Chapter 4

7 2 2
                                    

Chapter 4

*

"ku sarankan sedia bantal waktu baca chapter ini, karna ada kemungkinan kalian bakal ngantuk bacanya wkwkwk"

*

Satu unit apartemen mewah di Yeoui-dong yang masih cukup longgar dengan belum banyaknya furnitur yang mengisi terlihat penuh dengan hamparan kertas bergambar. Sang penghuni memang sengaja menjadikan ruang kosong di belakang set sofa abu-abu tuanya sebagai tempat untuk menyebarkan kertas berisi contoh potret yang nanti akan mengisi galeri. Menurut Ryushin, cara ini lebih memudahkannya untuk mendata foto mana saja yang akan masuk dalam daftar pameran pertama pembukaan galerinya dua minggu lagi; membentang kertas-kertas di lantai sementara ia berkeliling memilah. Sejak matahari belum naik ke permukaan, ia sudah melakukan kegiatan ini berulang kali, hingga makan pun ia bawa berkeliling sembari mencari potret yang benar-benar menarik perhatiannya.

Tapi, kali ini ia harus meninggalkan lapaknya untuk menyambut tamu dadakan yang menekan bel apartemennya tidak sabaran. Siap menyerbu siapapun orang yang berdiri di balik pintu itu dengan omelannya.

“Bisakah kau lebih sopan jika_” omelan Ryushin berhenti saat melihat tamu yang datang memamerkan senyum manis dan keresek putih berisi bir, “Kang Minjae? Bagaimana kau tahu aku di sini?”

“Sebelum kau bertanya, alangkah baiknya kau membiarkan aku masuk dulu, Jang Ryushin..”

Ryushin memberi celah agar pria sesama pemilik lesung pipi itu masuk ke huniannya.

“Rumahmu masih kosong...” kata Minjae sambil meliarkan matanya ke segala penjuru ruangan, “Dimana barang-barangmu? Kupikir kau sudah cukup lama kembali ke Seoul.”

“Baru seminggu,” sahut Ryushin menyanggah tangannya pada sandaran salah satu sofa, “Sebagian barangku masih berada dalam perjalanan dari Jalisco dan yang lainnya masih ada di Amerika. Karena terlalu banyak, aku mengirimnya melalui paket. Kau mau minum?”

Minjae mengambil kaleng bir dari keresek yang dia bawa dan membukanya langsung, menjawab secara nonverbal atas pertanyaan Ryushin.

“Matahari masih menampakkan sinarnya dan kau sudah minum-minum?” Ryushin mendengus dan menggeleng, “Tidak baik untuk kesehatanmu, Minjae-ya. Kau masih muda, jangan mempersingkat usiamu dengan cara hidupmu yang buruk itu.”

Minjae terkekeh pelan, “Ya, apa kau sedang mendoakan agar aku cepat menemui ajalku?”

Bahu Ryushin terangkat. Ia kembali bergerak menuju tempatnya semula, pada hamparan kertas yang sudah mulai berkurang di atas lantai.

“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Minjae mengambil duduk pada sandaran sofa untuk mengamati apa yang teman lamanya lakukan.

“Dua minggu lagi akan ada pameran pertama untuk pembukaan galeri, aku sedang memilih potret mana saja yang akan terpajang nanti. Sebelummya aku tidak menyadari seberapa banyak lensaku mengambil gambar lalu seharian ini aku dibuat pusing memilih yang terbaik.”

“Galerimu ada di Yeongdeungpo juga ‘kan?”

Ryushin mengangguk acuh. Tidak ingin kehilangan fokus saat memilih antara pemandangan laut atau pegunungan yang akan ia pilih selanjutnya.

“Apa kau hanya akan memajang hasil kameramu saja untuk pembukaan nanti?”

“Tidak...” gumam pria itu, “Aku mengundang tiga fotogtafer lain untuk memamerkan karya terbaik mereka di galeriku. Mereka adalah orang-orang yang pernah memintaku mengisi pameran mereka juga, jadi sudah sewajarnya aku membalas dengan cara yang sama ‘kan?”

Run to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang