Bangun....bangun....
Selamat libur weekend....
Jaga kesehatan kalian semua ya...
Terimakasih masih setia dan mendukung cerita ini...
Warning : Typo, gaje, rancu, vulgar
HAPPY READING
Sasori bersiul riang, duduk dimeja, dimana Sakura sibuk menyalin tugas-tugas selama cuti.
"Kau habis melahirkan?" Sasori berbisik hampir menyentuh telinga Sakura. Kesal juga ternyata kehadirannya tidak diindahkan.
Sakura berhenti, melirik Sasori dingin.
"Ow...kau seperti tertular Sasuke jika begitu." Dia membuat jarak.
"Akasuna Sasori, sejak kapan kau berubah pecicilan terhadapku?"
Sasori tersenyum penuh arti, "Aku tertarik padamu."
Sakura mendengus keras, "Kita satu kaum, jika kau lupa."
Ekspresi Sasori berubah, dingin seperti biasa. "Benar. Tapi ngomong-ngomong, Kau agak sombong setelah menjadi kaum atas dadakan."
Sakura menaikan sebelah alis tinggi, "Dan apakah itu ada hubungannya dengan sikapmu yang tidak biasa?"
"Sangat. Aku sangat membencinya." Sasori meraih pipi kanan Sakura, mendongakkan agar mereka saling menatap.
"Seperti yang kau bilang, kita satu kaum, aku tahu persis bagaimana dirimu. Usiamu masih muda untuk terikat. Ku harap kau menyambut uluran tanganku untuk bergabung di diskotik."
"Terakhir yang ku ingat kau babak belur, dan aku yakin berikutnya pun akan sama." Sakura tidak menepis apaun yang dilakukan Sasori.
"Kheh...jadi, kau takut?" Sasori menyeringai.
Sakura tidak terima penghinaan seperti itu. "Tidak."
"Jadi?"
"Aku hanya bisa menyelundup saat Sasuke lengah karena sibuk. Itu saja."
"Bagus. Itu sudah sangat cukup. Kau tahu dimana mencariku ketika itu." Sasori mengusap rambut Sakura lembut.
"Tapi aku tidak mengada-ngada." Sasori berdiri, lalu menunduk untuk kembali berbisik, "Kau sudah ku incar untuk menjadi istriku kelak, ketika kita berdua sama-sama sudah bosan bermain-main. Bukankah aku pasangan yang pengertian?"
Sakura tidak tersentuh, tapi tidak mengabaikan, sedikitnya isi kepalanya mulai mempertimbangkan ucapan Sasori. Karena, dia tidak sama sekali memikirkan pasangan. Hanya saja menilik kekerabatan antara Haruno dan Akasuna, mereka mungkin bisa jadi pasangan menikah kemudian hari.
"Aku menghargai."
Sasori hanya tersenyum tipis, setelah dirasa aura gelap semakin mendekat. Kemudian, ia berbalik untuk menyambut dan memberikan seringai puas.
"Sadari tempatmu, Akasuna!" Genggaman Sasuke mengepal. Jika ini bukan kelas siang, dia tidak akan ragu menghajar muka memuakan Sasori.
"Jadi, jika saya tetap tidak ingin peduli, bagaimana?" Tantang Sasori tanpa ekspresi.
"Jangan harap kau dan kelu—"
"Membantai kelompokku? Kalau begitu, aku juga akan berdiri di garis depan." Sakura memiringkan kepala agar tatapan mereka bisa bertemu karena sebelumnya terhalang Sasori.
"Sayang, itu tidak—tck." Sasuke berdecak kesal. Melihat Sasori yang semakin menang membuat emosinya semakin meningkat.
Sasuke mendorong Sasori ke samping. Mendekati istrinya yang sudah terkontaminasi bau Sasori.

KAMU SEDANG MEMBACA
CASTLE OF THE DARKNESS
مصاص دماءKalian tahu, didunia ada makhluk kegelapan yang hidup saling bersinggungan. Hampir disetiap sudut. Dan saling berinteraksi dengan manusia. Bukan. Cerita ini bukan tentang percintaan dua dunia. Akan tetapi makhluk-makhluk penguasa kegelapan itu sendi...