Besar juga nyali lo," Zean tersenyum evil saat mengeluarkan kata-kata itu dari mulutnya. Ia yakin saat ini Lintang pasti berpikir tentang berapa lama lagi ia akan bertahan hidup.

"Gue bukan pengecut dan pecundang kayak lo pada," Lintang menunjukan jarinya tepat didepan wajah orang-orang itu.

Prok prok prok prok.

"Bocah!" Celetuk salah satu pria bertubuh gempal yang diketahui Lintang adalah pemimpin dari sekumpulan preman yang pernah dirinya hajar. Lintang menatap tajam kearah orang-orang  yang mulai mengerumuni dirinya sekarang ia berada ditengah-tengah mereka. Lintang mendengus, mungkin pantai ini dan cahaya matahari yang mulai menjingga itu akan menjadi saksi kepulangannya.

"Masih berani lo nunjukin muka depan gua?" Kata pria berkepala botak yang badannya dipenuhi tatto itu membuat Lintang mendelik kearahnya dia paling benci jika ada yang memanggilnya bocah.

"Gimana? Udah siap mati sekarang?, bahkan dineraka pun gue rasa arwah lo gak akan sudi diterima," gelak tawa memenuhi telinga Lintang anjing sekali.

"Lo bukan tuhan yang selalu tahu tentang gua, kalaupun hari ini gua mati, gua gak takut," ucap cowok itu.

"Gue bukan lo yang pengecut dan pecun------

Bugh

Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya satu bogeman mendarat sempurnah dipipi putihnya, menciptakan bekas merah kebiru-biruan. Lintang meludah kasar.

Cuih

Bugh

Tanpa ba bi bu cowok itu langsung membalaskan bogeman yang diberikan Zean padanya. Lintang menghajar Zean dengan penuh amarah pandangan nyalang ia berikan pada cowok itu, dengan membabi buta cowok itu menghajar Zean menghabiskan tenaganya untuk hal sesia-sia itu.

Tidak mau tinggal diam dari belakang kerumunan orang mulai menyerangnya ada yang dari samping kiri, kanan, depan, serta belakang, bayangkan saja ia tidak akan sanggup menghadapi musuh sebanyak ini, satu lawan seratus memangnya bisa andai Lintang memiliki kekuatan seperti spiderman atau superman mungkin sekarang dengan satu kali hantam semua musuhnya tumbang, tapi ini beda Lintang hanya manusia biasa yang masih banyak kekurangannya.

Sekarang cowok itu mulai kewalahan dia tidak lagi bisa berbuat apa-apa saat tubuhnya seolah mati rasa dihajar oleh musuh-musuhnya, tepat dari belakang seseorang mengambil pisau lipat dari balik saku
seragamnya menancapkan pisau tajam itu tepat dipinggang Lintang.

L I N T A N G [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang