Sudah dua jam lamanya Jungwoo duduk di ranjang kamarnya bersama dengan laptop kesayangannya. Layar laptop menampilkan beberapa file cctv di sekitar tempat pembunuhan paman Jung, dan di jam yang sama semua cctv itu mati, yang artinya pembunuhan ini memang sudah di rencana.
"Apa sudah ketemu?"
Tanya Jaehyun sambil membawa dua cangkir teh hangat, satu untuknya dan satu untuk Jungwoo.
Jungwoo menggeleng, matanya masih terfokus pada layar laptop. "Semua cctv mati di jam yang sama Hyung, ini artinya pembunuhan itu memang di rencanakan dan Jaemin di jebak"
"Apa kau yakin ini sudah semua cctv yg ada di sekitar jalan itu? Aku yakin pasti ada yg dilewatkan oleh pembunuh itu"
Jungwoo menggedikkan bahunya, "entah lah, Ten Hyung yang mengumpulkan semua file ini, mungkin saja ada yang terlewat"
"Nanti kita pergi ke sana lagi" final Jaehyun.
"Di mana Jaemin?"
"Dia ke pemakaman bersama Jeno, lalu langsung latihan katanya" Jawab Jaehyun lalu pergi meninggalkan Jungwoo di kamarnya.
೭੧(❛▿❛✿)੭೨
"Na... ayo kita pulang"
Entah sudah berapa kali pemuda dengan surai cokelat itu membujuk sahabatnya untuk pulang dari pemakaman. Hanya tersisa mereka berdua, Hyeji bahkan sudah pergi dari pemakaman satu jam yang lalu.
"Bagaimana bisa... aku kehilangan semuanya," parau Jaemin, tatapannya kosong. Netra legam yang biasanya terlihat berseri-seri kini terlihat sayu penuh keputusasaan.
Jeno menghela, tangan kekarnya setia mengusap pundak Jaemin. "Kau tau? Ketika kita kehilangan seseorang-ah mungkin ini terlalu klise. Tapi benar adanya kalau Tuhan sangat mencintai orang-orang di dekatmu─"
"Dan Tuhan membenciku hingga mengambil semuanya dariku?" sela Jaemin sambil menatap sahabatnya itu.
Jeno menggeleng, dia tersenyum tipis ─ teduh sekali. "Tuhan tau, tugas mereka sudah selesai di hidupmu. Mungkin takdir ini cukup kejam, tapi dengan itulah Tuhan menjadikan hambanya lebih kuat dan tegar."
Jaemin tertegun, yang di katakan Jeno benar adanya ─ ah tidak, sepenuhnya benar.
"Na... Tuhan akan memberikan sesuatu yang jauuhh lebih baik ketika kamu sudah bisa melupakan dan mengikhlaskan semuanya" senyuman teduh itu masih tak luntur dari wajah tampan Lee Jeno.
Pemuda di sampingnya, menatap Jeno dengan obsidian legam namun penuh kekosongan, Jaemin sangat kehilangan. Jeno tau itu.
"Apa... aku bisa melewati semua ini?"
Jeno mengangguk tanpa ragu. "Kau tidak sendiri, ada aku dan─"
"Bagaimana jika aku yang pergi darimu?"
Jeno bungkam, dia masih berusaha untuk mencerna apa yang barusan Jaemin katakan. Pergi? Kemana? Apa yang─
"Lupakan saja" Jaemin beranjak dari tempatnya, membersihkan tanah yang menempel di celana hitam miliknya. "Ayo pergi, apa kau tidak lelah berjongkok hampir dua jam?" Jaemin terkekeh geli, lalu meninggalkan Jeno yang masih mematung di tempatnya.
Jeno mendengus, "seharusnya aku menanyakan itu padamu" gumamnya, sambil tersenyum tipis. Setidaknya dia mampu membuat suasana hati Jaemin jadi lebih baik.
Keduanya ── Jeno dan Jaemin ─ berjalan kaki meninggalkan area pemakaman. Berbincang kecil lalu tertawa, mereka terus berjalan. Sampai salah satu dari mereka teringat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tired Of Lying ||《NA JAEMIN》
Fanfiction[BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sempurna, Adalah beban yang sangat berat untuknya Senyuman adalah derita yang harus dia tanggung Dia ingin menangis, tapi pekerjaan menuntutnya untuk terus tersenyum. Dia ingin sekali egois. Tapi tak bisa! Hatinya t...